NovelToon NovelToon
PEWARIS TERHEBAT 6

PEWARIS TERHEBAT 6

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Penyelamat / Action / Crazy Rich/Konglomerat / Balas Dendam / Sci-Fi
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: BRAXX

“Gray dan yang lain dalam bahaya. Aku harus menolong mereka.”

Ketika Luc Besson menekan tombol dan serangan mematikan itu melesat cepat ke arah Gray dan rombongan, Gavin memaksakan dirinya berdiri. Napasnya terengah-engah, tubuhnya nyaris tak sanggup bergerak, tetapi kakinya tetap melangkah.

“Tidak!”

Ia berlari sekuat tenaga, meski sadar tindakannya mungkin tidak akan menghentikan serangan itu. Namun ia tidak bisa berdiam diri ketika kematian berada tepat di depan mata orang-orang yang ingin ia selamatkan.

Di saat itulah Gavin berteriak dalam keputusasaan yang paling dalam.

“Aku mohon hentikan waktu agar aku menolong mereka.”

Seketika, Gavin terperangah. Sebuah gelombang aneh menjalar dari dalam tubuhnya, sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

“Apa yang terjadi?”

Di hadapan kehancuran yang tak terelakkan, Gavin melihat sesuatu yang tidak pernah dirinya lihat selama ini—sebuah tanda bahwa kekuatan tersembunyi di dalam dirinya akhirnya terbangun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34

Larson sedang berlatih di sebuah ruangan. Pria itu tampak fokus memukul dan menendang samsak. Keringat mengucur deras dari tubuhnya. Tatapannya tampak tajam, membayangkan pembicaraannya dengan Larvin semalam.

Larson seperti melihat masa lalunya bermunculan menggantikan samsak. Ia hidup dalam dunia hitam selama ini, nyaris tidak pernah berbuat kebaikan. Akan tetapi, ia tetaplah manusia yang menginginkan kebahagian hidup bersama orang-orang yang ia sayangi.

Larvin terus mewanti-wantinya untuk melindungi Alexis, Lizzy, dan calon keponakan barunya nanti. Pria tua itu seolah memberi tanda jika kehidupannya tidak akan lama lagi di dunia. Larson menyadari situasi tidak baik-baik saja, terlebih setelah kedatangan orang-orang asing dan aneh yang dibawa Xander.

"Aku tidak boleh terus menerus menjadi beban. Alexis berjuang sangat keras, dan aku tidak boleh hanya berdiam diri tanpa melakukan apa pun."

Larson memukul samsak hingga melayang dan membentur dinding. Ia menarik napas panjang, mengembuskan napas perlahan. Pria itu menyeka keringat, meneguk minuman hingga habis. Tak lama setelahnya, ia kembali berlatih beladiri.

Larson seketika menoleh ke belakang saat sesuatu mendarat di punggungnya. Ia kembali berlatih, tetapi tak lama setelahnya sesuatu mendarat di kepalanya. Hal itu terus terjadi hingga berkali-kali.

"Sial, apa yang terjadi?" Larson menoleh ke sekeliling. "Apa mungkin hantu di tempat ini juga sangat membenciku? Mereka pasti sudah bersekongkol dengan Alexander."

Larson kembali berlatih, tetapi lagi-lagi sesuatu mendarat di tubuhnya. "Sial! Tunjukkan dirimu, hantu sialan!"

Tiba-tiba terdengar suara tawa di ruangan.

Larson seketika bersiaga penuh, berjalan ke tengah ruangan. Ia membuka dan memeriksa lemari berkali-kali. "Sial, apa yang sebenarnya terjadi? Apakah hantu rumah ini benar-benar muncul dan menggangguku?"

Suara tawa kembali terdengar.

"Tunggu!" Larson tiba-tiba tersenyum. "Aku tahu siapa yang sudah mengerjaiku."

Larson mengawasi keadaan sekeliling kembali, berpura-pura melanjutkan latihan. Ia menggertakkan gigi saat beberapa benda menyerangnya lagi.

