NovelToon NovelToon
JATUH UNTUK BANGKIT

JATUH UNTUK BANGKIT

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Cinta Terlarang / Pengganti / Crazy Rich/Konglomerat / Identitas Tersembunyi / Romansa
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Dri Andri

Elang Alghifari, CEO termuda yang sukses, dijebak oleh sahabat dan calon istrinya sendiri. Dalam semalam, ia kehilangan segalanya—perusahaan, reputasi, kebebasan. Tiga tahun di penjara mengubahnya dari pemimpin visioner menjadi pria yang hidup untuk satu tujuan: pembalasan.
Namun di balik jeruji besi, ia bertemu Farrel—mentor yang mengajarkan bahwa dendam adalah seni, bukan emosi. Setelah bebas, Elang kabur ke Pangalengan dan bertemu Anya Gabrielle, gadis sederhana yang mengajarkan arti cinta tulus dan iman yang telah lama ia lupakan.
Dengan identitas baru, Elang kembali ke Jakarta untuk merebut kembali segalanya. Tapi semakin dalam ia tenggelam dalam dendam, semakin jauh ia dari kemanusiaannya. Di antara rencana pembalasan yang sempurna dan cinta yang menyelamatkan, Elang harus memilih: menjadi monster yang mengalahkan musuh, atau manusia yang memenangkan hidupnya kembali.
Jatuh untuk Bangkit adalah kisah epik tentang pengkhianatan, dendam, cinta,

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dri Andri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

: KEMBALI KE JAKARTA

Bus masuk terminal Kampung Rambutan jam dua siang—enam jam perjalanan dari Pangalengan yang terasa kayak enam tahun. Elang turun dengan tas ransel di punggung dan hati yang berat kayak bawa beban satu ton. Jakarta menyambutnya dengan panas yang menyengat, bau polusi yang bikin hidung perih, dan hiruk pikuk yang terlalu rame buat orang yang udah terbiasa dengan ketenangan Pangalengan.

Tapi ini bukan waktunya nostalgia. Ini waktunya eksekusi.

Ia naik bus jurusan Tangerang—lokasi yang Harris saranin buat ngekos karena jauh dari pusat Jakarta tapi masih gampang akses kemana-mana. Apartemen sederhana di komplek tua dengan keamanan minim—sengaja dipilih biar gak terlalu dicatat, gak terlalu diawasi.

Unit di lantai lima, satu kamar kecil dengan kasur single, meja lipat, sama jendela yang menghadap jalan rame. Gak ada AC, cuma kipas angin yang bunyinya berisik. Kamar mandi bau lembab. Tapi buat Elang yang pernah tidur di sel penjara dan kolong jembatan, ini masih jauh lebih mewah.

Ia lempar tas ke kasur, duduk di pinggir dengan kepala di tangan. Capek. Bukan capek fisik doang, tapi capek yang lebih dalam—capek dari harus terus lari, terus ganti identitas, terus sembunyi. Capek dari harus ninggalin orang-orang yang mulai dia sayangin.

Hape bergetar—pesan dari Harris:

*Lo udah sampai? Gue udah atur meeting sama Brian. Besok jam 2 siang di kantor dia. Lo siap?*

Elang menatap pesan itu lama. Besok. Besok dia bakal ketemu Brian lagi. Face to face. Orang yang ngehancurin hidupnya, yang tidur nyenyak di ranjang hasil pengkhianatan, yang sekarang lagi panik gara-gara dia mulai ngelawan.

Jari bergerak di atas keyboard:

*Siap. Kirim detail alamat dan nama orang yang harus gue temuin.*

Send.

Malam itu Elang gak bisa tidur meskipun badan capek banget. Ia duduk di depan cermin kecil yang retak di sudut kamar, menatap wajahnya sendiri dengan mata yang menilai setiap detail. Rambut udah dia potong lebih pendek di salon murah deket terminal—masih agak panjang tapi lebih rapi, lebih profesional. Jenggot dicukur bersih sampe kulit muka terasa aneh tanpa itu. Kacamata hitam berframe tebal yang bikin wajah keliatan lebih intelektual.

Galang Saputra. Konsultan bisnis independen. Sarjana ekonomi dari universitas luar negeri. Pengalaman kerja di Singapura. Bersih. Profesional. Gak ada catatan kriminal.

