NovelToon NovelToon
Membawa Benih Sang Casanova

Membawa Benih Sang Casanova

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / One Night Stand / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Action / Romantis / Mafia
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ibu.peri

Demi biaya pengobatan ibunya, Alisha rela bekerja di klub malam. Namun kepercayaannya dikhianati sang sahabat—ia terjerumus ke sebuah kamar hotel dan bertemu Theodore Smith, cassanova kaya yang mengira malam itu hanya hiburan biasa.
Segalanya berubah ketika Theodore menyadari satu kenyataan yang tak pernah ia duga. Sejak saat itu, Alisha memilih pergi, membawa rahasia besar yang mengikat mereka selamanya.
Ketika takdir mempertemukan kembali, penyesalan, luka, dan perasaan yang tak direncanakan pun muncul.
Akankah cinta lahir dari kesalahan, atau masa lalu justru menghancurkan segalanya?
Benih Sang Cassanova

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ibu.peri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KEKESALAN THEO

Di dalam kabin pesawat komersial yang melaju membelah malam, suasana terasa tenang dan remang. Lampu kabin telah diredupkan, sebagian besar penumpang tertidur, termasuk seorang gadis kecil bernama Thea yang terlelap dalam pelukan ibunya.

Alisha duduk di bangku dekat jendela, mengenakan cardigan lembut yang membalut tubuhnya. Ia memangku putrinya dengan lembut, satu tangannya terulur mengelus kepala Thea yang bersandar manja di dada. Wajah Thea tampak damai, bibir mungilnya sedikit terbuka, napasnya tenang dan teratur.

Penerbangan ini akan memakan waktu sekitar tujuh jam—lebih lama dari jet pribadi yang biasanya hanya butuh lima jam. Namun, untuk alasan keamanan dan penyamaran, mereka memilih jalur ini.

Tatapan mata Alisha kosong menatap jendela yang hanya memantulkan pantulan cahaya kabin. Pikirannya melayang jauh, tidak tenang. Meskipun bibi Martha telah menyetujui rencana kepergian ini, hati Alisha masih dipenuhi rasa waswas.

Bagaimana jika pria itu tahu keberadaan Thea?

Tenggorokannya tercekat hanya dengan memikirkan kemungkinan itu. Ia tidak sanggup jika harus kehilangan anaknya. Tidak. Alisha sudah berjuang terlalu keras membesarkan Thea seorang diri. Dari menyembunyikan kehamilannya, melahirkan hanya ditemani bibi martha , hingga bekerja keras membesarkannya sampai sekarang.

Meskipun Thea sering membuatnya kesal dengan pertanyaan-pertanyaan khas anak kecil yang terlalu ingin tahu, atau rengekan manja yang menguras tenaga, Alisha tetap mencintainya lebih dari apapun. Thea adalah seluruh hidupnya.

Seseorang menyentuh lembut lengannya.

"Alish, maaf..." bisik Elsa dengan suara pelan, membuyarkan lamunan Alisha.

Alisha menoleh. Elsa duduk di kursi sebelahnya, wajahnya menunduk penuh rasa bersalah.

"Karena aku... kau harus pergi ke Kanada," lanjut Elsa dengan nada menyesal.

Alisha tersenyum, meski matanya masih menyimpan bayangan kekhawatiran.

"Tidak, Elsa. mungkin ini sudah menjadi takdirku, jangan merasa bersalah begitu," ucapnya tulus.

Dia memang melakukan ini demi Elsa. Bukan karena takut. Tapi demi sahabatnya itu agar tetap bisa bekerja. Bahkan jika Alisha harus berhenti dari pekerjaannya sebagai model, ia tidak keberatan. Uang bukan lagi masalah besar, karena biaya hidup Thea sejauh ini sudah ada yang menanggungnya, dari sebelum gadis kecil itu lahir.

Dan kini, mereka akan kembali ke Kanada—tempat yang selama ini ia hindari.

**

Pukul hampir sembilan malam saat roda pesawat akhirnya menyentuh aspal Bandara Internasional Kanada.

Thea, yang sedari tadi tertidur, kini sudah bangun dan berdiri di samping Alisha. Matanya berbinar-binar menatap sekeliling bandara dengan penuh semangat, langkah kecilnya lincah mengikuti gerak kaki ibunya.

Alisha menggandeng tangan putrinya, sementara Elsa dan bibi Martha berjalan di belakang mereka sambil membawa koper.

Namun, langkah Alisha terhenti ketika menyadari Thea tidak berhenti menoleh ke kanan dan kiri, seolah mencari sesuatu.

"Thea cari apa, sayang?" tanya Alisha lembut, bingung melihat tingkah lincah putrinya yang terus menatap ke segala arah.

Dengan ekspresi serius tapi polos, Thea menjawab tanpa menoleh, "Cari Daddy, Mom. Kata Aunty, di sini banyak yang tampan dan bisa tembak-tembakan."

