Istriku! Oon!?.
Eric Alaric Wiguna , seorang Mafia & CEO perfeksionis, mendapati hidupnya jungkir balik setelah menikahi Mini.
Mini Chacha Pramesti adalah definisi bencana berjalan: ceroboh, pelupa, dan selalu sukses membuat Eric naik darah—mulai dari masakan gosong hingga kekacauan rumah tangga yang tak terduga.
Bagi Eric, Mini itu oon tingkat dewa.
Namun, di balik ke-oon-annya, Mini punya hati yang tulus dan hangat. Mampukah Eric bertahan dengan istrinya yang super oon ini?
Atau justru kekonyolan Mini yang akan menjadi bumbu terlezat dalam pernikahan kaku mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon simeeee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 6: Resonansi Besi dan Kecelakaan Taktis Mini
Selamat Membaca 👇
Keheningan sesaat setelah suara kaca pecah itu terasa mematikan, hanya diselingi oleh suara dengungan AC dan detak jantung Mini yang berdentum liar. Cincin besi Seguro di jari manis Mini terasa panas, berdenyut pelan seolah terhubung dengan situasi darurat yang baru saja terjadi.
Eric Alaric Wiguna bertindak tanpa berpikir. Ia mendorong Mini ke lantai, tepat di belakang konter marmer tebal yang berfungsi sebagai perisai darurat. "Marco, lindungi pintu belakang! Aku akan mengurus ini!"
Tiga pria yang berdiri di ambang pintu toko perhiasan itu tidak terlihat seperti perampok biasa. Mereka mengenakan pakaian sipil high-end Milan, tetapi mata mereka dingin dan tajam, mencari mangsa. Salah satu dari mereka mengeluarkan sebuah senjata api berperedam suara.
"Eric Alaric Wiguna," panggil salah satu penyerang dengan aksen Italia Selatan yang berat. "Kami datang untuk menjemput tunanganmu. Serahkan gadis Valerius, dan kami akan membiarkanmu pergi dengan hidupmu."
Eric, yang sudah menyiapkan pistolnya, menembak lampu gantung kristal di tengah ruangan. Pecahan kristal berserakan, menciptakan kebingungan dan mengalihkan fokus para penyerang.
"Mini! Cari jalan keluar, sekarang!" Eric berteriak sambil melepaskan tembakan peringatan kedua ke rak perhiasan di sudut ruangan.
Mini, meringkuk di belakang konter, seharusnya panik. Tapi anehnya, sensasi panas dari cincin Seguro itu memberinya ketenangan yang aneh. Mata oon-nya menatap sekeliling. Ia melihat sebuah pintu kecil yang ditutupi tirai beludru. Pintu itu menuju ke gudang penyimpanan toko.
Mini tidak berpikir, ia hanya bereaksi. Dorongan aneh dari cincin itu memberitahunya langkah selanjutnya.
Ia merangkak cepat, menarik Eric dengan paksa.
"Kita ke sana!" Mini menunjuk pintu gudang, sambil menyeret Eric.
"Jangan bodoh, Mini! Itu jalan buntu! Pintu darurat ada di-"
"Pokoknya ke sini!" Mini memotongnya. Mini menyadari Eric menggunakan tenaga yang sangat besar untuk menahan laju tembakan dari musuh. Mini tahu dia harus membantu.
Saat mereka mencapai pintu gudang, salah satu penyerang melepaskan tembakan ke arah Eric. Peluru itu meleset tipis, mengenai dinding marmer di sebelah kepala Mini. Mini menjerit kaget, dan refleks cerobohnya kembali muncul.
Sambil menjerit, Mini secara tak sengaja tersandung kabel besar yang tersambung ke panel kontrol penerangan toko. Ia jatuh, dan badannya yang sangat ceroboh itu menimpa tombol utama panel listrik.
BLAM!
Seluruh toko perhiasan itu, dari lantai hingga plafon, langsung gelap gulita. Hanya ada keheningan dan kegelapan total, kecuali cahaya dari ponsel Eric.
"Mini! Apa yang kau lakukan?!" Eric berbisik marah. Dalam situasi Mafia yang tegang, kegelapan bisa menjadi keuntungan atau bencana mutlak.
"Maaf! Saya tidak sengaja!" Mini merangkak cepat, mencari kenop pintu gudang. Ia panik mencari pegangan pintu, tapi justru menyentuh benda besar yang terasa dingin dan keras. "Apa ini? Pisau?"
"Itu gagang sapu!" desis Eric, menarik tangan Mini ke belakang.
Eric menggunakan ponselnya sebagai senter dan dengan cepat membuka kunci pintu gudang. Di dalam, tumpukan kotak perhiasan memenuhi ruangan. Mini masuk duluan.
"Mini, jangan sentuh apa-apa!" Eric memperingatkan.
Tentu saja, Mini tidak mendengarkan. Ia menabrak tumpukan kardus berisi boks jam tangan mewah. Kardus-kardus itu jatuh, memicu alarm kecil toko yang dipasang di dalam gudang.
Eric meraup Mini di pinggang, mengangkatnya seperti karung beras, dan berlari menuju pintu belakang gudang. "Kau adalah kecelakaan taktis paling efektif yang pernah kulihat!"
Mereka berhasil keluar melalui gang sempit di belakang toko. Mini, yang masih diangkat Eric, menunjuk ke sebuah Vespa tua yang diparkir di dekat tong sampah.
