Kisah menakjubkan tentang perpindahan Jiwa seorang Ratu Mafia ke dalam Tubuh seorang Gadis Cupu yang diabaikan dan direndahkan oleh keluarganya.
Gadis Cupu itu terus-menerus dianggap tidak berarti oleh keluarganya.
Namun semua hinaan dan pandangan meremehkan itu tak pernah mampu mematahkan semangat nya.
Penuh Drama yang menegangkan, mari ikuti Perjalanan Hidup Mafia Queen X Gadis Cupu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PrinsesAna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4
Tok, tok, tok... "Non, bangun, Non. Bukannya Non mau sekolah hari ini, ya?" panggil Bi Ina dari balik pintu, membangunkan Ara.
"Ugh... iya, Bi," sahut Ara dengan nada malas dari dalam kamar. Mendengar jawaban Ara, Bi Ina pun segera turun ke lantai bawah.
Ara akhirnya bangun dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Setelah selesai mandi, ia mulai mencari seragam sekolahnya. Ia membongkar semua isi lemari demi menemukan seragam yang pas untuk dirinya—bukan seragam asli miliknya, melainkan seragam yang agak longgar dengan rok panjang di bawah lutut.
"Huff, akhirnya ketemu juga seragam ini. Kayaknya belum pernah dipakai, deh," gumam Ara pada dirinya sendiri. Ia segera mengenakan seragam tersebut, yang ternyata cukup pas di tubuhnya.
Ara memiliki postur tubuh ideal dengan tinggi badan yang tidak terlalu mencolok. Ia tidak berdandan berlebihan, hanya memakai bedak bayi dan lip balm agar wajahnya tidak terlihat pucat. Rambut panjangnya dibiarkan tergerai dengan bagian bawah yang sedikit dikeriting.
"Perfect," ucap Ara sambil menatap pantulan dirinya di cermin. Matanya yang bulat berwarna hazel serta bibir tipis merah seperti ceri menambah kesan manis pada penampilannya.
Ara kemudian segera turun ke bawah. Suara langkahnya terdengar jelas: tap, tap, tap.
Semua orang yang sedang duduk di meja makan sontak menoleh. Mereka terkejut melihat penampilan Ara yang begitu berbeda dari biasanya. Saat itu, Ara tampak sangat cantik dan menggemaskan. Tanpa banyak basa-basi, ia langsung mengambil tempat duduk untuk sarapan. Namun, karena enggan berlama-lama bersama keluarganya, Ara hanya memilih makan sepotong roti dengan selai cokelat. Setelah menyelesaikan sarapannya, ia segera berdiri dan bersiap berangkat sekolah.
Sebelum pergi, Ara berjalan ke dapur untuk pamit pada Bi Ina, sosok yang selalu membela dan menyayanginya tanpa syarat.
"Bi, Ara berangkat dulu, ya," pamitnya sambil meraih tangan Bi Ina untuk bersalaman.
"Ehh, jangan, Non. Tangan Bibi lagi kotor, tuh," ucap Bi Ina sambil menarik tangannya menjauh.
"Enggak apa-apa kok, Bi. Ara pergi dulu, ya," jawab Ara sambil tetap meraih tangan Bi Ina untuk bersalaman lalu menciumnya dengan lembut.
"Iya, Non. Hati-hati di jalan, ya," pesan Bi Ina dengan penuh perhatian.
"Iya, Bi," jawab Ara sambil berjalan melewati keluarganya tanpa niat untuk berpamitan.
"Ara, kau sungguh tidak punya sopan santun. Pergi saja tanpa mengatakan apa-apa," ujar sang ayah dengan suara datar.
Ara menghentikan langkahnya, lalu berbalik menatap mereka. "Bukankah Tuan dan Nyonya yang selalu bilang agar aku tidak mengganggu atau mencari perhatian kalian?" tanya Ara dengan nada yang sama datarnya, lengkap dengan tatapan tanpa ekspresi.
Deg.
