Laura Carter adalah seorang nona muda yang memiliki kehidupan sempurna, hingga suatu hari ia di diagnosa mengidap kanker stadium akhir. Usianya hanya bisa bertahan selama enam bulan.
Bukannya merasa terpuruk Laura memutuskan untuk menikmati sisa waktu yang dia punya bersama sang kekasih, Dokter Shinee.
Namun siapa sangka pria yang selama ini jadi belahan jiwanya adalah suami wanita lain. "Dasar badjingan," umpat Laura.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MDB Bab 16 - Sekarang Kamar Ini Milikku
Beberapa saat lalu Dicky sangat ingin membunuh Shinee Wu, tapi sekarang setelah mengetahui penyakit Nona mudanya seketika tenaga Dicky seolah habis. Mendadak overthinking yang tak mampu dia kendalikan juga. Merasa iba yang begitu mendalam. Bahkan tak sanggup membayangkan bagaimana jika keluarga besar keluarga Carter mengetahui kebenaran ini.
Fakta yang pasti akan jadi kabar paling duka.
Sekarang Dicky mendadak jadi pendiam, ikut duduk di meja makan tanpa sedikitpun memiliki nafshu.
Celine yang duduk disampingnya reflek menendang kaki Dicky agar bisa bersikap biasa saja, jangan sampai membuat Laura semakin tertekan dengan kesedihan mereka. Celine bahkan mendelik ke arah pengawal mereka tersebut, 'Biasa saja Om, jangan sedih berlebihan seperti itu. Nanti malah Laura juga yang merasa bersalah,' batinnya, bicara melalui sorot mata yang mendelik-delik.
Dan seperti memiliki ikatan batin, Dicky bisa memahami maksud Celine tersebut. Dia menghela nafas kasar dan mulai ikut makan.
"Duduk di ruang tengah dulu, ada yang ingin aku bicarakan," ucap Shinee setelah mereka selesai makan siang bersama dalam diam. Shinee bergerak lebih dulu untuk membereskan meja, bahkan mengambil piring kotor milik Laura, Celine dan juga Dicky.
Pekerjaan seperti itu sedikitpun tidak memberatkan Shinee, dia bahkan membutuhkan kesibukan lebih banyak lagi untuk mengalihkan semua kesedihan di hatinya atas keadaan sang kekasih.
"Aku akan mencuci piringku sendiri," ucap Celine, sungguh Sebenarnya dia sangat ingin membenci Shinee, tapi tiap kali melihat pria itu dengan segala usahanya tetap saja hatinya terenyuh.
Kadang Celine merasa kesal juga pada dirinya sendiri kenapa dia jadi orang yang tidak tegaan begini. Harusnya biarkan saja Shinee menderita dan kewalahan, lantas pria itu lambat laun akan pergi dengan sendirinya.
"Tidak usah Cel, ayo kita pergi saja." Laura yang menjawab dan bahkan menarik Celine untuk segera meninggalkan meja makan. Dan baru satu langkah Laura ambil tiba-tiba perutnya terasa nyeri sekali, sakit yang tiba-tiba datang seperti kilat, lalu menghilang begitu saja.
Laura mengigit bibir bawahnya menahan rasa sakit tersebut, bahkan tidak menceritakannya pada siapapun.
"Aku akan tetap berada di sini, malam baru pergi," ucap Dicky.
Laura dan Celine mengangguk setuju, mereka bertiga kemudian duduk di ruang tengah. Sama-sama menunggu Shinee untuk mendengar apa yang akan diucapkan oleh pria itu.
Mereka bertiga terpaksa patuh, karena jika tidak Shinee pasti akan mengadu pada Daddy Nickolas.
Beberapa menit kemudian akhirnya pria yang ditunggu-tunggu tiba juga. Dia datang dengan baju yang terlihat sedikit basah oleh percikan air. Shinee duduk di salah satu kursi yang berhadapan langsung dengan kekasihnya.
"Tadi aku sudah bicara banyak dengan dokter Richard, besok Laura akan mulai menjalani pengobatan," jelas Shinee.
Celine dan Dicky menelan ludahnya kasar, sementara Laura entah kenapa dia tak merasakan apapun tentang ini semua. Entah itu takut ataupun cemas, tak ada satupun yang dia rasakan. Laura terlalu bingung menjalani ini semua.
