NovelToon NovelToon
Membawa Benih Sang Casanova

Membawa Benih Sang Casanova

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / One Night Stand / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Action / Romantis / Mafia
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ibu.peri

Demi biaya pengobatan ibunya, Alisha rela bekerja di klub malam. Namun kepercayaannya dikhianati sang sahabat—ia terjerumus ke sebuah kamar hotel dan bertemu Theodore Smith, cassanova kaya yang mengira malam itu hanya hiburan biasa.
Segalanya berubah ketika Theodore menyadari satu kenyataan yang tak pernah ia duga. Sejak saat itu, Alisha memilih pergi, membawa rahasia besar yang mengikat mereka selamanya.
Ketika takdir mempertemukan kembali, penyesalan, luka, dan perasaan yang tak direncanakan pun muncul.
Akankah cinta lahir dari kesalahan, atau masa lalu justru menghancurkan segalanya?
Benih Sang Cassanova

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ibu.peri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KERJA SAMA PERUSAHAAN

Di Apartemen, cahaya matahari menelusup lembut melalui jendela besar apartemen yang disewa sementara oleh Alisha dan Elsa. Alisha tengah berdiri di depan cermin besar di kamar, merapikan blouse yang membingkai tubuh semampainya. Rambut panjangnya sudah ditata rapi dalam cepol santai. Sementara itu, Elsa sibuk mencari folder presentasi di ruang tamu.

“Thea, Sayang... Jangan main lipstik Mommy, itu bukan krayon,” tegur Alisha sambil menghampiri putrinya yang tengah berdiri di atas bangku, mencoret-coret bibirnya, didepan cermin kecil di meja rias dengan lipstik merah.

“Thea cuma mau kelihatan cantik, biar thea cepat dapat Daddy,” ujar Thea sambil memajukan bibir mungilnya, lalu memandang cermin dengan gaya bak model cilik.

Alisha hanya bisa menghela napas dan mengambil lipstik dari tangan Thea, mengusap wajah anaknya dengan tisu basah.

“Sayang, Kamu tidak bisa ikut ke kantor hari ini. Nanti Mommy usahakan pulang cepat, dan kita bisa pergi jalan-jalan,” ucap Alisha lembut.

Namun Thea mengerucutkan bibirnya, lalu menyilangkan tangan di dada dengan ekspresi protes.

“Thea ikut. Mungkin saja Daddy ada di sana, kan?” rengeknya sambil memandang bergantian antara Alisha dan Elsa.

Elsa yang sedari tadi mendengar percakapan itu langsung ikut bicara “Lish, kita harus mengakui, anakmu itu punya logika yang terlalu realistis untuk usianya.”

Alisha melirik Elsa tajam, lalu kembali menunduk menatap putrinya. “Thea, Mommy harus bekerja. Di kantor tidak ada tempat bermain, dan kamu akan bosan. Nanti Mommy ajak kamu keliling kota, ya?”

“Tapi kalau Thea tidak ikut, pasti mommy tidak mau mencari Daddy untuk Thea…” Thea masih berusaha keras membujuk, kali ini dengan suara pelan dan tatapan memelas yang seolah menusuk hati.

“Sayang, kita tidak perlu Daddy, dengan mommy saja sudah cukup,” jawab Alisha, berusaha tenang.

“Tidak bisa mom, kalau ingin punya adik lagi, Thea harus punya Daddy,,” jawab Thea cepat, sambil mengangkat satu alis. Jawaban polos yang membuat Elsa langsung tertawa terpingkal-pingkal.

“Anakmu ini... Tubuhnya saja yang kecil, tapi pikirannya sudah dewasa,” celetuk Elsa sambil menggelengkan kepalanya.

"Alish, mungkin benar ucapan Thea. sudah saatnya kau mencari Daddy untuk Thea dan membuatkan adik untuknya,"

Alisha tidak menghiraukan ucapan Elsa, ia duduk berjongkok di depan Thea, menangkup kedua pipi anak itu dengan lembut. "Thea, Mommy janji. Begitu pekerjaan Mommy selesai hari ini, kita akan keliling taman kota dan cari es krim rasa stroberi kesukaanmu, Deal?”

Thea diam sejenak, lalu akhirnya mengangguk dengan berat hati. “Oke, tapi Mommy harus janji. Untuk mencarikan Thea Daddy. Kalau tidak, Thea tidak akan mau lagi minum susu” ancamnya polos.

Alisha tersenyum lalu mencium kening anaknya. “Iya sayang,”

Dalam hati Alisha, ia juga merasakan sedih. Dari lahir Thea belum pernah merasakan kasih sayang seorang ayah. Tapi Alisha, masih merasa belum mampu untuk menjalin kedekatan dengan pria lain.

Setelah berpamitan dengan Thea yang akhirnya mengalah dan duduk sambil menonton kartun, Alisha dan Elsa pun melangkah keluar dari apartemen menuju WS Corporation, tempat segalanya akan dimulai kembali.