Mereka kembali terkejut mendengar jawaban Ara yang kini berbeda dari biasanya. Ara yang dulu selalu menyapa dengan senyum manis dan mata berbinar, kini berganti menjadi seorang gadis dengan tatapan kosong. Tak ada lagi kasih sayang yang biasa ia perlihatkan kepada keluarganya. Mereka hanya mampu diam; tak satu pun memberanikan diri menjawab kata-kata Ara.
"Tuan, Nyonya, dan kalian semua, tenang saja. Aku tak akan mengganggu kalian lagi. Aku tidak akan berharap kasih sayang dari kalian, karena aku sudah tidak membutuhkannya. Anggap saja aku tidak ada. Anggap saja kalian hanya memiliki satu anak, yaitu Vania. Mulai sekarang, mari bertingkah seperti orang asing yang tak saling mengenal," tegas Ara sambil melanjutkan langkahnya menuju sekolah.
Deg.
Hati mereka terasa seperti dihantam keras mendengar ucapan Ara. Dari sorot matanya, mereka tahu ia tidak sedang main-main. Semua tenggelam dalam pikiran masing-masing.
"Maafkan Ayah, Putriku," gumam sang ayah dalam hatinya yang terasa perih akibat perkataan putrinya. "Maafkan Ibu, sayang," ucap bundanya dalam hati, turut merasakan luka mendalam yang selama ini dialami Ara. "Cih, pasti cuma drama saja," gumam Arga dalam hati. Ia tak bisa menyembunyikan kebenciannya pada adiknya itu. "Maafin Abang ya, Dek," bisik Arka dalam hati, ikut merasa bersalah mendengar ucapan Ara. "Sialan si Ara. Tunggu saja, Ra. Aku akan membuat semua orang membencimu," gerutu Vania dalam hati sambil mengepalkan tangan di bawah meja, menahan amarahnya pada Ara.
"Bun, Yah, Arka berangkat dulu," pamit Arka sambil bangkit berdiri dan keluar menuju sekolah, diikuti oleh Arga dan Vania. "Yah, Bun, Arga juga pamit dulu," ujar Arga sebelum pergi. "Nia juga jalan dulu ya, Bun, Yah," kata Vania sambil mencium pipi kedua orang tuanya. "Iya, Sayang, hati-hati ya di jalan," balas ibu dan ayah mereka serempak.
Ketiganya segera pergi ke sekolah dengan naik motor. Vania berboncengan dengan Arga menuju SMA Garuda, sebuah sekolah elit yang kebetulan dimiliki oleh keluarga Ara.
Ara tiba di sekolah lebih dulu menggunakan motor sport keluaran terbaru. Kedatangannya langsung membuat heboh seluruh warga sekolah.
"Wah, siapa tuh! Keren banget!" ujar seorang siswi A. "Beneran anak baru kayaknya," tambah siswi B. "Cewek atau cowok ya? Kalau cowok bakal nambah daftar most wanted kita nih! Aaa, jadi semangat ke sekolah!" gumam siswi C penuh antusias.
Ara hanya duduk diam di atas motornya sambil mendengar bisik-bisik itu. Ia menyeringai kecil dari balik helm full-face-nya. Karena merasa bosan, Ara mulai melepas helmnya perlahan—dengan gerakan slow motion yang membuat semua orang penasaran.
Saat helm itu akhirnya terlepas, suasana di sekitar pun langsung riuh dengan teriakan dan histeria.
"Woiii! Mak, calon mantumu datang nih!" teriak seorang siswa A. "Gila! Cantik banget! Lucu lagi!" seru siswa B.
"Mana karung? Mana karung buat bawa dia pulang?!" celetuk siswa C dengan heboh.
"Tunggu deh, kok wajahnya kayak nggak asing ya?" bisik seorang siswi penuh keraguan.
"Iya ya, kayak pernah lihat, tapi di mana ya?" jawab temannya menimpali.
"OMG! Itu kan si cupu dulu!" teriak salah satu siswi dengan semangat luar biasa hingga membuat semuanya terkaget-kaget.
"Gila, lama banget nggak keliatan. Tiba-tiba muncul udah kayak bidadari aja," teriak mereka dengan penuh kehebohan.
