Hidup Arabella hancur ketika pamannya tega menjualnya pada Edward Frederick, seorang mafia berkedok Ceo yang terkenal kejam, dingin, dan arogan, hanya demi melunasi hutang akibat kebangkrutan perusahaan.
Dengan kaki kanan yang cacat karena kecelakaan di masa lalu, Arabella tak punya banyak pilihan selain pasrah menerima perlakuan sang suami yang lebih mirip penjara ketimbang pelindung.
Perlahan, keduanya terseret dalam permainan hati, di mana benci dan cinta tipis perbedaannya.
Mampukah Arabella bertahan dalam pernikahan tanpa cinta ini? Ataukah justru dia yang akan meluluhkan hati seorang Edward Frederick yang sekeras batu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 9
Kedatangan Edward ke kamar Ara hanya untuk memastikan keadaannya.
Namun, tanpa sengaja, ia mendengar kalimat lirih yang seharusnya tidak ia dengar. Kalimat yang mengungkapkan betapa menyedihkannya wanita itu.
Edward terdiam sejenak, merasakan sedikit rasa bersalah. Tapi ia segera menepis perasaan itu. Ia sudah terlanjur mengambil keputusan ini.
"Hei!" panggil Edward datar dari ambang pintu. "Turun ke ruang kerjaku sebentar. Temui Bobby di sana. Besok kita akan menikah, jadi kau harus memahami syarat-syarat yang harus kau patuhi sebagai istriku."
Ara menoleh, menatap Edward dengan tatapan kosong. Ia mengangguk tanpa menjawab.
"Aku akan membereskan pakaianku dulu," ucap Ara lirih. "Setelah itu aku akan turun."
Edward hanya menatapnya datar, tanpa ekspresi. Lalu ia berbalik dan pergi, meninggalkan Ara sendirian di kamar mewah itu.
Ara menghela napas panjang. Ia membuka lemari besar dan mulai meletakkan pakaian-pakaiannya di sana. Pakaian-pakaian itu tampak asing di lemari itu. Ia merasa seperti orang asing di rumah ini.
Setelah selesai membereskan pakaiannya, Ara berganti pakaian dan bersiap menuju ruang kerja Edward. Ia mengenakan gaun sederhana berwarna biru tua. Ia ingin terlihat sopan dan tidak mencolok.
Di ruang kerja Edward, Edward dan Bobby berdiri di dekat jendela, mengobrol serius. Ruangan itu tampak mewah dan elegan, dengan perabotan-perabotan antik dan lukisan-lukisan mahal.
"Apa kau sudah menemukan gadis itu, Bobby?" tanya Edward dengan nada dingin.
"Maaf, Tuan. Saya sudah mencarinya ke semua rumah sakit, tapi jejaknya tidak ada. Seolah dia menghilang ditelan bumi," jawab Bobby seraya menggelengkan kepalanya.
Edward terdiam. Lima tahun lalu, ia melakukan kesalahan besar. Saat mengemudi dalam keadaan mabuk, ia menabrak mobil yang berisi sepasang suami istri dan seorang putri tunggal. Kedua orang tua itu meninggal di tempat kejadian, sementara putrinya masih hidup dan dilarikan ke rumah sakit. Namun, sayangnya, putrinya hilang secara misterius.
Edward merasa sangat bersalah atas kejadian itu. Ia berusaha menebus kesalahannya dengan mencari gadis itu, tapi usahanya selalu gagal. Ia merasa, hidupnya tidak akan tenang sebelum menemukan gadis itu dan meminta maaf padanya.
Sialnya juga, setelah kejadian itu Edward mengalami sesuatu yang fatal.
Tok tok tok!
Suara ketukan pintu memecah keheningan. Edward menoleh ke arah pintu.
"Masuk," ucap Edward singkat.
Ara masuk ke dalam ruangan dengan langkah ragu. Bobby mempersilahkannya duduk di sofa. Ara duduk dengan tenang, mencoba menutupi rasa gugupnya.
Bobby membawa sebuah berkas tebal dan menyerahkannya kepada Ara.
"Ini adalah syarat-syarat yang harus Nona patuhi sebagai istri Tuan Edward," ucap Bobby dengan nada formal.
Ara menerima berkas itu dan mulai membacanya dengan seksama. Syarat-syarat itu tertulis dengan bahasa hukum yang rumit dan Ara berusaha memahaminya.
Tidak boleh menyentuh Edward tanpa izin. Tidak boleh jatuh cinta pada Edward. Tidak boleh mencampuri urusan pribadi Edward. Dan syarat-syarat lain yang membuat Ara membelalakkan matanya.
"Apa maksud semua ini?" tanya Ara dengan nada bingung. "Kenapa syarat-syarat ini begitu aneh?"
Edward yang sejak tadi hanya diam, akhirnya membuka suara. "Kau harus mematuhi semua syarat itu jika kau ingin menjadi istriku," ucap Edward dengan nada dingin. "Pernikahan ini hanyalah sebuah perjanjian bisnis. Aku membutuhkanmu untuk menutupi skandalku. Dan kau membutuhkanku untuk melunasi hutang keluargamu."
Ara terdiam. Ia merasa seperti dipermainkan. Ia merasa seperti barang yang bisa diperjualbelikan.
"Bagaimana kalau aku melanggar salah satu syarat itu?" tanya Ara dengan nada menantang.
Edward tersenyum sinis. "Kau akan menyesalinya," jawab Edward singkat.
Ara menelan ludah. Ia merasa takut dengan ancaman Edward. Namun, ia tidak ingin menyerah begitu saja. Ia ingin memperjuangkan hak-haknya.
"Bagaimana kalau aku menjalin hubungan dengan pria lain?" tanya Ara tiba-tiba.
Mendengar pertanyaan itu, Edward tertawa terbahak-bahak. Tawa yang dingin dan merendahkan.
"Pria mana yang mau dengan wanita cacat sepertimu?" tanya Edward dengan nada mengejek. "Kau bahkan tidak bisa berjalan dengan benar. Kau hanya akan menjadi beban bagi pria itu."
Ara merasa seperti ditampar. Kata-kata Edward sangat menyakitkan. Ia merasa harga dirinya diinjak-injak.
Air mata mulai mengalir di pipinya. Ia tidak bisa menahan rasa sakit dan kecewa yang ia rasakan.
"Kau benar-benar tidak punya hati," ucap Ara dengan suara bergetar.
Edward berhenti tertawa dan menatap Ara dengan tatapan dingin.
"Aku tidak pernah bilang aku orang baik," ucap Edward dengan nada datar. "Aku hanya menginginkan apa yang sudah menjadi milikku."
Ara terdiam. Ia tidak tahu harus berkata apa lagi. Ia merasa kalah dan tidak berdaya.
Ia menundukkan kepalanya, membiarkan air matanya terus mengalir. Ia merasa seperti terjebak dalam mimpi buruk yang tidak berujung.
"Sekarang keluar dan lakukan tugasmu!" titah Edward.
"Tugas?" Ara mendongak.
"Kau pikir kau akan tinggal gratis di sini, Nona?" seringai tipis terukir dari sudut bibir Edward.
pernah lihat film ga Thor
si detektif kecil kayak Conan 😄😄😄..
badannya aja yg pitik ga sama isi kepala nya,,
dari pada uncle mu yg 1/2 ons
aihhh mau ngapain merek apa Edward mau ngetes lolipop nya Sam Jul Jul