Di sebuah pulau kecil di Jeju, Lee Seo Han menjalani kehidupannya yang sunyi. Ditinggal kedua orang tuanya sejak remaja, ia terbiasa bergulat dengan kesendirian dan kerasnya kehidupan. Bekerja serabutan sejak SMA, ia berjuang menyelesaikan pendidikannya sendirian, dengan hanya ditemani Jae Hyun, sahabatnya yang cerewet namun setia.
Namun musim panas itu membawa kejutan: Kim Sae Ryeon, cahaya yang menyinari kegelapan hidupnya. Perlahan tapi pasti, Seo Han membuka hatinya untuk merasakan kebahagiaan yang selama ini ia hindari. Bersama Sae Ryeon, ia belajar bahwa hidup bukan hanya tentang bertahan, tapi juga tentang mencintai dan dicintai.
Tapi takdir berkata lain. Di puncak kebahagiaannya, Seo Han didiagnosis mengidap ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis), penyakit langka yang secara perlahan akan melumpuhkan tubuhnya. Di hadapan masa depan yang tak menentu dan ketakutan menjadi beban, Seo Han membuat keputusan paling menyakitkan: mengorbankan cintanya untuk melindungi orang tersayang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rahmad faujan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CINTA PADA PANDANGAN PERTAMA
Seo Han menoleh, dan untuk sesaat, dunia seolah melambat.
Lampu-lampu festival di belakang Seo Ryeon membentuk lingkaran cahaya keemasan. Bau gurih tteokbokki dari gerai itu tiba-tiba menjadi aroma yang paling menyenangkan di dunia. Dia melihat seorang gadis dengan rambut hitam lurus yang terurai di bahunya. Senyumnya yang lembut dan tatapannya yang jernih, seperti pantulan air danau yang tenang, membuat napas Seo Han sesaat tertahan. Dia adalah bayangan dari semua yang pernah dia khayalkan tentang "cinta pertama"—cantik, namun tidak mencolok; anggun, namun terasa hangat.
Dengan langkah yang tiba-tiba menjadi kaku, Seo Han mendekat. Kedua tangannya memegang es krim yang mulai meleleh, dinginnya melekat di kulit.
"Nih, buat kamu," ucapnya pada Jae Hyun, suaranya sedikit serak dan terdengar satu oktaf lebih rendah dari biasanya. Ia berusaha mati-matian untuk tidak menatap gadis itu terlalu lama.
"Terima kasih," jawab Jae Hyun menerimanya.
Ekspresi Jae Hyun mendadak berubah serius sejenak. Ia menoleh ke Seo Han yang berdiri tegang, lalu kembali ke Seo Ryeon.
"Oh iya, kenalin, nih Choi Seo Ryeon, teman lama aku," kata Jae Hyun, suaranya kini sedikit dipaksakan ceria.
Seo Han akhirnya memberanikan diri untuk menatapnya. Di bawah cahaya matahari musim panas, wajah Choi Seo Ryeon tampak bercahaya. Hatinya berdebar kencang, sebuah sensasi yang sudah lama terkubur dan kini meledak ia rasakan.
"Halo," ujarnya, mencoba tersenyum alami. Ia mengulurkan tangannya, sebuah gesture formal yang tiba-tiba terasa sangat canggung.
"Perkenalkan, saya Lee Seo Han."
Choi Seo Ryeon menjabat tangannya dengan lembut. Telapak tangannya terasa sejuk dan kering. Sentuhan itu singkat, tapi terasa seperti kejutan listrik hangat yang merambat di lengan Seo Han.
"Senang bertemu denganmu, Lee Seo Han," katanya, suaranya semakin merdu, seperti bunyi lonceng angin di tengah badai keriuhan festival.
"Jae Hyun sering bercerita tentang kamu."
"Cerita apa nih? Jangan yang jelek-jelek," goda Seo Han, nada suaranya kembali naik, berhasil keluar dari kekakuan. Es krim di tangannya semakin menetes, mengalir membentuk garis lengket di antara jari-jarinya.
Mata Seo Ryeon kemudian tertuju pada tetesan es krim di tangan Seo Han. "Es krimnya... mau habis meleleh, nih," ujarnya, menunjuk dengan senyum simpul.
Seo Han baru tersadar. "Aduh! Iya nih!" Dia dengan cepat menjilat es krim yang meleleh di tangannya, membuat Jae Hyun tertawa terbahak-bahak dan Seo Ryeon tersenyum sambil menutup mulutnya.
Jae Hyun, yang tadi sempat memperhatikan kecanggungan Seo Han, kini tertawa paling keras, lega karena suasana sudah kembali ke mode bercanda. Dalam kekonyolan itu, Seo Han justru merasa lebih nyaman. Kekakuan pertamanya mulai mencair, layaknya es krim di terik musim panas.
"Ya sudah, kita jalan lagi ya, Choi Seo! Sukses jualannya!" pamit Jae Hyun sambil menepuk punggung Seo Han, memberi isyarat untuk melanjutkan eksplorasi.
"Sampai jumpa! Nikmati festivalnya!" balas Seo Ryeon dengan lambaian tangan.
Saat berjalan meninggalkan gerai itu, Jae Hyun menyenggol tubuh Seo Han. "Kita ke mana lagi ini?" katanya sambil memakan es krim.
"HAN! BERHENTI! NOLEH KE SINI!"
Suara Jae Hyun menggema di antara keramaian festival, membuat beberapa orang menoleh. Seo Han yang sedang asyik menjilat es krimnya yang meleleh, terkejut dan berbalik badan tepat saat Jae Hyun memencet shutter kamera sekali pakainya.
Klik!
"Jadi begini nih hasilnya nanti," kata Jae Hyun bangga, memutar-mutar kamera itu. "Lee Seo Han yang cool dengan es krim berlepotan di seluruh mukanya!"
"Sialan kamu, Hyun! Kapan aku cool? Lagian kamu yang suruh aku beli es krim ini!" protes Seo Han sambil berusaha membersihkan wajahnya dengan tangannya. Tapi semakin diusap, semakin berantakanlah wajahnya yang ditimpa es krim cokelat.
Jae Hyun tertawa terbahak-bahak. "Kamu makan es krim kayak anak kecil bangeet! Berapa usiamu?"
Seo Han mengerutkan kening, pura-pura berpikir sangat serius. "Hmm... 22 kayaknya, kalau tidak salah."
"BODOH! KAMU SUDAH 23! BULAN DEPAN ULANG TAHUN YANG KE-24!" teriak Jae Hyun sambil mendorong bahu Seo Han.
"Waduh, benar juga," gumam Seo Han, tiba-tiba tersadar. Waktu berlalu begitu cepat. Sudah bertahun-tahun sejak perubahan namanya, sejak dia memutuskan untuk menjadi Lee Seo Han sepenuhnya. Tapi di saat-saat seperti ini, bermain dengan Jae Hyun, dia merasa seperti masih remaja yang tak punya beban.