Orang ini bukan Elang. Elang udah mati—setidaknya di atas kertas, di mata hukum, di memori orang-orang yang dulu kenal dia. Yang tersisa cuma ghost yang pakai nama lain, wajah yang sedikit beda, dan dendam yang gak pernah padam.

Ia latihan senyum—senyum profesional yang ramah tapi gak terlalu hangat, yang bikin orang percaya tapi gak terlalu nyaman. Senyum yang pernah dia pakai waktu jadi CEO, waktu dia harus charm investor dan partner bisnis dengan confidence dan charisma.

"Selamat siang, Pak Brian. Nama saya Galang Saputra," katanya ke cermin dengan suara yang dia bikin lebih dalam, lebih authoritative. "Senang bisa bertemu. Harris banyak cerita tentang tantangan yang perusahaan Bapak hadapi. Saya yakin saya bisa bantu."

Tangan gemetar. Ia turunkan, tarik napas dalam, coba lagi.

"Selamat siang, Pak Brian—"

Hape berdering—video call dari nomor yang dia kenal. Stella. Ia angkat dengan cepat, wajah gadis itu muncul di layar—keliatan capek, mata sedikit merah kayak baru nangis.

"Pak Elang," suaranya lirih, "lo udah sampe Jakarta?"

"Udah. Di Tangerang. Apartemen kecil tapi aman."

"Anya... Anya nangis seharian. Bu Marni juga. Mereka..." Stella lap matanya yang mulai berkaca, "mereka kangen banget."

Dada Elang terasa diremas. "Mereka aman kan? Detektif itu gak balik lagi?"

"Belum. Tapi aku suruh mereka waspada. Pasang CCTV murah di depan warung, aku yang bayarin. Biar kalau ada yang dateng, kita tau."

"Bagus. Lo jaga mereka, Stel. Please. Mereka cuma..." Suaranya patah, "mereka cuma punya lo sekarang buat jaga mereka."

"Aku tau, Pak. Aku janji." Stella diem sebentar, terus nanya dengan nada khawatir, "Besok lo ketemu Brian?"

"Iya. Sebagai Galang. Konsultan bisnis yang Harris rekomendasiin."

"Lo yakin lo bisa acting natural? Maksud aku, ini Brian. Orang yang lo kenal sepuluh tahun. Orang yang—"

"Orang yang ngekhianatin gue," Elang nyelesain dengan suara datar. "Iya, aku tau. Tapi aku harus bisa. Gak ada pilihan lain. Ini satu-satunya cara buat deket sama dia, buat akses info yang gue butuhkan, buat..." Ia gak nyelesain kalimat.

"Buat ngehancurin dia dari dalam," Stella nyelesain dengan pengertian yang gelap. "Oke. Tapi Pak, hati-hati. Jangan sampe lo terbawa emosi. Jangan sampe di tengah meeting lo tiba-tiba ngeluarin semua amarah lo. Itu bakal ngancurin semua rencana."

"Gue tau. Gue gak akan gegabah."

Mereka ngobrol beberapa menit lagi—detail tentang dokumen yang Stella masih kumpulin, update tentang Harris yang lagi finalisasi strategi, peringatan tentang Jefri detektif yang mungkin masih nyari di Pangalengan. Pas udah mau tutup telepon, Stella bilang sesuatu yang bikin Elang berhenti napas sebentar.

"Pak, Anya titip salam. Dia bilang... dia bilang dia doain mas setiap sholat. Doain mas selamat, doain mas gak kehilangan diri mas di tengah perang ini."

Elang gak bisa jawab. Cuma angguk pelan meskipun tenggorokan terasa tersumbat.

"Sampaikan terima kasih ke dia," akhirnya dia bisik. "Bilang aku... bilang aku juga kangen."

Sambungan terputus. Elang duduk di kasur dengan hape di tangan, menatap layar yang udah gelap, bayangin Anya di warung kecil Pangalengan yang lagi sholat sambil bisik doa buat orang yang dia sayangin tapi harus dia lepasin.

Besok pagi Elang bangun sebelum subuh. Sholat di kamar yang sempit dengan sajadah lusuh yang dia beli di toko deket apartemen. Sujudnya lama, tangan gemegang tasbih kayu dari Anya, butiran digerakkan satu per satu sambil bisik istighfar berkali-kali.