**

Sementara itu, suasana di WS Corporation berbanding terbalik. Jimy terlihat sibuk mondar-mandir di koridor kantor, beberapa kali mengecek ponselnya yang tidak kunjung mendapat balasan dari Theo.

“Huft, padahal hari ini ada rapat penting..” gumam Jimy sambil menghela napas panjang.

Hari ini adalah hari penting. Setelah menanti cukup lama, akhirnya kerja sama dengan perusahaan asal California akan dimulai.

Begitu melihat jarum jam menunjukkan waktu pertemuan, Jimy segera bersiap menyambut tamu. Tak lama kemudian, suara langkah kaki terdengar dari arah lobi.

“Selamat datang, Tuan Leonard,” sapa Jimy sambil mengulurkan tangan dengan ramah.

Leonard menyambut jabat tangan itu dengan hangat. Ia datang ditemani asisten pribadinya, serta dua wanita yang menyusul di belakang mereka. Salah satu dari mereka adalah model yang akan dipromosikan dalam proyek bersama ini: Alisha.

Alisha tampak anggun mengenakan blouse putih polos dipadukan dengan rok pensil berwarna krem. Di sampingnya, Elsa berjalan penuh percaya diri sambil membawa map dan tablet.

Setelah duduk di ruang pertemuan, Leonard membuka pembicaraan.

“Dimana Tuan Smith? Saya berharap bisa bertemu langsung dengannya hari ini,” tanya Leonard sambil menatap sekeliling, tampak mencari-cari sosok presdir yang dijanjikan.

Mendengar nama itu disebut, Alisha spontan menoleh. Nama itu—Smith—seolah memantik kembali memorinya. Ia teringat malam itu. Pria yang tidur dengannya. Dan nama yang tertulis di kertas kecil itu… Smith.

Jimy menarik napas, lalu menjawab dengan sopan, “Mohon maaf, Tuan. Presdir kami sedang dalam kondisi kurang sehat, sehingga tidak bisa hadir hari ini. Namun, beliau sudah berpesan akan menyambut langsung di pertemuan berikutnya.”

Leonard mengangguk memahami. “Saya harap beliau lekas pulih. Sesuai janji saya, hari ini kami membawa model yang sudah kami seleksi secara khusus. Dia adalah salah satu yang terbaik dari agensinya.”

Jimy menoleh dan memperhatikan sosok Alisha lebih saksama. Wajahnya muda, kulitnya bersih, dan posturnya sangat mendukung sebagai seorang model. Sorot mata Jimy menunjukkan ketertarikan profesional.

“Baik. Apakah Nona sudah siap bekerja hari ini?” tanya Jimy sambil menatap ke arahnya.

Namun, tidak ada jawaban. Alisha tampak melamun. Pikirannya melayang entah kemana. Elsa yang duduk di sampingnya segera menyikut pelan lengannya.

“Alish,” bisiknya perlahan.

“Hah?” Alisha terkesiap, menoleh dengan tatapan bingung.

Jimy sempat mengerutkan kening. Ia bukan tipe yang suka membentak, tapi dia menghargai profesionalisme.

“Untuk hari ini saya maklumi,” ujar Jimy dengan nada tenang namun tegas. “Tapi di lain waktu, kami berharap Anda bisa lebih fokus. Ini adalah perusahaan besar, dan kami memerlukan orang-orang yang bisa bekerja secara profesional.”

Alisha segera berdiri dari kursinya, sedikit membungkukkan badan dengan ekspresi menyesal.

“Mohon maaf, Tuan. Saya akan lebih fokus dan bekerja dengan sebaik mungkin. Saya sangat menghargai kesempatan ini,” ucapnya tulus.

Jimy tidak berkata apa-apa, namun matanya tak lepas dari Alisha. Ia menilai sikapnya—dan dari sorot mata itu.

Setelah pertemuan selesai, Alisha dan Elsa diarahkan menuju salah satu studio pemotretan di lantai empat. Di sana, mereka bertemu dengan tim kreatif yang akan menjelaskan konsep pemotretan dan skenario iklan secara lebih rinci.

Meski belum langsung menjalani sesi pemotretan hari ini, Alisha mulai mempelajari berbagai arahan. Ia mendengarkan dengan saksama, mencoba menyerap sebanyak mungkin informasi.

“Alish, kau harus fokus. Ingat, ini langkah awal kita,” bisik Elsa di sela-sela penjelasan tim.

Alisha hanya mengangguk pelan. Ia menarik napas panjang, lalu tersenyum tipis. Untuk sekarang, ia memilih mengesampingkan semua kecurigaan dan masalah pribadi.

“Nama Smith bukan hanya satu di negara ini,” batinnya.

Setelah diberi arahan yang cukup rinci, Alisha akhirnya mulai memahami konsep iklan yang akan digarap. Ia menyimak dengan serius dan cepat tanggap terhadap setiap instruksi yang disampaikan oleh tim kreatif.

"Baiklah, sepertinya Nona sudah memahami konsep iklan ini. Jadi, untuk hari ini cukup sampai di sini. Besok pagi kita akan memulai sesi pemotretan," ucap salah satu anggota tim periklanan dengan nada puas.