Larson memejamkan mata, seketika berbalik, dan melesatkan pukulan. Ia mendadak terdiam saat tangannya mendarat di sebuah benda yang sangat keras. "Ah, tanganku!"

Suara tawa lebih keras kembali terdengar. Tak lama setelahnya, Alexis muncul di hadapan Larson bersama Axo, Axe, dan sebuah robot bernama Aeon.

Larson sontak terjatuh, menatap tanpa berkedip-kedip. "Alexis memang mengerjaiku. Aku mengenal suara tawanya, tetapi aku tidak bisa melihat keberadaannya.”

Alexis tertawa terbahak-bahak. "Kau sangat lucu saat ketakutan, Paman."

Larson bergegas berdiri, bersiap menjewer Alexis. Akan tetapi, Aeon segera memasang penghalang dan memasuki mode siaga. "Sial, benda apa itu?"

Larson melihat tangannya yang merah.

"Paman, dia adalah Aeon, asisten robotku. Paman Baba dan teman-temannya yang sudah membuat robot ini untukku. Bukankah dia luar biasa?" Alexis memeluk Aeon.

"Asisten robot?" Larson menatap robot berwarna putih biru itu dari atas hingga bawah. "Jadi, dia yang membuatmu menghilang, Alexis?"

"Tidak, Paman." Alexis memangku Axo. "Axo membuatku menghilang. Bukankah aku sudah mengatakannya berkali-kali padamu?"

"Kucing sialan itu membuatmu bisa menghilang?" Larson menoleh pada Axo. "Kau pasti bergurau, Alexis. Robot itu pasti yang sudah menghilangkan keberadaanmu."

Larson mengamati Aeon lekat-lekat. "Kau harus berjuang dengan kemampuanmu sendiri, Alexis. Kau tidak bisa bergantung pada robot dan alat-alat canggih.”

"Ayah juga mengatakan hal yang sama seperti yang kau katakan, Paman." Alexis mendekatkan Axo pada Larson. "Paman, aku akan membuatmu menghilang dengan kemampuan Axo. Bersiaplah."

"Berhenti bermain-main, Alexis. Kau sebaiknya segera kembali ke ruanganmu. Aku sedang berlatih. Satu hal lagi, jauhkan kucing itu dariku. Dia sangat jelek sepertimu."

"Axo, buat kami menghilang seperti tadi." Alexis tiba-tiba menghilang bersama Axo, Axe, dan Aeon.

Larson sontak terkejut, menatap tak berkedip. Ia sontak terdiam saat tidak melihat bayangannya menghilang di cermin. "Apa yang terjadi? Aku benar-benar menghilang."

"Paman, ayo kejutkan Kakek Samuel dan Kakek Sebastian dengan kemampuan ini," ujar Alexis.

"Ayahmu pasti akan langsung menendangku jika kau berani mengerjai kakek-kakekmu, Alexis. Ayahku juga pasti akan meng ... maksudmu memukulku."

Keberadaan Alexis dan Larson kembali seperti semula.

Alexis mengamati Axo. "Axo tampaknya sudah lapar, Paman. Aku harus memberinya makanan sekarang.”

Alexis, Axo, Axe, dan Aeon meninggalkan ruangan. Para pengawal segera mengikuti Alexis setelah mencari keberadaan anak kecil itu.

Larson termenung selama beberapa waktu. "Apa benar kucing itu mampu membuat siapapun yang memegangnya menghilang?"

Larson duduk di tengah ruangan. "Alexis pernah mengatakan jika burung merpati itu bisa melihat seseorang dari jauh."

Sementara itu, Luc Besson masih terbaring di ranjang dengan penjagaan para robotnya. Beberapa robot berkutat menyimpulkan informasi dari laporan George.

Luc Besson membuka mata perlahan, mengembus napas panjang. Ia kembali tertidur setelah melihat pekerjaan robot-robotnya. Kondisinya mulai membaik.