"Ya Allah, jauhkan aku dari kesalahan. Kuatkan aku menghadapi musuh tanpa jadi kayak mereka. Lindungi orang-orang yang aku sayangin. Dan kalau... kalau aku harus mati di jalan ini, biarkan aku mati dengan keadilan di tangan, bukan cuma dendam di hati."

Jam dua belas siang dia udah siap. Setelan jas murah tapi rapi dari toko Tanah Abang—bukan branded, tapi cukup decent buat keliatan profesional. Kacamata hitam yang bikin wajah keliatan lebih dewasa. Tas kulit sintetis dengan laptop dan dokumen palsu tentang "track record" Galang Saputra sebagai konsultan.

Harris jemput dia di lobby apartemen dengan mobil sedan hitam yang low profile. Gak ngomong banyak di perjalanan—mereka berdua tau ini momen penting yang bisa jadi awal kemenangan atau awal kehancuran total.

"Lo inget semua yang kita latihin?" Harris nanya pas mereka udah deket gedung SCBD.

"Inget. Tenang, profesional, jangan terlalu banyak senyum atau terlalu serius. Jawab pertanyaan dengan singkat tapi gak defensive. Lihat matanya tapi jangan terlalu intens."

"Dan yang paling penting?"

"Jangan sampe gue kehilangan kontrol," Elang nyelesain dengan suara yang lebih buat ngingetin diri sendiri daripada jawab Harris.

Gedung Hartavira menjulang di depan mereka—gedung yang dulu bernama Garuda Investama, gedung yang Elang bangun dari nol dengan keringat dan mimpi. Sekarang dengan logo baru, nama baru, tapi struktur masih sama. Lift yang sama. Lobby yang sama. Cuma ownernya yang beda.

Mereka masuk, menuju resepsionis yang senyum profesional tapi matanya scan mereka dengan teliti. "Selamat siang, ada janji?"

"Harris Setiawan dan Galang Saputra. Janji dengan Pak Brian Mahendra jam dua."

Resepsionis cek komputer, angguk, kasih kartu tamu. "Lantai dua puluh delapan. Silakan."

Lift naik dengan lambat yang menyiksa. Elang lihat pantulan dirinya di dinding lift yang mengkilap—cowok yang keliatan asing tapi familiar sekaligus. Napasnya mulai cepet, jantung berdetak kayak drum yang dipukul terlalu keras.

"Lo oke?" Harris bisik dengan nada khawatir.

"Oke," Elang jawab meskipun tangan gemetar di samping tubuh. "Gue... gue harus oke."

Ding. Lantai dua puluh delapat. Pintu lift terbuka.

Koridor yang Elang kenal di luar kepala. Ruang meeting di ujung kiri. Ruang CEO—dulu ruangnya, sekarang ruang Brian—di ujung kanan. Sekretaris baru yang gak kenal dia sambut dengan senyum.

"Pak Harris, Pak Galang, silakan masuk. Pak Brian sudah menunggu."

Pintu ruang meeting terbuka.

Dan di sana, di ujung meja panjang, duduk Brian Mahendra. Setelan mahal, rambut rapi, wajah yang keliatan lebih tua dari terakhir kali Elang lihat—stress dan kurang tidur meninggalkan jejak. Di sampingnya, Zara—tetep cantik dengan cara yang calculated, dress bisnis yang ketat di tempat yang tepat.

Mata Brian langsung ke Elang. Scan dari atas sampe bawah dengan intensitas yang bikin bulu kuduk berdiri.

Ini dia. Momen yang Elang tunggu dan takutin bersamaan. Momen dimana ghost ketemu dengan orang yang ngebunuhnya.

"Selamat siang," Harris mulai dengan profesional, "Pak Brian, Bu Zara, ini Galang Saputra. Konsultan bisnis yang saya ceritakan."

Elang melangkah maju dengan kaki yang rasanya kayak jelly, ulurin tangan dengan tangan yang berusaha gak gemetar.

"Selamat siang, Pak Brian," suaranya keluar—lebih dalam, lebih asing, tapi steady. "Senang bisa bertemu. Saya Galang Saputra."

Brian berdiri, jabat tangan Elang dengan grip yang keras—terlalu keras, kayak testing. Mata cokelat gelapnya menatap mata cokelat gelap Elang dengan intensitas yang bikin waktu terasa berhenti.

"Galang Saputra," Brian ngulang nama itu pelan, kayak ngecek rasa di lidah. "Wajah Anda... familiar. Kita pernah ketemu sebelumnya?"

