Gadis, sejak kecil hidup dalam bayang-bayang kesengsaraan di rumah keluarga angkatnya yang kaya. Dia dianggap sebagai anak pembawa sial dan diperlakukan tak lebih dari seorang pembantu. Puncaknya, ia dijebak dan difitnah atas pencurian uang yang tidak pernah ia lakukan oleh Elena dan ibu angkatnya, Nyonya Isabella. Gadis tak hanya kehilangan nama baiknya, tetapi juga dicampakkan ke penjara dalam keadaan hancur, menyaksikan masa depannya direnggut paksa.
Bertahun-tahun berlalu, Gadis menghilang dari Jakarta, ditempa oleh kerasnya kehidupan dan didukung oleh sosok misterius yang melihat potensi di dalam dirinya. Ia kembali dengan identitas baru—Alena.. Sosok yang pintar dan sukses.. Alena kembali untuk membalas perbuatan keluarga angkatnya yang pernah menyakitinya. Tapi siapa sangka misinya itu mulai goyah ketika seseorang yang mencintainya ternyata...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sagitarius-74, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENCARI IDENTITAS SANG PENDONOR
Malam itu sunyi, hanya suara jangkrik yang memecah keheningan. Gadis terbangun dari tidurnya. Ia merasa haus dan memutuskan untuk pergi ke kamar mandi. Langkahnya pelan, berusaha tidak menimbulkan suara yang bisa membangunkan seisi rumah.
Saat melewati ruang kerja Tuan Antonio, Gadis mendengar suara samar-samar. Awalnya ia tidak terlalu menghiraukan, namun kemudian ia menyadari bahwa itu adalah suara Tuan Antonio dan Nyonya Isabella.
"Mereka sedang berbicara tentang apa? kedengarannya seru," pikir Gadis, penasaran.
Ia menghentikan langkahnya. Rasa ingin tahu mengalahkan rasa kantuknya. Ia mendekat, mencoba mencuri dengar percakapan mereka.
"Aku tidak habis pikir, kenapa pendonor itu bersikeras agar uangnya digunakan untuk biaya sekolah si Gadis," ujar Tuan Antonio dengan nada kesal.
"Sudahlah, Antonio. Yang penting ginjal itu cocok untuk Ferdo. Kita sudah berjanji akan memenuhi permintaannya," jawab Nyonya Isabella.
"Tapi kenapa harus sekolah yang bagus? Aku sudah memindahkannya ke sekolah yang biasa saja. Uangnya bisa kita gunakan untuk keperluan lain," balas Tuan Antonio.
Gadis terkejut mendengar percakapan itu. Jadi, ada seseorang yang mendonorkan ginjalnya untuk Ferdo, dan pendonor itu meminta agar uang imbalan ginjalnya digunakan untuk biaya sekolah Gadis.
" Tapi kenapa Nyonya Isabella malah memindahkanku ke sekolah yang kurang bagus? Siapa sebenarnya pendonor itu? Dan apa hubungannya dengan aku? Bukankah aku hanya anak yatim piatu yang hidup di panti asuhan?"
Pertanyaan-pertanyaan itu berputar-putar di kepala Gadis. Sejak malam itu, ia tidak bisa tidur nyenyak. Ia merasa ada sesuatu yang disembunyikan darinya. Ia bertekad untuk mencari tahu kebenaran tentang pendonor misterius itu.
Hari-hari berikutnya, Gadis mulai mencari informasi. Ia mencoba bertanya kepada Tuan Antonio dan Nyonya Isabella, namun mereka selalu mengelak dan mengatakan bahwa ia tidak perlu tahu tentang hal itu.
"Kamu bicara apa Gadis? dasar manusia aneh. Suka ngarang cerita!" bentak Nyonya Isabella.
Gadis tidak menyerah. Ia mencari informasi dari orang-orang di sekitar rumah, namun tidak ada yang tahu apa-apa.
