NovelToon NovelToon
Di Bawah Aturan Suami Baruku

Di Bawah Aturan Suami Baruku

Status: sedang berlangsung
Genre:Dokter / Selingkuh / Crazy Rich/Konglomerat / Konflik etika
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Ziafan01

Saat Shima lyra senja seorang dokter berbakat di rumah sakit ternama, menemukan suaminya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri, dunianya hancur seketika.
Pengkhianatan itu tidak hanya merenggut pernikahannya, tapi juga rumah, nama baik, dan tempat untuk pulang.
Di titik terendah hidupnya, ia menerima tawaran tak masuk akal datang dari Arru Vance CEO miliarder dingin dengan aturan yang tidak bisa dilanggar. Pernikahan kontrak, tanpa cinta, tanpa perasaan. Hanya ada aturan.
Namun, semakin dekat ia dengan Arru, semakin ia sadar bahwa sisi dingin pria itu menyembunyikan rahasia berbahaya dan hati yang mampu merasakan semua yang selama ini ia rindukan.
Ketika pengkhianatan masa lalu kembali muncul dan skandal mengancam segalanya, Shima harus memilih: mengikuti aturan atau mempertaruhkan segalanya demi cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ziafan01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dr. SHIMA LYRA SENJA

Jam demi jam berlalu.

Ketika akhirnya pasien terakhir dipindahkan ke ruang rawat dan UGD mulai lengang, Shima melepas sarung tangan dengan bahu terasa berat. Lelahnya kali ini bukan hanya fisik.

Ia mencari Arya.

Suaminya sedang berdiri dekat meja perawat, memeriksa catatan medis. Wajahnya tampak fokus, tapi begitu Shima mendekat, Arya mengangkat kepala.

“Kau kelihatan capek,” kata Arya.

“Aku mau ngopi,” jawab Shima spontan, lalu tersenyum kecil. “Di kafe depan rumah sakit. Lima belas menit saja.”

Arya terdiam.

“Tidak bisa,” katanya akhirnya. “Aku masih ada pasien follow-up.”

“Oh.” Shima menahan ekspresinya. “Tadi kau bilang jadwalmu sudah longgar.”

“Ada perubahan,” jawab Arya cepat. Terlalu cepat. “Kau pulang saja dulu.”

Shima menatapnya beberapa detik lebih lama dari biasanya. “Baik.”

Arya mengangguk, lalu kembali ke berkas di tangannya. Tidak ada ajakan menyusul. Tidak ada janji.

Shima berbalik dan melangkah pergi.

Di lorong yang kini lebih sepi, langkahnya terdengar jelas. Ia tidak merasa marah. Tidak juga sedih. Hanya ada satu perasaan yang mulai tumbuh perlahan, tidak menyakitkan, tapi mengganggu.

Ada jarak.

Dan untuk pertama kalinya sejak pernikahan mereka, Shima menyadari:

jarak itu tidak tercipta karena kesibukan.

Ia tercipta karena pilihan.

Shima akhirnya membeli kopi itu sendirian.

Bukan di kafe depan rumah sakit, melainkan di taman kecil di sisi bangunan tempat beberapa bangku kayu menghadap pepohonan yang jarang benar-benar hijau. Ia duduk, meletakkan gelas di sampingnya, lalu menarik napas dalam-dalam.

Udara sore terasa berat.

Ia menatap lurus ke depan, bukan pada apapun secara khusus. Bayangan Arya dan Laura kembali muncul di kepalanya tawa mereka, kedekatan yang terlalu alami, penolakan Arya yang terasa semakin sering.

Ada sesuatu yang disembunyikan.

Pikiran itu muncul begitu saja, tanpa undangan.

Shima menggenggam gelas kopinya lebih erat. Ia tidak suka pikiran itu. Tidak ingin mencurigai. Tidak ingin menjadi perempuan yang mencari-cari kesalahan di mana tidak ada.

Mungkin aku terlalu lelah, katanya dalam hati.

Mungkin ini hanya fase.

Ia meneguk kopinya, pahit, hangat, menenangkan. Sedikit.

Tiba-tiba ponselnya bergetar.

Nama rumah sakit muncul di layar.

Shima berdiri hampir bersamaan dengan getaran pertama. “Ya?”

“Dokter Shima, pasien ICU bed tujuh mengalami penurunan tekanan darah mendadak.”

“Aku ke sana sekarang.”

Ia tidak berpikir dua kali. Gelas kopi ditinggalkan di bangku. Pikiran tentang Arya dan Laura langsung tersingkir, tergantikan satu hal yang selalu menjadi pelariannya: pekerjaan.

