NovelToon NovelToon
Pewaris Dendam

Pewaris Dendam

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Kembar / Balas dendam pengganti / Nikah Kontrak
Popularitas:291
Nilai: 5
Nama Author: Lautan Ungu_07

Tujuh belas tahun lalu, satu perjanjian berdarah mengikat dua keluarga dalam kutukan. Nadira dan Fellisya menandatangani kontrak dengan darahnya sendiri, dan sejak itu, kebahagiaan jadi hal yang mustahil diwariskan.

Kini, Keandra dan Kallista tumbuh dengan luka yang mereka tak pahami. Namun saat rahasia lama terkuak, mereka sadar… bukan cinta yang mengikat keluarga mereka, melainkan dosa yang belum ditebus.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Ungu_07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab:23 Barang Haram

Beberapa hari setelah Alka lulus dari sekolah. Cafe buka lebih awal, tapi tutup di jam yang sama.

Suasana cafe siang ini masih sepi. Hanya ada suara musik yang mengalun dari panggung kecil. Lista duduk di sana, kaki menyilang.

Athar mondar mandir sambil nyapu, ia nyapu ngasal. Cakra sibuk ngelap meja, tapi tiap ngelap, dia nyipratin air ke meja lain membuat kerjaannya nggak selesai-selesai.

Sementara Alka sibuk rapihin di area meja kasir yang sudah berantakan. Bahkan ada tumpukan sampah bekas Athar yang menjadi sarang nyamuk.

"Ni anak jorok banget." dumelnya, tangannya sibuk beresin.

"Hei! Ulah siapa ini yang ngumpulin sampah di kolong meja kasir." kata Alka yang kini berdiri natap kedua sahabatnya.

Cakra noleh sebentar. "Yang biasa duduk di sana siapa? Sorry ya, gue mah duduknya di panggung."

Athar nolehnya cuma sekilas, pura-pura sibuk dengan kerjaannya.

Alka nyengir, matanya di buat melotot. "Athar, pasti lo ya. Ulah lo."

"Nggak, bukan gue." jawabnya sambil ketawa tanpa dosa.

"Ngerjain gue banget. Awas aja ya lo, ketauan kayak gini lagi. Gue pecat lo." Alka nunjuk Athar dramatis, lalu melangkah menuju tempat sampah.

"Nggak ada yang bisa mecat gue." balasnya dengan percaya diri.

Cakra kini duduk di kursi, kepalanya sambil bersandar. "Capek cuy, malam tadi tamunya kayak semut. Kecil, banyak, nggak ada ahlak pula."

"Minimal mereka bayar, ngasih lo duit juga. Nggak kayak lo, makan mulu bayar kagak." jawab Athar cepat.

Alka tepuk dadanya sok tersinggung. "Gue ini aset cafe. Wibawa cafe naik gara-gara gue."

"Malah jatuh, terjun bebas wibawanya juga," Cakra nyeletuk sambil berdiri.

Lista tertawa sampai hampir terjungkal. "Aset yang bikin laporan keuangan minus, maksudnya." tambahnya.

Alka natap Lista dramatis. "Kali ini gue maafin, lo."

Alka kembali merapikan bagian kolong meja kasir. Ia lap sampai bersih. Lalu mulai periksa setiap loker yang nggak selalu kebuka setiap harinya.

Suara tawa dan obrolan dari Athar dan Cakra terdengar samar. Tangan Alka mengumpulkan struk, uang receh yang berjatuhan depan loker. Ia narik napas, capek tapi masih tetap santai.

Loker di buka satu per satu, sampai akhirnya kini bagian paling bawah, yang sangat jarang di buka.

Begitu di buka, tangan Alka nyentuh sesuatu kayak plastik kecil, ia tarik keluar.

"Apaan ini?" gumamnya pelan.

Mata Alka melebar saat melihat dengan jelas isi plastik kecil itu. Beberapa butir obat kecil dengan warna yang menyala.

Alka langsung berdiri, napasnya naik. Wajahnya tegang. Dia angkat tinggi-tinggi barang itu.

"Sapa yang naruh beginian di sini?!" suaranya pecah kecil.

Tapi mampu membuat Athar dan Cakra langsung nengok.

"Beginian? Apaansi, Ka?" jawab Cakra yang belum benar-benar ngeh.

"Bercanda mulu ah," sahut Athar.

"Canda pala kau!" Alka nunjuk plastiknya, suaranya meninggi. "Obat apa ini?! Siapa yang make barang haram ini di sini?!"