Suatu sore, saat Gadis sedang menyapu halaman rumah, ia melihat Ferdo berjalan ke arahnya. Ferdo tersenyum dan menyapanya.
"Hai, Gadis. Sedang apa?" sapa Ferdo.
"Seperti yang kamu lihat, menyapu," jawab Gadis singkat.
"Boleh aku temani?" tanya Ferdo.
Gadis mengangguk. Mereka berdua menyapu halaman bersama-sama. Gadis merasa ini adalah kesempatan yang baik untuk mencari informasi tentang pendonor ginjal Ferdo.
"Ferdo, boleh aku bertanya sesuatu?" tanya Gadis ragu-ragu.
"Tentu saja, Gadis. Ada apa?" jawab Ferdo.
"Apa kamu tahu siapa yang mendonorkan ginjalnya untukmu?" tanya Gadis.
Ferdo terdiam sejenak. Ia tampak berpikir keras. "Aku tidak tahu pasti, Gadis. Orang tuaku tidak pernah memberitahuku," jawab Ferdo.
"Apa kamu tahu kalau pendonor itu meminta agar uang imbalan ginjalnya digunakan untuk biaya sekolahku?" tanya Gadis lagi.
Ferdo terkejut mendengar pertanyaan Gadis. "Benarkah? Aku baru tahu," jawab Ferdo.
"Tapi kenapa Nyonya Isabella malah memindahkanku ke sekolah yang biasa saja?" tanya Gadis dengan nada sedih.
Ferdo merasa iba melihat Gadis. Ia tahu bahwa Gadis adalah gadis yang baik dan pintar. Ia tidak seharusnya diperlakukan seperti itu.
"Gadis, aku janji akan mencari tahu tentang hal ini. Aku akan mengorek keterangan dari kedua orang tuaku," ujar Ferdo dengan sungguh-sungguh.
Gadis menatap Ferdo dengan tatapan penuh harap. "Sungguh, Ferdo? Kamu mau membantuku?" tanya Gadis.
"Tentu saja, Gadis. Aku akan melakukan yang terbaik untukmu," jawab Ferdo.
Sejak saat itu, Ferdo mulai mencari informasi tentang pendonor ginjalnya. Ia bertanya kepada kedua orang tuanya, namun mereka selalu memberikan jawaban yang berbeda-beda. Ferdo merasa curiga. Ia yakin ada sesuatu yang mereka sembunyikan.
Suatu malam, Ferdo tidak sengaja mendengar percakapan antara Tuan Antonio dan Nyonya Isabella di ruang kerja mereka.
"Kita harus berhati-hati, Antonio. Gadis sudah mulai curiga tentang pendonor itu," ujar Nyonya Isabella.
"Aku tahu, Isabella. Kita harus melakukan sesuatu agar dia tidak mencari tahu lebih jauh," jawab Tuan Antonio.
"Bagaimana kalau kita kirim dia ke luar negeri? Ke tempat yang jauh dari sini," usul Nyonya Isabella.
"Ide bagus, Isabella. Kita bisa mengirimnya ke sekolah asrama di Swiss. Dengan begitu, dia tidak akan bisa mencari tahu apa-apa lagi," jawab Tuan Antonio.
Ferdo terkejut mendengar rencana kedua orang tuanya. Ia tidak menyangka mereka akan melakukan hal itu kepada Gadis. Ferdo merasa bersalah karena selama ini ia tidak pernah peduli dengan Gadis. Ia selalu sibuk dengan dirinya sendiri.
Ferdo memutuskan untuk menemui Gadis dan menceritakan semua yang ia dengar. Ia tidak ingin Gadis dikirim ke luar negeri tanpa mengetahui kebenaran tentang pendonor ginjalnya.
"Gadis, aku punya sesuatu yang penting untuk diceritakan kepadamu," ujar Ferdo dengan nada serius.