Baba memasuki ruangan. "Aku kira kau harus menyirammu dengan air untuk membangunkanmu. Aku dan yang lain sudah menunggumu untuk makan malam."

Luc Besson keluar dari kapsul, merenggangkan badan. "Kau datang di saat yang tepat. Aku memang sedang lapar sekarang."

Luc Besson terdiam saat menerima sebuah laporan. "Sebaiknya aku bergegas karena aku memiliki pekerjaan penting setelah ini."

Baba dan Luc meninggalkan ruangan, berjalan di lorong.

"Apakah Gavin dan Osvaldo Tolliver sudah terbangun?" tanya Luc seraya mengamati layar sesaat. Ia mendapatkan firasat yang buruk.

Baba dan Luc bergabung dengan Gray, Bennet, dan Bruce di sebuah ruangan. Di saat yang sama, Xander juga sedang menikmati makan malam bersama yang lain. Ia beberapa kali melirik jam saat waktu pertemuannya dengan Luc Besson semakin dekat. Pembicaraan itu akan menjadi keputusan baru dalam hidupnya.

Gray mengamati Luc Besson, bersikap tidak terjadi apapun setelah Luc memintanya untuk tetap diam.

Luc Besson bergegas kembali ke ruangannya, mempelajari semua informasi dari George. Ia mengepalkan tangan erat-erat, bersikap setenang mungkin.

Gray, Baba, Bennet, dana Bruce masih berada di ruangan setelah makan malam. Mereka bersantai sebelum berlatih kemampuan.

"Apa yang sedang si Pak Tua itu pikirkan, Gray?" tanya Bruce, "Aku merasa sangat tegang dan ketakutan setelah melihat ekspresi wajahnya yang cukup tegang."

"Aku merasakan firasat yang buruk, terlebih besok adalah hari keberangkatan Alexander menuju markas UltraTech," kata Bennet.

"Luc memintaku untuk menutup mulut. Kita akan tahu dalam waktu dekat." Gray berdiri dari kursi. "Aku akan mengunjungi Gavin dan Osvaldo Tolliver sebelum berlatih."

"Kenapa mereka berdua senang sekali bermalas-malasan di ranjang?" Bennet berdecak. “Aku akan membersihkan dan menyusulmu, Gray."

Suasana kediaman utama menjadi hening.

Luc Besson pergi menemui Xander di ruangannya. Miguel, Ryder, dan beberapa pengawal mengikutinya dari samping dan belakang.

Larson mengintip dari balik dinding, mengepalkan tangan erat-erat. "Siapa pria tua itu sebenarnya? Dia bahkan dijaga sangat ketat oleh Miguel dan para pengawal utama. Alexander juga tampak waspada sekaligus mengandalkannya. Melihat ekspresi wajah mereka, aku menduga sedang terjadi sesuatu."

Luc Besson memasuki ruangan, berdiri di depan Xander. "Sepertinya, akulah yang harus pergi ke markas UltraTech besok."

Xander mengembus napas lega sekaligus kecewa. "Kau tampaknya sudah tidak ragu lagi memutuskan hal itu."

Luc duduk di depan Xander, menatap Xander saksama. "Aku akan memberitahumu sesuatu yang penting, Alexander. UltraTech berniat untuk memasang chip di otakmu dan ketiga anggota yang baru.”

1
MELBOURNE
sabar sabar
Glastor Roy
update ya torrr ku
Suris
Muantuaappp../Good/ Lanjut Thor..
Glastor Roy
update ya torrr ku
Suris
makin berkembang dan makin seru ceritanya. lanjut thor... /Good/semangat...
Glastor Roy
up
Glastor Roy
yg bayak la tor
MELBOURNE: sabar guyss
total 1 replies
Glastor Roy
update ya torrr ku yang baik hati
Glastor Roy
update ya torrr ku yang
MELBOURNE: udah diupload semua yaa
tunggu sebentar
total 2 replies
Glastor Roy
tor up ya
Glastor Roy
update
Glastor Roy
update ya torrr ku
MELBOURNE: sabar prosess
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!