"Baik. Terima kasih banyak," jawab Alisha sopan sambil berdiri. Ia lalu berjalan keluar ruangan bersama Elsa.

"Alish, semoga kerja sama ini bisa membawa namamu dikenal di kancah internasional," ujar Elsa dengan nada penuh semangat.

"Aku tidak berharap sejauh itu. Aku bekerja hanya untuk Thea. Popularitas bukan sesuatu yang aku inginkan," jawab Alisha pelan namun tegas.

Elsa hanya mengangguk. Ia tahu betul sifat sahabatnya itu.

Saat keduanya keluar dari lift, tiba-tiba seorang pria berjalan dengan tergesa-gesa. Gerakannya nyaris menabrak Alisha, membuat gadis itu terkejut dan refleks berseru pelan.

"Akh..."

Tubuhnya hampir terjatuh ke belakang, namun pria itu sama sekali tidak menoleh. Ia tetap masuk ke dalam lift eksekutif dan segera menutup pintunya tanpa satu kata pun.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Elsa cepat, memegang bahu Alisha dengan cemas.

"Emm..." gumam Alisha pelan sambil memandangi pintu lift yang kini telah tertutup rapat. Ada ekspresi bingung di wajahnya, seolah ia sedang mencari sesuatu dalam ingatannya.

Mereka kembali berjalan menuju lobi, namun tiba-tiba terdengar bisikan dari beberapa karyawan yang sedang berkumpul tak jauh dari sana.

"Ada apa dengan Presdir?,"

"Kenapa penampilannya berantakan seperti itu?,"

Topik yang mereka bicarakan cukup mencuri perhatian.

"Apa benar itu CEO perusahaan ini?" tanya Elsa, mengingat sosok pria yang baru saja masuk ke lift khusus eksekutif. Pakaian pria itu kusut, rambutnya berantakan, dan wajahnya terlihat lelah.

"Katanya CEO mereka seorang 'pemain wanita' tapi penampilannya sangat tidak cocok " ujar Elsa lagi, masih tak percaya.

"Aku tidak peduli," sahut Alisha tanpa menoleh sedikit pun. "Aku hanya bekerja di sini, dan setelah tiga bulan, kita akan pulang."

Elsa tak berkata apa-apa lagi. Ia tahu Alisha hanya Fokus pada tujuan, dan tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal di sekitarnya.

Sementara itu, di dalam lift, pria yang baru masuk itu bersandar lemas di dinding. Tatapannya kosong, dan napasnya berat. Ia baru saja mendengar suara teriakan pelan seorang wanita. Teriakan yang entah mengapa terasa begitu familiar.

"Aku mulai gila?" gumamnya pelan. Tangannya terangkat dan mengacak-acak rambutnya yang memang sudah acak-acakan sejak pergi.

1
Hari Saktiawan
selamat tahun Baru juga 🎊🎊🎉🎉🎉🎉🎉🎉🎉🎉🎊🎉🎊🎉🎊🎊🎉🎉
Ndha: selamat tahun baru akak🤗🤗
total 1 replies
vj'z tri
🎉🎉🎉🎉 selamat tahun Baru semua doa terbaik buat kita semua 🎉🎉🎉
Ndha: Aamiin... 🥳
total 1 replies
Bu Dewi
up lagi kak😍😍😍
Ndha: besok ya kak🤗
total 1 replies
Mifta Nurjanah
kurang itu hentakannya
vj'z tri
🎉🎉🎉🎉🎉🎉 ayo Thor 🤗🤗🤗🤗🤗 di goyang up nya
Bu Dewi
up lagi kak🤭biasanya 2 kok ini cuma 1 seh/Whimper//Whimper//Grievance/
vj'z tri
ak hir nya ku menemukan mu ,saat haaati iiiini mulai meragukan , ku berharap engkaulah jawaban segala risau hatiku dan biarkan diriku mencintaimu hingga ujung usiaku🎉🎉🎉🎉🎉asekkkkkk
Aqillah Mustanir
up
Mifta Nurjanah
up lagi dongg minn
Bu Dewi
up lagi donk kak 🤭😄😍
Ndha: lanjut nanti kak😊
total 1 replies
vj'z tri
yakkkk itu Dady sayang Dady 🎉🎉🎉🎉🎉🎉
vj'z tri
jangan an permen toko bahkan pabrik nya bakal langsung di kasih 🤣🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
ya di Dady mu dan sekarang pun bau tapi bau wangiiii princess 🎉🎉🎉🎉
Mifta Nurjanah
lanjut
Bu Dewi
wah, penasaran siapa yg gendong? masak theo sih,pasti lucu kalau thea nolak dia...hihihihihi
Ndha: tunggu kelanjutannya 🤗
total 1 replies
vj'z tri
bikin penasaran loh 🤭🤭🤭🤭
Bu Dewi
Gak sabar nunggu kelanjutan ceritanya waktu mereka ketemu nantinya😍😍😍🤭
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 kan ibu suri di balik layar
vj'z tri
ibu suri kah 🤔🤔🤔
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣 putar haluan Dady
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!