Gadis menatap Ferdo dengan tatapan bingung. "Ada apa, Ferdo?" tanya Gadis.
Ferdo menceritakan semua yang ia dengar dari percakapan Tuan Antonio dan Nyonya Isabella. Gadis terkejut mendengar rencana mereka untuk mengirimnya ke Swiss.
"Aku tidak percaya mereka akan melakukan hal itu kepadaku," ujar Gadis dengan nada sedih.
"Aku minta maaf, Gadis. Aku tidak tahu kalau mereka akan bertindak sejauh ini," ujar Ferdo.
"Tidak apa-apa, Ferdo. Aku berterima kasih karena kamu sudah memberitahuku," jawab Gadis.
"Gadis, aku akan membantumu mencari tahu kebenaran tentang pendonor itu. Aku tidak akan membiarkan mereka mengirimmu ke Swiss," ujar Ferdo dengan tekad yang kuat.
Gadis tersenyum. Ia merasa senang karena Ferdo bersedia membantunya. Bersama-sama, mereka akan mencari tahu siapa sebenarnya pendonor ginjal Ferdo dan apa hubungannya dengan Gadis.
Malam itu, Gadis dan Ferdo menyusun rencana untuk mencari informasi tentang pendonor ginjal Ferdo. Mereka memutuskan untuk mencari tahu dari catatan medis Ferdo di rumah sakit.
"Kita harus berhati-hati, Gadis. Jika orang tuaku tahu, mereka pasti akan marah," ujar Ferdo.
"Aku tahu, Ferdo. Tapi kita tidak punya pilihan lain," jawab Gadis.
Keesokan harinya, Gadis dan Ferdo pergi ke rumah sakit tempat Ferdo dulu dirawat. Mereka menyamar sebagai petugas administrasi rumah sakit dan berhasil masuk ke ruang arsip.
"Kita harus mencari catatan medis Ferdo," ujar Gadis.
Mereka berdua mencari-cari di antara tumpukan berkas. Setelah beberapa jam mencari, akhirnya mereka menemukan catatan medis Ferdo.
"Ini dia!" seru Ferdo.
Mereka berdua membuka catatan medis Ferdo dan mencari informasi tentang pendonor ginjalnya. Namun, nama pendonor itu disamarkan. Hanya ada kode angka yang tertulis di sana.
"Sial! Mereka menyembunyikan identitas pendonor itu," ujar Ferdo dengan nada kesal.
"Jangan menyerah, Ferdo. Kita pasti bisa menemukan cara untuk mengetahui siapa pendonor itu," ujar Gadis.
Mereka berdua kembali mencari-cari di antara catatan medis Ferdo. Akhirnya, mereka menemukan sebuah catatan kecil yang berisi nomor telepon.
"Nomor telepon siapa ini?" tanya Gadis.
"Aku tidak tahu. Tapi mungkin ini ada hubungannya dengan pendonor itu," jawab Ferdo.
Gadis mencoba menghubungi nomor telepon itu. Setelah beberapa kali dering, akhirnya seseorang mengangkat telepon.
"Halo, dengan siapa ini?" tanya Gadis.
"Saya adalah pengacara dari pendonor ginjal Ferdo," jawab suara di seberang telepon.
Gadis dan Ferdo terkejut mendengar jawaban itu. Mereka tidak menyangka akan menemukan pengacara dari pendonor itu.
"Bisakah kami bertemu dengan Anda? Kami ingin mengetahui siapa pendonor ginjal Ferdo," tanya Gadis.
"Tentu saja. Silakan datang ke kantor saya besok pagi," jawab pengacara itu.
Gadis dan Ferdo merasa senang karena akhirnya mereka bisa bertemu dengan seseorang yang tahu tentang pendonor ginjal Ferdo. Mereka berharap bisa segera mengetahui kebenaran tentang siapa pendonor itu dan apa hubungannya dengan Gadis..