Shima berlari masuk ke gedung, langkahnya cepat, fokusnya kembali utuh.

Ia tidak tahu bahwa sementara ia memilih menyelamatkan nyawa orang lain

seseorang sedang menyelamatkan dirinya dari kebohongan.

***

Di lantai tertinggi Vance Corporation, suasana jauh lebih tenang.

Ethan Cole berdiri di depan meja Arru, tablet di tangannya kini menampilkan file yang berbeda. Wajahnya tidak lagi santai seperti pagi tadi.

“Aku pastikan dulu,” kata Ethan pelan. “Sebelum membawanya ke sini.”

Arru duduk, menyandarkan punggung ke kursinya. “Dan?”

“Suami Shima,” lanjut Ethan. “Dokter Arya Pradipta. Tidak setia.”

Arru tidak bereaksi.

“Hubungannya bukan dugaan,” kata Ethan. “Ada pola. Pertemuan malam. Pesan pribadi. Dan… pasangannya.”

Ethan menggeser tablet ke arah Arru.

“Laura,” ucap Arru tanpa perlu membaca nama itu.

Ethan mengangguk. “Perawat senior. Sahabat terdekat Shima. Mereka bermain di belakangnya.”

Arru menatap layar beberapa detik. Wajahnya tetap datar, tapi sorot matanya mengeras.

“Sudah berapa lama?” tanyanya.

“Lebih dari setahun,” jawab Ethan. “Dimulai saat Shima sibuk dengan fellowship-nya.”

Arru tertawa kecil. Bukan karena lucu.

“Perempuan itu membiayai hidup mereka,” katanya pelan. “Dan mereka mengkhianatinya.”

“Ya,” sahut Ethan. “Tanpa rasa bersalah.”

Arru berdiri, berjalan ke jendela. Kota kembali terbentang di bawah sana, tak peduli pada satu perempuan yang hidupnya sedang dibohongi.

“Shima belum tahu,” kata Ethan.

“Belum,” jawab Arru. “Dan jangan biarkan siapa pun memberi tahu dia sebelum aku siap.”

Ethan menoleh. “Kau yakin?”

Arru menatap bayangannya sendiri di kaca.

“Karena ketika dia tahu,” katanya dingin, “dunia yang ia percayai akan runtuh.”

Ia berbalik.

“Dan aku tidak akan membiarkannya jatuh tanpa pegangan.”

Ethan mengangguk perlahan.

Target itu kini jelas.

Bukan lagi sekadar dokter terbaik.

Shima Lyra Senja adalah perempuan yang akan kehilangan segalanya dan Arru Vance berniat memastikan ia tidak kehilangan sendirian.

***

Malam itu, Shima pulang lebih awal dari biasanya.

Ia baru saja meletakkan tas ketika Arya keluar dari kamar mandi. Rambutnya masih basah, kausnya berganti namun ada sesuatu yang asing menyelinap lebih dulu sebelum kata apa pun sempat keluar dari mulut Shima.

Wangi itu.

Bukan sabun rumah mereka.

Bukan parfum yang biasa Arya pakai.

Shima menarik napas pelan, hampir tak terdengar. Wangi manis lembut, feminin. Wangi yang terlalu dikenalnya.

Parfum Laura.

Ia tidak langsung bereaksi. Hanya menoleh sekilas, mencoba meyakinkan diri bahwa ia terlalu lelah untuk berpikir jernih. Mungkin di rumah sakit. Mungkin Laura terlalu dekat saat membantu pasien. Mungkin.

Tatapannya terhenti.

Di leher Arya, tepat di bawah garis rahang, ada bekas samar. Nyaris tak terlihat. Merah muda pucat, seperti bayangan yang ingin disembunyikan.

Shima menelan ludah.

“Apa?” tanya Arya, menyadari tatapannya.

“Tidak,” jawab Shima cepat. Terlalu cepat. “Kamu capek. Istirahat saja.”

Arya tersenyum singkat, lalu berlalu. Tidak curiga. Tidak tahu bahwa istrinya berdiri mematung, mencoba menenangkan jantungnya sendiri.

Kalau ini benar, pikir Shima,

aku ingin menemukannya sendiri.

Bukan dari gosip.

Bukan dari orang lain.

Bukan dari dugaan.

Keesokan harinya, di rumah sakit, Shima sengaja mencari Laura.

Ia melihat sekeliling nurse station, menyusuri lorong, hingga akhirnya menemukannya sedang tertawa kecil, berbincang akrab dengan salah satu perawat laki-laki muda. Jarak mereka dekat. Terlalu dekat untuk sekadar rekan kerja.

Laura tampak santai. Terbuka. Tidak ada raut bersalah. Tidak ada kegelisahan.