"Kami sudah tahu, tadi dokter Richard juga mengatakan hal itu pada kami." Celine yang menjawab, karena memang seperti itulah adanya. Sebelum Shinee datang, Laura sudah lebih dulu menemui dokter Richard dan melakukan serangkaian pemeriksaan ulang untuk memastikan penyakit yang dideritanya saat ini. Dokter Richard pun tak ingin salah analisa jika hanya berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan yang Laura bawa.
Shinee kembali menatap Laura dengan intens, "Besok kita akan mulai menjalani prosedur medis minimal invasif. Pertama kita gunakan pengobatan microwave ablation, jika tumor belum mati kita lanjut ke pengobatan intervensi, terapi ozon dan lainnya. Masih banyak cara agar kamu bisa sembuh. Perjalanan kita masih panjang, tapi aku akan membuatnya agar tidak terasa menyakitkan," jelasnya pula, sungguh dia tak ingin Laura takut.
Tangan Shinee terkepal kuat menahan diri yang sejak tadi ingin sekali memeluk kekasihnya. Namun dia tahu sentuhan itu hanya akan membuat Laura semakin marah.
"Aduh, aku kebelet kencing!" celetuk Celine dan langsung berlari meninggalkan ruang tengah tersebut, dia menuju kamar mandi tapi bukan benar-benar untuk kencing tapi menangis terisak. Berulang kali memukul dadanya sendiri yang terasa sesak, padahal sudah berusaha sekuat tenaga agar terlihat kuat tapi tetap saja pada akhirnya dia menangis seperti ini.
Sedangkan di ruang tengah Dicky pun hanya mampu terdiam seribu bahasa. Beberapa saat lalu dia sangat tidak menginginkan keberadaan Shinee di sini, tapi ketika ingat jika pria itu juga adalah seorang dokter pikirannya perlahan mulai berubah. Mungkin di antara dia dan Celine, hanya Shinee lah yang lebih mengerti keadaan Laura saat ini.
"Sekarang kembalilah ke kamar dan istirahat total, jika butuh apapun panggil aku, Celine atau ..." ucapan Shinee terhenti dan menatap pria kekar yang duduk di sana. Shinee belum mengetahui siapa nama pria tersebut, tapi melihat kedekatan yang dimilikinya dengan Laura, Shinee tahu pria itu cukup berarti.
"Dicky, namaku Dicky," ucap Dicky yang akhirnya memperkenalkan diri.
Dan setelah itu Laura bangkit dari duduknya lebih dulu, sedikitpun dia tidak menanggapi ucapan panjang lebar yang sudah dilontarkan oleh Shinee. Karena baginya ada atau tidak ada Shinee, memang jalan pengobatan inilah yang dia pilih di sini.
"Aku memang membiarkanmu tetap berada di sini, tapi jangan berpikir aku akan membiarkanmu mendekati Nona mudaku lagi," ucap Dicky tiba-tiba. Memecahkan keheningan yang sempat tercipta di sana.
Shinee terdiam, melihat segala sikap yang ditunjukkan oleh pria tersebut Shinee jadi semakin yakin bahwa pria itu adalah seseorang yang diperintahkan oleh Daddy Nickolas untuk menjaga Laura dan Celine selama berada di sini.
"Jangan mengancamku, di sini aku yang memegang kendali terutama tentang Laura," balas Shinee setelah beberapa saat hanya diam.
Jawaban yang membuat Dicky jadi tercengang sendiri. Sungguh, dia tak menyangka jika Shinee masih memiliki keberanian seperti itu setelah pernikahannya diketahui oleh sang nona muda.
Kini dimatanya Shinee benar-benar terlihat seperti pria yang tak tahu malu.
Malas berdebat Dicky akhirnya pilih untuk pergi lebih dulu, dia menuju kamar yang akan digunakannya beristirahat ketika berada di apartemen ini. Namun saat hendak masuk ke dalam sana, dia malah melihat banyak barang-barang milik orang asing. Jelas saja itu adalah milik Shinee.
"Hei, ini adalah kamarku. Keluarkan semua barangmu," titah Dicky.
"Sekarang kamar ini milikku," balas Shinee yang segera masuk ke dalam kamar dan menutup pintu.
Membiarkan Dicky melihat pintu tertutup itu tepat di depan matanya, "Astaga," ucap Dicky kehabisan kata-kata.
"Celine! Bagaimana jika kita bunnuh saja pria ini?!" pekik Dicky.
jgn bilang anaknya jack sama anne ?
kan kluwrga wu
kemarin tamat bgitu saja kan
❤❤❤❤