Alisha tercengang. Matanya langsung menyipit, menatap Elsa dengan tajam. Elsa yang tertangkap basah hanya bisa nyengir.

"Elsa..."

"Hehehe... maaf, Alish," bisik Elsa sambil menunduk dan menggaruk kepala yang tidak gatal. "Aku pusing dengar anakmu terus-terusan bilang ingin cari Daddy, jadi aku... ya, sedikit membual," akunya dengan suara nyaris tak terdengar.

Alisha hanya menghela napas panjang, mencoba menahan tawa sekaligus kesal.

Sementara itu, bibi Martha hanya menggelengkan kepala, tersenyum kecil melihat kelakuan cucu angkatnya yang satu itu. Ia tahu benar, bagaimana tingkah laku Elsa yang sering ceplas-ceplos dan suka berbual. Tapi ia juga tahu, niat Elsa selalu baik.

Thea kembali bersuara dengan wajah kecewa.

"Tapi, kok tidak ada yang kayak Daddy di film, ya? Yang pakai baju hitam-hitam..."

Alisha mengusap wajahnya sendiri. “Siapa hang mengajari anak kecil ini?” gumamnya pasrah.

"Sumpah Alish, aku tidak mengajarinya," Elsa mengangkat kedua jarinya menghadap Alisha. Ia juga tidak tahu, dari mana Thea tahu, hal-hal semacam itu.

***

Berbeda dengan Alisha yang saat ini sedang dalam perjalanan menuju apartemen yang telah disiapkan oleh Elsa, Theo justru masih berada di dalam jet pribadinya yang baru saja meninggalkan landasan udara. Duduk di kursi kulit mewah, tubuhnya tampak gelisah. Jari-jari panjangnya mengetuk-ngetuk pelan permukaan meja kecil di depannya, mengisyaratkan kegelisahan yang semakin sulit ia kendalikan

Wajahnya tegang, sorot matanya tak tenang. Pikirannya terus menerawang, terbayang-bayang oleh sosok seorang gadis kecil yang tadi sempat dilihatnya dari CCTV mall.

Gadis kecil dengan mata tajam seperti miliknya.

“Aku sangat yakin… dia adalah putriku,” gumam Theo, nyaris tak terdengar.

Pernyataan itu meluncur begitu saja, namun di dalam hati Theo, keyakinan itu makin menguat. Dari gestur wajah, usia, hingga aura khas yang terasa begitu familiar. Tidak mungkin ia salah. Hatinya menolak berpikir bahwa itu hanya kebetulan. Dan jika memang benar gadis kecil itu darah dagingnya… mengapa Alisha menyembunyikannya selama ini.

“Gadis itu benar-benar keterlaluan,” desis Theo lirih.

Lamunan itu terputus ketika suara anak buahnya terdengar dari arah pintu.

“Tuan, kita sudah sampai di Kanada,” lapor pria berseragam hitam itu.

Tanpa menanggapi, Theo langsung berdiri, langkahnya tergesa-gesa keluar dari pesawat. Begitu kakinya menyentuh aspal bandara, ia langsung menuju mobil hitam yang telah disiapkan sebelumnya. Kali ini, tujuannya bukan tempat biasa seperti hotel atau penthouse mewah miliknya. Ia menuju satu-satunya tempat yang selalu ia datangi saat mencari sesuatu—atau seseorang.

Markas Draken.

Tempat di mana sahabat-sahabat lamanya biasa berkumpul. Bukan tempat resmi, namun di sana tersedia segalanya—termasuk tenaga ahli yang mampu melacak siapapun di belahan dunia manapun.

Hampir satu jam perjalanan, akhirnya mobil Theo berhenti di depan markas.

Begitu memasuki lorong utama, Theo berjalan cepat menuju ruangan IT yang berada di lantai dua. Ia tak menyapa siapapun, tatapannya lurus ke depan. Langkahnya berhenti saat melihat seseorang hendak memasuki kamar di ujung lorong.

“Gerry,” panggil Theo singkat.

Pria yang dipanggil menoleh. Dengan hoodie abu-abu dan headphone di lehernya, wajah Gerry terlihat seperti orang yang belum tidur semalaman—padahal itu memang kebiasaannya.

Melihat siapa yang memanggilnya, Gerry hanya menaikkan sebelah alis. Ia menatap Theo tanpa ekspresi, tapi di matanya tergambar pemahaman. Ia tahu pasti, apa yang sedang dialami Theo saat ini.

Tanpa bicara, Gerry berbalik arah dan berjalan ke ruang IT. Theo mengikutinya dari belakang. Begitu masuk, Gerry langsung duduk di depan monitor raksasa yang dikelilingi puluhan CPU dan kabel berseliweran. Jari-jarinya bergerak cepat di atas keyboard, suara ketikan memenuhi ruangan yang sunyi.