Shima berhenti beberapa langkah dari mereka.

Dadanya berdesir bukan karena curiga, melainkan karena malu pada pikirannya sendiri.

Apa aku terlalu berlebihan?

Laura memang dekat dengan banyak orang. Ia ramah. Hangat. Mudah tertawa. Bahkan dengan perawat laki-laki sekalipun. Tidak ada yang aneh. Tidak ada yang disembunyikan.

Dan jika Laura benar-benar bersalah…

bukankah ia akan terlihat berbeda?

Shima berbalik sebelum Laura menyadari kehadirannya.

Aku salah, katanya pada diri sendiri.

Laura tidak mungkin.

Sahabatku tidak akan melakukan itu.

Ia memilih percaya.

Karena mempercayai Laura terasa lebih aman daripada mempertanyakan pernikahannya sendiri.

Di balik keyakinan itu, Shima tidak tahu satu hal:

bahwa orang yang paling ia lindungi dari kecurigaan adalah orang yang paling tega menusuknya dari belakang.

...****************...

Siang itu, ruang rapat utama Vance Medical Center dipenuhi aura serius yang berbeda dari biasanya.

Para dokter senior duduk rapi. Direktur rumah sakit Dr. Leondhard Whitmore, pria berusia lima puluhan dengan reputasi tak tergoyahkan berdiri di sisi layar presentasi. Pintu terbuka.

Arru Vance masuk.

Langkahnya tenang. Jas gelap sempurna. Tatapannya datar, dingin, dan penuh kendali. Seluruh ruangan spontan berdiri.

Shima ikut berdiri, sedikit terlambat karena pikirannya masih tertinggal pada aroma parfum semalam dan bekas samar di leher suaminya. Jantungnya berdegup ketika ia menyadari ini pertama kalinya ia berada begitu dekat dengan pemilik rumah sakit tempat ia mengabdikan hidupnya.

Arru hanya mengangguk singkat.

“Silakan duduk.”

Suaranya rendah, tegas, tanpa emosi berlebih.

Rapat dimulai. Audit medis. Evaluasi kinerja. Data pasien. Anggaran penelitian. Semua berjalan formal hingga nama Dr. Shima Lyra Senja muncul di layar.

“Dokter bedah dengan tingkat keberhasilan tertinggi dalam lima tahun terakhir,” ujar Dr. leondhard. “Aset rumah sakit.”

Arru mengalihkan pandangannya ke Shima.

Tatapan itu tidak lama. Tapi cukup membuat Shima merasa… diperhatikan. Bukan sebagai perempuan. Bukan sebagai istri seseorang melainkan sebagai profesional.

Arya yang duduk di samping Shima tampak tegang. Laura di seberang meja menunduk, jemarinya saling bertaut terlalu erat.

Arru menyadari itu.

1
Wita S
kereennnn
Sweet Girl
Siram bensin terus aja...
Sweet Girl
Buat memelihara bangkai di rumah, Laura... mending dibuang aja.
Sweet Girl
Dan bakal kehilangan Dana segar Luuu pada...
Sweet Girl
Asyeeek... beli yang kau mau, Shima...
bikin mereka yg menyakiti melongo.
Sweet Girl
Tunggu tanggal mainnya duo penghianat.
ketawa aja kalian sekarang sepuasnya, sebelum ketawa itu hilang dr mulut kalian.
Sweet Girl
Nah Lu... kapok Lu... sekalian aja seluruh Penghuni rumah sakit denger...
Sweet Girl
Kelihatan sekali yaaaa klo kalian itu bersalah.
Sweet Girl
Ada Gondoruwo🤪
Sweet Girl
Kamu pikir, setelah kau rampas semua nya, Shima bakal gulung tikar...
OOO tentu tidak... dia bakal semakin kaya.
Sweet Girl
Masuklah sang Penguasa 🤣
Sweet Girl
Dan pilihan mu akan menghancurkan mu... ojok seneng disek...
Sweet Girl
Kamu yang berubah nya ugal ugalan Brooo
Sweet Girl
Ndak bahaya ta... pulang sendiri dengan nyetir mobil sendiri?
Sweet Girl
Kok ngulang Tor...???
Sweet Girl
Wes ora perlu ngomong, Ndak onok paedaheee.
Sweet Girl
Naaah gitu dong... semangat membongkar perselingkuhan Suami dan sahabat mu.
Sweet Girl
Musuh dalam selimut, iya.
Sweet Girl
Gayamu Ra... Ra... sok bener.
Sweet Girl
Kamu jangan kebanyakan mikir tho Syma...
mending bergerak, selidiki Arya sama Laura.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!