Berbagai bisikan lain juga terdengar oleh Ara. Namun, lantaran dia tipe orang yang santai dan cuek, Ara hanya diam dan langsung berjalan menuju kelasnya. Dia sudah tahu lokasi kelas itu berdasarkan ingatan yang dia terima dari Ara asli.
"Gila, itu beneran si cupu?" tanya Lucas dengan kaget dan antusias.
"Iya, beneran itu si dekil!" sahut Ryan, nggak kalah heboh.
"Astaga, cantik banget sekarang tuh si cupu," tambah Alvin dengan suara penuh semangat seperti Lucas dan Ryan.
"Ah, palingan cuma trik doang buat narik perhatian kita semua," ucap Arga dengan nada tak percaya saat membicarakan perubahan adiknya.
"Bisa jadi sih, tunggu aja. Sebentar lagi pasti dia bakal nyamperin wakil ketua kita ke sini," jawab Lucas sembarangan.
Sementara itu, Ara terus berjalan dengan tatapan dingin dan tanpa ekspresi. Ketika dia melewati geng Bruiser, dia hanya berjalan lurus tanpa menyapa maupun melirik mereka sedikit pun.
Mereka semua melongo tak percaya melihat Ara yang benar-benar acuh, bahkan tidak memperhatikan keberadaan mereka.
"Gila, kayaknya Ara udah move on dari wakil ketua nih," ucap Lucas dengan riang.
"Iya, dan tatapannya dingin banget. Jadi ngeri nggak sih?" timpal Ryan yang heboh bersama Lucas dan Alvin.
"Dasar Ara, selalu aja cari perhatian orang-orang. Lihat aja nanti," ucap Vania dalam hati dengan geram.
"Cih, trik murahan," pikir Gavin dalam diam dengan sinis.
Perkenalan anggota geng Bruiser:
1. GIORDANO CRISTIAN SMITH
Pemimpin geng Bruiser. Berwajah tampan, dingin, datar, jarang bicara, dan tentu saja jago berkelahi. Semua orang tahu dia sangat ganas kalau sudah turun tangan.
2. ERNEST GAVIN HARISSON
Wakil pemimpin geng Bruiser. Wajahnya juga tampan—bahkan banyak yang menganggap dia lebih tampan daripada Giordano. Dinginnya nggak jauh beda dari ketua geng, ditambah lagi dia juga sangat tangguh dalam bela diri.
3. ARKA JULIAN ANDERSON
Satu lagi anggota geng yang berwajah tampan dan sangat irit bicara. Seperti Giordano dan Gavin, Arka dikenal ahli bela diri dan punya aura dingin yang menonjol.
4. ARGA JULIO ANDERSON
Berbeda dari lainnya, Arga terkenal cerewet dan mulutnya cukup tajam. Meski demikian, wajahnya tetap tampan seperti saudara-saudaranya. Sama seperti yang lain, dia juga jago bela diri. Arga sering kasar kepada Ara—adik perempuannya sendiri.
5. LUCAS ZANDER MAXIME
Si pencicil yang bobrok banget dan playboy sejati. Meski begitu, Lucas tetap punya paras yang memikat hati banyak perempuan. Selain itu, kemampuan bela dirinya juga tidak bisa diremehkan.
6. ALVIN DARIO HERMAWAN
Mulut pedas tanpa filter adalah ciri khas Alvin. Dia juga salah satu anggota tercerdas di geng ini meskipun pembawaannya santai dan blak-blakan. Di balik itu semua, Alvin tetap seorang pria tampan yang andal dalam bertarung.
7. RYAN XAVIERO
Ahli memikat hati—alias playboy tingkat dewa! Ryan terkenal suka tebar pesona dan tingkahnya kerap mengundang gelak tawa anggota lain. Terlihat santai dan berantakan, tapi tetap memiliki skill bela diri di atas rata-rata.
8. VANIA CLARISTA ANDERSON
Gadis licik yang dibungkus kepolosan palsu. Ia punya rasa tidak suka mendalam terhadap Ara. Vania berhubungan erat dengan Arga dan Arka sehingga selalu ikut bersama mereka.