Shasy yang sudah menjalani pernikahannya selama dua tahun,harus menabahkan hatinya saat sang mertua dan kerabat menghinanya Mandul. Karena keadaan yang membuatnya stres dan merasa tersakiti. Sashy yang sedang kalut dan rapuh memilih untuk bersenang-senang bersama temannya. Hingga dirinya terjebak dengan pria yang membuatnya melampiaskan amarah dan kecewanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
"Mah! Mama dimanaa!"
Arga mengedarkan pandangannya untuk mencari sosok wanita yang sudah melahirkannya. Pria itu menatap sekitar dengan ponsel ia tempelkan di telinga.
"Sabar Arga! Mama masih di toilet!" Suara di seberang sana terdengar kesal.
"Huh, ya sudah. Arga sudah sampai di panti."
Tut
"Cih, dasar anak kurang ajar." Kesal Mama Arga melihat panggilannya di matikan sepihak.
Arga menyusuri sekitar panti asuhan di sana. Dan tatapannya tertuju pada segerombolan anak-anak yang sedang bermain di bawah pohon rindang. Ada seorang wanita yang duduk membelakanginya, hanya saja Arga seperti tak asing dengan punggung wanita itu.
Tentu saja Arga sangat hafal, bahkan bagian privasi saja Arga sangat tahu.
Langkah lebarnya membuatnya mendekat, dan semakin terdengar gelak tawa mereka yang terdengar bahagia.
"Sashy! Itu Kamu!" Panggilnya setelah meyakini jika wanita itu adalah Sashy.
Sashy menoleh kebelakang, dan Sashy cukup terkejut dengan kedatangan Arga di sini.
"Arga! Kamu disini!" Katanya dengan nada sedikit tinggi. Sashy pun berdiri mendekati Arga.
"Kamu ngapain disini!"
Keduanya melontarkan kata secara bersamaan, membuat anak-anak di sana bersorak meledek.
Cieeee
Sashy mendelikkan matanya dengan menahan senyum, wajahnya tampak tersipu. Sedangkan Arga diam tanpa ekspresi, lebih tepatnya menahannya agar tidak menurunkan imeg nya di depan anak-anak.
"Aku sendang menemani seseorang." Sashy lebih dulu bersuara.
Mata Arga memicing curiga mendengar jawaban Sashy.
Sadar akan kesalahannya menjawab, Sashy menggerakkan kedua tangannya. "Bu-bukan seperti yang kamu pikirkan." Ralatnya cepat sebelum ada Awan gelap di atas kepala Arga.
Arga masih diam, hanya saja tatapan pria itu mampu membuat sekujur tubuhnya membeku.
"Em, beliau seorang wanita. Seusia Ibuku. Dan-"
"Arga! Mama cari ternyata kamu di sini!" Pekik seorang wanita dari arah belakang Arga.
"Mama."
"Tante."
Eh?
Kok?
Arga dan Sashy saling tatap.
"Kamu kenal?"
Lagi-lagi keduanya melontarkan pertanyaan bersamaan. Beruntung anak-anak sudah membubarkan diri dan bermain sendiri.
Kini hanya tinggal mereka bertiga dimana seorang wanita ikut bergabung.
"Arga, Sashy kalian saling kenal?" Tanya Tante Lidia menatap keduanya bergantian.
Sashy memilih menunduk, ia ingat obrolan mereka tadi selama bersama. Dan Sashy begitu malu mengingat ia mengatakan jika putra wanita itu memiliki kelainan. Yang ternyata Arga adalah putranya.
Jika tahu akan seperti ini, sudah pasti Sashy akan menarik kata-katanya, kalau seperti ini rasanya ia ingin menghilang saat ini juga.
"Mama kenak Sashy?" Tanya Arga balik.
Bukanya menjawab, Mama Lidia juga ikut mengajukan pertanyaan.
"Arga! Jangan bilang wanita yang kamu tunggu jandanya itu adalah Sashy!" Mata Mama Lidia mendelik dengan tajam membuat kepala Sashy semakin menunduk.
"Kok Mama tahu." Jawab Arga santai.
"Arga, kamu tahu sebab apa dia bercerai?" Pandangan Mama Lidia mengarah pada Sashy yang menunduk, namun dari sana Sashy tetep bisa melihat tatapan mata wanita itu padanya.
"Ma-" Arga hendak meraih tangan Mama Lidia, namun wanita itu lebih dulu menghindar, membuat Arga cukup terkejut.
Mama Lidia memilih pergi, meninggalkan Arga yang memanggilnya, dan Sashy yang terdiam dengan tubuh kaku. Melihat respon Mama Arga, Sashy cukup tahu, bahkan jelas tahu.
"Mama!"
"Ck, Mama kenapa sih!" Dumel Arga melihat Mamanya yang pergi begitu saja.
Saat menoleh kebelakang, Arga juga tak lagi melihat Sashy, wanita itu berjalan pergi meninggalnya.
"Ya ampun! Sashy!"
Arga mengejar Sashy, jelas wanita itu merasa bersalah. Bukan hanya itu, mungkin Sashy juga sakit hati.
"Sashy, hey!"
Arga berhasil meraih tangan Sashy, dan menariknya. Membuat keduanya saling berhadapan.
"Kenapa kesini, kamu kejar Mama mu Arga." Ucapnya dengan nada sebiasa mungkin, padahal hatinya tidak baik-baik saja. Dan Sashy benci hal yang tak mendasar seperti ini. Sadar jika mereka tidak memiliki hubungan apalagi ikatan. Mereka hanya terlibat dalam hubungan di atas rajang.
"Sejak kapan kamu kenal Mama, kenapa tidak bilang?" Arga justru melontarkan pertanyaan.
"Aku tidak tahu jika beliau Mama mu, kami bertemu karena tidak sengaja."
Arga membuang napas kasar. Menarik tangan Sashy dan memeluk tubuh wanita itu.
"Jangan pikirkan yang tadi, aku akan bicara dengan Mama." Ucapnya sambil menyematkan kecupan di pucuk kepala.
"Aku ngak apa-apa, hanya saja aku ngak mau kamu berselisih dengan Mama mu. Kamu berhak mendapatkan yang jauh lebih baik Arga."
Ada perasaan sesak yang bercokol di dalam hatinya saat mengatakan itu. Rasanya begitu sesak seakan sebuah batu besar menghimpit dadanya. Menahan buliran bening pun tak bisa ia lakukan. Sashy menjatuhkan air matanya di pelukan Arga.
"Sadar Sashy, tidak akan ada orang tua yang menerima kekurangan pasangan anaknya. Dan kamu tidak akan mengulangi rasa sakit yang pernah kamu rasakan."
kalau kamu cinta sama agra, berjuanglah.. tp tetep jangan murahan.