"Kita ambil itu!" kata Mini.
"Aku tidak mencuri Vespa tua, Mini. Aku CEO!" Eric membantah.
"Kalau begitu Bapak mau lari sambil menggendong saya melewati tiga orang Mafia di gang sempit?! Itu Vespa punya kunci yang menggantung!"
Eric menatap Mini, lalu ke arah tiga penyerang yang kini sudah berada di ujung gang, mengejar mereka dalam kegelapan. Tidak ada pilihan. Eric menurunkan Mini.
"Naik!"
Mini dengan cepat naik ke jok belakang Vespa. Eric, dengan jas mahal dan pistol, memasukkan kunci dan menyalakan mesin. Mini memeluk Eric erat-erat.
"Pak Eric, helm!" Mini mengingatkan.
"Lupakan helm!" Eric tancap gas, Vespa tua itu melaju kencang di gang sempit Milan.
Mini memeluk Eric sangat erat, dan Eric, meskipun tegang, merasakan kehangatan dan sedikit rasa nyaman yang aneh.
"Mini, jangan terlalu erat! Aku tidak bisa bernapas!"
"Tapi Bapak mengendarai seperti orang kesetanan! Saya takut jatuh!" Mini mengeratkan pelukannya, kepalanya bersandar di punggung Eric. Mini mencium aroma parfum mahal yang bercampur keringat dan sedikit bau asap Vespa.
"Paling tidak kita hidup," Eric mendesis, tetapi ia tidak menyuruh Mini menjauh. Ia justru secara refleks memiringkan badannya sedikit, melindungi Mini dari hembusan angin malam.
"Pak Eric," Mini berbisik di telinga Eric. "Tadi cincinnya panas. Dan tiba-tiba saya tahu jalan keluar itu ada di gudang. Itu bukan kebetulan."
Eric mengencangkan rahang. "Jaga rahasia itu, Mini. Aku akan mengurus apa pun yang terhubung dengan Valerius dan cincin itu."
Mereka tiba di hotel bintang lima tempat Eric menginap, masuk melalui pintu service. Eric memaksa Mini memakai penutup wajah dan topi tebal, menyamar sebagai staf hotel yang baru pulang.
Di kamar mewah Eric, Mini langsung jatuh ke sofa, kelelahan. Eric melemparkan kunci motor Vespa itu ke meja dan mulai membersihkan pistolnya.
"Marco akan mengurus Vespa itu dan membersihkan jejak kita," kata Eric. "Kita aman, untuk sementara. Dan kau, Mini, kau akan tetap di sini sampai aku menemukan arti cincin Seguro."
Mini menatap Eric yang fokus membersihkan senjata. Aura Mafia-nya sangat nyata dan mencekam.
"Eric," Mini memanggil, menggunakan nama depan Eric untuk pertama kalinya sejak insiden kemeja. "Siapa sebenarnya Klan Valerius? Kenapa mereka sekejam itu?"
Eric mendongak, matanya tajam. Ia mengunci pistolnya dan meletakkannya. Ia berjalan ke arah Mini.
"Klan Valerius," Eric memulai, suaranya pelan dan berat, "adalah ksatria pengawal di Calabria di masa lampau. Mereka sumpah setia pada keadilan lokal, sampai Conti datang dan mengambil alih kekuasaan.
Valerius tidak pernah menerima kekalahan, dan mereka selalu menuntut penebusan darah dari Conti. Mereka dihancurkan habis-habisan oleh Nenek Alessandra dan Ayah puluhan tahun lalu."
"Tapi kenapa aku diwarisi darah itu? Dan kunci Ruang Kaca?"
Eric duduk di samping Mini. Ia mengambil tangan Mini yang mengenakan cincin besi Seguro. Cincin itu terasa dingin sekarang.
"Mini, klan Valerius percaya bahwa kuncinya adalah anak keturunan murni Valerius yang belum ternoda oleh kekejaman dunia. Kakek Pranoto, entah bagaimana, telah mengklaimmu sebagai keturunan itu. Dan mereka menganggap Seguro di tanganmu adalah isyarat perang total."
Tiba-tiba, Eric menyadari sesuatu. Cincin besi itu ternyata memiliki ukiran yang sangat halus, hampir tak terlihat, di bagian dalam.
Eric mendekatkan cincin itu ke cahaya. Ia menyadari ukiran itu adalah sebuah peta. Bukan peta biasa, tetapi sebuah diagram kuno.
"Ini bukan sekadar cincin, Mini," desis Eric, matanya melebar. "Ukiran ini... Ini adalah kunci kedua yang disembunyikan. Kunci untuk membaca dan mengaktifkan mekanisme di dalam Ruang Kaca klan kami di Calabria! Kakekmu ingin kau tidak hanya masuk ke Ruang Kaca, tapi juga mengambil alih isinya!"
Eric menatap Mini.
Mini hanya menguap lebar dan tertidur lelap, kelelahan setelah kejadian tadi.
“Ksatria Valerius ini bisa menghancurkan klan, tapi dia tertidur saat aku menjelaskan rahasia terbesar klan,” pikir Eric, merasakan campuran kepanikan dan geli yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Ia harus menahan Mini dekat, sangat dekat, untuk mengendalikan bom waktu ini.
BERSAMBUNG.
contohnya:
"Lari! Jangan diam saja!"
"Dan, kenapa istrimu lama sekali?!"
Begitulah yang di ucapkan konsen padaku.
jadi mudah dipahami kan?