Cakra menyipitkan matanya sambil berjalan mendekat. Setelah sudah tahu betul, ia sontak mundur lagi, matanya melebar.

"Bukan gue sumpah. Gue bahkan nggak pernah megang..."

"Iya terus gue harus percaya gitu?" Alka makin maju, intonasinya menusuk. "Yang masuk area kasir cuma kalian berdua!"

Athar pasang wajah nggak terima. "Lo jangan nuduh sembarangan dulu. Gue jijik sama yang beginian."

"Jijik? Tapi ada di sini! Di tempat kerja kita!" Alka ngaruh barang itu di atas meja sampai bunyi, Brukhh!!

Cakra mulai emosi juga. Napasnya memburu. "Kita bicarain baik-baik dulu, Ka. Jangan langsung ngamuk kayak orang kesurupan!"

"Baik-baik?" Alka tertawa pendek, kesal. "Lo pikir gue bisa kalem lihat beginian ada di sini?"

Lista langsung turun dari panggung, berjalan cepat mendekati Alka.

"Kenapa jadi pada ribut, sih. Kalian capek atau gimana?" tanyanya, menatap mereka bergantian dengan bingung.

Alka nunjuk plastik itu dengan rahang mengeras. "Barang haram, Ta. Ada di sini! Di loker meja kasir."

Lista menatapnya lapa, wajahnya langsung pucat. "Gue nggak tahu!"

Athar langsung membentak kecil. "Ya jelas lo nggak tahu, bukan lo, kan?"

"Terus kalian?" Alka natap tajam kedua sahabatnya itu. "Bilang aja jujur! Daripada gue muak!"

Semua saling menatap. Napas mereka berat. Sunyi sesat tapi tegang. Hanya suara deru napas mereka yang terdengar.

"Athar, lo jujur. Itu punya lo, ya?" tatapan Cakra kini beralih ke Athar.

Tangan Athar langsung mengepal. "Sembarangan! Gue udah jujur, itu bukan punya gue," kini ia terkekeh, sebelah bibirnya terangkat. "Jangan-jangan punya lo ya, lo sengaja nuduh gue?" Athar nunjuk wajah Cakra.

Merasa tak terima, Cakra menepis tangan Athar keras. "Kenapa jadi membalikkan fakta? Gue nggak make yang begituan."

"Kalau nggak ada yang mau ngaku, gue cari tahu sendiri orangnya," kata Alka pelan, tapi penuh emosi.

Athar menatapnya tajam, kakinya maju dua langkah, menjadi lebih dekat dengan Alka. "... atau jangan-jangan, lo sendiri yang make?"

Alka langsung meraih keras kaos Athar. Wajahnya merah, napasnya memburu. "Kalau punya gue... kenapa gue harus koar-koar?" Alka melepaskannya, lalu mendorong dada Athar.

Semakin nahan emosi, membuat dada Athar naik turun. Ia ngambil tas pinggangnya dengan gerakan kasar. "Gue cabut, nggak tahan denger tuduhan kalian!" ia pergi dengan langkah lebar.

Kini hanya Alka dan Cakra yang saling menatap, tak ada yang bersuara. Tapi sorot mereka jelas seperti saling menyimpan curiga.

Tak lama, Cakra juga nyamber jaket di gantungan. "Males gue lihat kayak gini, pada ngamuk tanpa otak!"

Rahang Alka menegang, napasnya memburu. Lalu, Brukhh... meja di dorong kasar dengan kakinya, membuat kursi-kursi berjatuhan.

Alka langsung ngambil kunci motor, pergi tanpa lihat Lista.

Sementara Lista tetap diam. Tangannya gemetar saat mengambil plastik itu. Matanya berkaca-kaca.

"Siapa yang main kotor di tempat kita..." gumamnya pelan, nyaris berbisik.

Suasana mendadak dingin. Lista tak pergi kemana-mana. Ia tetap diam di cafe itu, mengganti tulisan di pintu menjadi Close.

"Kalau nggak ada yang make di antara mereka? Kenapa obat ini bisa nyasar ke loker?" tanyanya pada diri sendiri.

Lista duduk bersandar pada kursi dekat meja kasir. Seperti mencari tahu pemilik sebenarnya dari barang itu.

1
Apaqelasyy
Keren banget plotnya.
Lautan Ungu_07: Awww makasih udah baca🎀 seneng banget ada yang notice alurnya.💝💝
total 1 replies
Willian Marcano
Buatku melek sepanjang malam.
Lautan Ungu_07: Aduhh, kasihan matanya... tapi makasih loh, udah baca cerita ini.😅🥰🎀
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!