Klik

Sekian detik berlalu, layar monitor hanya menampilkan peringatan berwarna merah.

"Data tidak bisa dilacak," ucap Gerry akhirnya, suaranya datar tanpa intonasi. "Seseorang menutupinya. Jejak digital wanita itu sepenuhnya dikunci. Entah siapa yang melindunginya, tapi dia tahu caranya bermain bersih,"

Theo menggeram. Rahangnya mengeras. Emosinya tiba-tiba memuncak.

“Shit!!” teriaknya sembari menendang kursi logam di depannya. Kursi itu terbang dan membentur tembok, hancur berkeping.

Gerry tetap duduk tenang, tak terganggu. Sudah biasa menghadapi amarah Theo yang meledak-ledak seperti itu.

Theo mengusap wajahnya dengan kasar, dadanya naik turun cepat.

“Siapa pun yang membantu, kalau aku menemukannya… aku akan membunuhnya!” geramnya, lalu berbalik dan keluar dari ruangan, membanting pintu hingga hampir copot dari engsel.

Gerry hanya menatap punggung Theo yang menghilang di balik pintu, lalu terkekeh pelan. Ia menyandarkan tubuh ke kursi, memutar kursinya menghadap layar monitor.

“Kau tidak akan berani membunuhnya…” gumamnya pelan, penuh makna.

***

Di tempat lain, tepatnya di dalam sebuah ruangan penuh layar monitor dan perlengkapan komputer canggih, seorang wanita muda tengah menyaksikan rekaman CCTV markas Draken dari jarak jauh. Wajahnya tampak puas sekaligus geli.

Ia tertawa terpingkal-pingkal saat menyaksikan momen saat Theo mengamuk di ruang IT tadi.

“Mom, kasihan Theo. Wajahnya terlihat frustrasi berat!” ucapnya sambil menyeka air mata karena terlalu banyak tertawa. Tapi kalimat itu bukanlah ungkapan empati, melainkan ejekan yang dibalut kejahilan.

Di belakangnya, seorang wanita paruh baya duduk santai sambil menyeruput teh.

“Biarkan saja. Itu balasan karena dulu sering mempermainkan perempuan. Termasuk kamu kan?” jawabnya dengan nada dingin tapi penuh kemenangan.

“Dan sekarang… giliran kita yang Bermain. Kita lihat, sampai sejauh mana takdir mempertemukan mereka,” gumamnya, senyum licik mengembang di bibirnya.

1
Hari Saktiawan
selamat tahun Baru juga 🎊🎊🎉🎉🎉🎉🎉🎉🎉🎉🎊🎉🎊🎉🎊🎊🎉🎉
Ndha: selamat tahun baru akak🤗🤗
total 1 replies
vj'z tri
🎉🎉🎉🎉 selamat tahun Baru semua doa terbaik buat kita semua 🎉🎉🎉
Ndha: Aamiin... 🥳
total 1 replies
Bu Dewi
up lagi kak😍😍😍
Ndha: besok ya kak🤗
total 1 replies
Mifta Nurjanah
kurang itu hentakannya
vj'z tri
🎉🎉🎉🎉🎉🎉 ayo Thor 🤗🤗🤗🤗🤗 di goyang up nya
Bu Dewi
up lagi kak🤭biasanya 2 kok ini cuma 1 seh/Whimper//Whimper//Grievance/
vj'z tri
ak hir nya ku menemukan mu ,saat haaati iiiini mulai meragukan , ku berharap engkaulah jawaban segala risau hatiku dan biarkan diriku mencintaimu hingga ujung usiaku🎉🎉🎉🎉🎉asekkkkkk
Aqillah Mustanir
up
Mifta Nurjanah
up lagi dongg minn
Bu Dewi
up lagi donk kak 🤭😄😍
Ndha: lanjut nanti kak😊
total 1 replies
vj'z tri
yakkkk itu Dady sayang Dady 🎉🎉🎉🎉🎉🎉
vj'z tri
jangan an permen toko bahkan pabrik nya bakal langsung di kasih 🤣🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
ya di Dady mu dan sekarang pun bau tapi bau wangiiii princess 🎉🎉🎉🎉
Mifta Nurjanah
lanjut
Bu Dewi
wah, penasaran siapa yg gendong? masak theo sih,pasti lucu kalau thea nolak dia...hihihihihi
Ndha: tunggu kelanjutannya 🤗
total 1 replies
vj'z tri
bikin penasaran loh 🤭🤭🤭🤭
Bu Dewi
Gak sabar nunggu kelanjutan ceritanya waktu mereka ketemu nantinya😍😍😍🤭
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 kan ibu suri di balik layar
vj'z tri
ibu suri kah 🤔🤔🤔
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣 putar haluan Dady
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!