Dua keluarga yang terlibat permusuhan karena kesalahpahaman mengungkap misteri dan rahasia besar didalamnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MagerNulisCerita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
(Prolog) Kilasan Balik 17 Tahun Lalu
Di sebuah rumah sakit umum di Yogyakarta, dua bayi perempuan lahir pada hari yang sama dari dua keluarga terpandang: keluarga besar Hutomo dan keluarga besar Wijaya. Kelahiran keduanya disambut dengan penuh sukacita, sebab kedua keluarga ini bukan hanya mitra bisnis yang saling menguatkan, tetapi juga menjalin persahabatan erat selama bertahun-tahun. Hubungan yang saling percaya itu seakan menjadi fondasi kokoh bagi masa depan kedua dinasti besar tersebut.
Namun, kebahagiaan itu berubah menjadi lembaran kelam ketika sebuah insiden tragis mengguncang keluarga Hutomo. Putra sulung mereka, Arnold Hutomo (9 tahun) dan Maria Hutomo (Istri Pak Hutomo), tewas dalam kecelakaan maut di tol Jagorawi. Mobil yang mereka tumpangi disebut mengalami rem blong dan menabrak pembatas jalan dengan keras, sehingga membuat pengendara termasuk Arnold dan Maria meninggal di tempat oleh pihak berwenang. Peristiwa itu tidak hanya mengguncang dunia bisnis dan media, tetapi menghancurkan kehidupan keluarga Hutomo secara menyeluruh.
Keluarga Hutomo meyakini bahwa kecelakaan tersebut bukanlah murni musibah. Mereka menduga bahwa keluarga Wijaya memiliki peran dalam tragedi itu. Dugaan ini muncul karena Arnold merupakan pewaris utama grup Hutomo seorang anak yang dikenal cerdas, berwawasan luas, dan diproyeksikan menjadi penerus paling menjanjikan. Keluarga Hutomo berpikir bahwa keluarga Wijaya ingin menguasai area bisnis strategis, dan langkah paling efektif untuk melemahkan mereka adalah dengan menyingkirkan Arnold.
Sejak munculnya tuduhan itu, hubungan kedua keluarga yang semula harmonis berubah menjadi dingin dan penuh kecurigaan. Kerja sama bisnis yang telah dibangun selama puluhan tahun runtuh begitu saja, digantikan oleh persaingan ketat yang merambat ke berbagai sektor usaha di Indonesia bahkan Asia Tenggara. Meski kedua pihak berupaya menjaga stabilitas bisnis masing-masing, namun luka batin dan konflik emosional membuat situasi keluarga tak pernah kembali seperti semula.
Di sisi lain, Melissa Hutomo, sang istri, mengalami depresi berat setelah kehilangan putra sulungnya. Kesedihan mendalam yang ia rasakan menyebabkan keharmonisan keluarga kian merosot. Angga Hutomo, suami sekaligus kepala keluarga, berusaha keras merawat Melissa sambil tetap mengurus kedua anak mereka: Marvino Angga Hutomo, bocah berusia 7 tahun, serta Naura Angga Hutomo, bayi perempuan yang baru lahir pada hari yang sama dengan putri keluarga Wijaya. Meskipun Angga mengerahkan segala tenaga, kesabaran, dan kasih sayang, kondisi istrinya tidak kunjung membaik. Dari hari ke hari, rumah tangga itu terasa semakin rapuh.
Sementara itu, dari sisi keluarga Wijaya, tuduhan yang diarahkan kepada mereka dianggap tidak berdasar dan sangat melukai. Hendra Wijaya, kepala Wijaya Grup, tidak dapat memahami bagaimana sebuah keluarga yang begitu dekat dengannya bisa tiba-tiba menuduh mereka sebagai dalang tragedi tanpa sebab dan alasan yang jelas. Ia menyayangkan keputusan keluarga Hutomo yang menutup akses komunikasi dan mengakhiri persahabatan panjang tanpa kesempatan untuk klarifikasi. Baik Hendra maupun istrinya, Anindita Wijaya, berulang kali mencoba memperbaiki hubungan itu. Mereka mengirim pesan, mengajukan pertemuan, bahkan mendatangi kediaman keluarga Hutomo. Tetapi semua usaha mereka sia-sia; setiap pintu komunikasi seakan tertutup rapat.
Hendra dan Anindita dikenal sebagai sosok yang rendah hati, sabar, dan bersahaja meski memiliki kekuasaan besar. Mereka memiliki tiga orang anak: Michael Wijaya (8 tahun), Nathanael Wijaya (7 tahun), dan Tiara Wijaya, bayi perempuan yang lahir pada hari yang sama dengan Naura. Berbeda dengan keluarga besar mereka yang penuh tuntutan, Hendra dan Anin membesarkan kedua putranya tanpa paksaan untuk menjadi pewaris sempurna. Mereka ingin anak-anaknya tumbuh ceria, tegas, penyayang, dan tidak terbebani oleh ambisi keluarga besar.
Namun ada satu hal yang tidak diketahui oleh keluarga Hutomo bahwa sejak tragedi kecelakaan Arnold, Hendra Wijaya diam-diam melakukan penyelidikan pribadi. Ia meyakini bahwa ada pihak ketiga yang menginginkan pertikaian antara kedua keluarga besar itu. Setiap petunjuk ia kumpulkan secara hati-hati, tanpa melibatkan media atau institusi mana pun. Bagi Hendra, menemukan kebenaran adalah satu-satunya cara untuk memulihkan nama baiknya dan mengembalikan persahabatan yang telah hilang.