Jantung Elang berhenti sedetik. Tapi dia paksa senyum—senyum yang tenang, yang confused dengan sopan.

"Sepertinya tidak, Pak. Mungkin saya mirip dengan seseorang yang Bapak kenal?"

Brian menatap lebih lama. Zara juga—matanya menyipit, kepala sedikit miring, kayak coba ingat sesuatu yang udah lama terlupakan.

"Mungkin," akhirnya Brian jawab, tapi nada suaranya gak yakin. "Mari duduk. Kita ada banyak yang perlu dibahas."

Elang duduk di seberang Brian—meja panjang jadi barrier antara ghost dan pembunuhnya. Dan di kepala Elang, cuma satu pikiran yang berputar terus:

*Sebentar lagi aku akan bertemu denganmu lagi, Brian. Tapi kali ini, aku yang pegang kendali. Kali ini, kamu yang bakal jatuh.*

Tangannya gemetar di bawah meja—antara nervous dan excited, antara takut dan amarah yang hampir meledak. Tapi wajahnya tetep tenang, tetep profesional, tetep jadi Galang yang gak ada hubungannya dengan Elang.

Perang udah dimulai. Dan battlefield-nya adalah ruangan ini.

---

**[Bersambung ke Bab 25]**

1
Dessy Lisberita
aku kok suka nya elang sama. stella ya thoor
Dri Andri: sayangnya elang udah jatuh cinta sama anya
total 1 replies
Dessy Lisberita
lanjut
Dri Andri: oke simak terus yaa
total 1 replies
Rizky Fathur
hancurkan Brian Thor sehancur hancur Thor bongkar semua kebusukannya Brian Thor jangan bikin elang naif memaafkan Brian pas Brian memohon ampunan jangan libatkan keluarganya bikin elang tidak perduli bikin elang berbisik kepada Brian Brian keluargamu bagiamana bikin di sini Brian sampai memohon jangan libatkan keluarganya bikin elang tidak perduli Dan tertawa jahat Thor hahahaha
Dri Andri: perlahan aja ya😁k
total 2 replies
Rizky Fathur
Thor cepat bongkar kebusukan Brian Thor bikin elang kejam kepada musuhnya musuhnya bantai Sampai ke akar akarnya bersihkan nama baiknya elang Thor bikin di sini sifatnya jangan naif Thor
Rizky Fathur
cepat bantai Brian dengan kejam Thor bongkar semua kebusukannya ke media Thor bikin elang bersihkan namanya Dan Ambil lagi semua hartanya bikin elang tuntut balik orang yang melaporkannya dulu Dan yang memfitnahnya dulu dengan tuntutan puluhan milyar bikin elang kejam kepada musuhnya Thor kalau perlu tertawa jahat dan kejam berbicara akan membantai keluarganya Brian bikin Brian memohon ampunan jangan libatkan keluarganya kepada elang bikin elang tertawa jahat hahahaha Brian aku tidak perduli habis itu pukulin Brian sampai pingsan
Dessy Lisberita
lanjut
Dri Andri: gaskeun
total 1 replies
Rizky Fathur
lanjut update thor ceritanya seru cepat buat elang Ambil kembali asetnya bongkar kebusukan Brian bikin elang kejam Thor sama Brian bilang akan bantai keluarganya Brian bikin Brian memohon ampunan jangan libatkan keluarganya bikin elang tidak perduli bikin elang tertawa jahat Thor
Rizky Fathur: bikin elang kejam Thor bongkar kebusukan Brian ke media bersihkan nama baiknya elang Thor bikin elang tuntut balik yang memfitnahnya Dan menjebaknya itu dengan tuntutan berapa ratus Milyar Thor
total 2 replies
Dessy Lisberita
bangkit lah elang
Dessy Lisberita
jngan terlalu percaya sama saudara ap lagi sama orang asing itu fakta
Rizky Fathur
lanjut update thor ceritanya bikin elang menang bikin Jefri kalah Thor kalau perlu Hajar Jefri sampai luka parah
Dri Andri: gas bro siap lah perlahan aja ya makasih udah hadir
total 1 replies
Kisaragi Chika
bentar, cepat banget tau2 20 chapter. apa datanya disimpan dulu lalu up bersamaan
Dri Andri: hehehe iyaa
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!