"Kaila terpaksa menukar seragam sekolahnya dengan status istri rahasia seorang CEO arogan demi sebuah wasiat. Di dalam menara kaca yang dingin, ia harus bertahan di antara aturan kaku sang suami dan ancaman para musuh bisnis yang siap menghancurkan hidupnya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr. Awph, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32: Rahasia di Balik Tas Sekolah
Rahasia di balik tas sekolah itu nampak sangat sangat mencolok saat lampu kamar utama dipadamkan dan menyisakan sebuah kedipan cahaya merah yang nampak sangat sangat ganjil.
Adnan yang semula sudah memejamkan matanya seketika bangkit berdiri dengan gerakan yang nampak sangat sangat sigap dan sangat sangat waspada bagaikan seekor singa.
Ia melangkah menuju meja rias lalu meraih tas kain yang biasa dibawa Kaila ke sekolah dengan sebuah tatapan mata yang nampak sangat sangat tajam dan sangat sangat dingin.
"Jangan bergerak dari tempat tidurmu dan tetaplah diam di sana sampai aku benar benar memastikan benda apa ini," perintah Adnan dengan suara rendah.
Kaila yang baru saja hendak terlelap seketika terjaga dengan rasa takut yang sangat sangat hebat hingga seluruh tubuhnya terasa sangat sangat kaku dan sangat sangat dingin sekali.
Ia melihat Adnan merogoh bagian dalam saku rahasia tas miliknya lalu mengeluarkan sebuah benda kecil berbentuk kotak yang nampak sangat sangat aneh dan sangat sangat asing.
Benda itu memiliki antena kecil yang sangat sangat tipis dan terus mengeluarkan suara dengungan yang sangat sangat halus seolah olah sedang mengirimkan sebuah sinyal rahasia.
"Tuan, benda apakah itu dan kenapa benda tersebut bisa berada di dalam tas sekolah milik saya?" tanya Kaila dengan suara sangat sangat gemetar.
Adnan tidak menjawab melainkan ia justru meremas benda itu menggunakan kekuatan tangannya yang sangat sangat besar hingga alat tersebut hancur menjadi serpihan serpihan logam.
Wajah Adnan nampak sangat sangat murka sementara rahangnya mengeras seolah olah ia sedang menahan amarah yang sangat sangat besar dan sangat sangat sulit untuk dibendung.
Ia menyadari bahwa ada musuh dalam selimut yang sudah sangat sangat berani menyusupkan alat penyadap serta pelacak ke dalam kehidupan pribadi mereka berdua secara diam diam.
"Ini adalah alat pelacak tingkat tinggi yang hanya dimiliki oleh agen agen profesional yang bekerja untuk kepentingan organisasi kriminal tertentu," ujar Adnan sangat sangat ketus.
Kaila menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya karena ia merasa sangat sangat ngeri membayangkan ada seseorang yang selalu mengintai setiap langkah kakinya selama ini.
Ia merasa seolah olah tidak ada lagi tempat yang benar benar aman di dunia ini bahkan di dalam menara kaca yang dijaga oleh ratusan pengawal sangat sangat ketat.
Pikiran Kaila melayang melayang menuju teman teman sekolahnya atau orang orang yang ia temui di jalanan yang mungkin saja sudah dimanfaatkan oleh musuh musuh Adnan.
"Apakah ini alasannya kenapa para pria penculik itu bisa mengetahui keberadaan saya meskipun saya sudah berusaha bersembunyi dengan sangat sangat rapat?" bisik Kaila lirih.
Adnan mengangguk pelan lalu ia segera mengambil telepon genggamnya untuk menghubungi kepala keamanan menara kaca dengan sebuah instruksi yang nampak sangat sangat darurat.
Ia memerintahkan untuk melakukan pemeriksaan secara menyeluruh terhadap semua barang milik Kaila tanpa terkecuali termasuk buku buku pelajaran dan sepatu yang sering digunakan.
Ketegangan di dalam kamar itu semakin memuncak seiring dengan suara sirine yang mulai terdengar sayup sayup dari arah gerbang utama menara kaca yang sangat sangat megah itu.
"Mulai besok kau tidak boleh membawa barang apa pun dari luar rumah ini tanpa seizin dari tim keamanan pribadiku," tegas Adnan dengan tatapan sangat sangat menusuk.
Kaila hanya bisa mengangguk pasrah sambil merapatkan selimut sutranya karena ia merasa dunianya yang semula sangat sangat sederhana kini telah berubah menjadi sangat sangat rumit.
Ia merasa sedih karena tas sekolah pemberian kakeknya itu kini harus disita dan diperiksa seolah olah benda tersebut adalah sebuah bom yang siap meledak kapan saja.
Namun di sisi lain ia merasa sangat sangat bersyukur karena Adnan selalu sigap melindunginya dari segala macam marabahaya yang datang silih berganti menghantam hidupnya.
"Tidurlah karena esok pagi kita harus berangkat menuju sebuah tempat yang sangat sangat jauh untuk bertemu dengan orang tua saya," ucap Adnan tiba tiba.
Kaila tersentak kaget mendengar ucapan Adnan yang nampak sangat sangat mendadak karena ia sama sekali belum mempersiapkan mental untuk menghadapi pertemuan keluarga.
Pertemuan pertama dengan mertua nampak seperti sebuah tantangan yang jauh lebih besar dan jauh lebih menakutkan dibandingkan dengan serangan para penculik misterius tadi malam.