NovelToon NovelToon
JATUH UNTUK BANGKIT

JATUH UNTUK BANGKIT

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Cinta Terlarang / Pengganti / Crazy Rich/Konglomerat / Identitas Tersembunyi / Romansa
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Dri Andri

Elang Alghifari, CEO termuda yang sukses, dijebak oleh sahabat dan calon istrinya sendiri. Dalam semalam, ia kehilangan segalanya—perusahaan, reputasi, kebebasan. Tiga tahun di penjara mengubahnya dari pemimpin visioner menjadi pria yang hidup untuk satu tujuan: pembalasan.
Namun di balik jeruji besi, ia bertemu Farrel—mentor yang mengajarkan bahwa dendam adalah seni, bukan emosi. Setelah bebas, Elang kabur ke Pangalengan dan bertemu Anya Gabrielle, gadis sederhana yang mengajarkan arti cinta tulus dan iman yang telah lama ia lupakan.
Dengan identitas baru, Elang kembali ke Jakarta untuk merebut kembali segalanya. Tapi semakin dalam ia tenggelam dalam dendam, semakin jauh ia dari kemanusiaannya. Di antara rencana pembalasan yang sempurna dan cinta yang menyelamatkan, Elang harus memilih: menjadi monster yang mengalahkan musuh, atau manusia yang memenangkan hidupnya kembali.
Jatuh untuk Bangkit adalah kisah epik tentang pengkhianatan, dendam, cinta,

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dri Andri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 12: GUNCANGAN PERTAMA

#

Seminggu berlalu dengan kecepatan yang aneh—terlalu lambat ketika menunggu, terlalu cepat ketika semuanya mulai bergulir. Stella bekerja dengan intensitas orang yang punya misi, jari-jarinya mengetik tanpa henti di laptop, mengirim email anonim ke wartawan, mengatur pertemuan virtual dengan Harris Setiawan, menyusun strategi publikasi bukti. Elang membantu dengan detail-detail kecil, tapi sebagian besar ia hanya... menunggu. Menunggu bom pertama meledak.

Dan pagi itu, bom itu meledak.

Elang sedang membantu Bu Marni memotong sayuran di dapur ketika Stella berlari turun dari kamar dengan laptop terbuka, mata lebar penuh excitement dan sedikit ketakutan. "Pak! Pak Elang! Lihat ini!"

Ia meletakkan laptop di meja dapur. Layar menampilkan homepage portal berita nasional—bukan media besar yang sudah dikantong konglomerat, tapi media investigasi independen yang punya reputasi kredibel: JakartaWatch. Headline besar dengan huruf merah:

**REKAMAN BOCOR: CEO HARTAVIRA GROUP DIDUGA PERINTAHKAN PEMALSUAN DOKUMEN UNTUK MENJEBAK MANTAN CEO**

Di bawahnya, ada embed audio player. Stella menekan play. Suara Brian keluar dengan jelas—tidak ada distorsi, tidak ada keraguan, hanya suara sahabat yang pernah Elang percaya, sekarang dengan dingin memerintahkan kejahatan:

*"Jadi kita sepakat, Mr. Lim. Lo dateng ke Jakarta, pura-pura jadi investor dari SilverStone. Gue kasih lo semua detail perusahaan..."*

Elang berdiri membeku, pisau sayur di tangan, mendengar suara itu dengan campuran kepuasan dan rasa sakit yang tidak hilang meskipun ia sudah mendengarnya puluhan kali. Bu Marni berhenti mengaduk bumbu, menatap laptop dengan wajah shock.

"Astaga," bisiknya. "Ieu mah... jahat pisan."

Stella scroll ke bawah. Artikel panjang dengan detail investigasi—bagaimana wartawan mendapat rekaman dari sumber anonim, bagaimana mereka verifikasi keaslian audio dengan forensic expert, bagaimana mereka konfirmasi identitas suara dengan sample audio Brian dari interview publik. Semua profesional. Semua kredibel. Tidak bisa dibantah sebagai hoax.

Di bagian bawah artikel, sudah ada ribuan komentar. Elang membaca beberapa:

*"Gue selalu curiga kasus Elang Alghifari terlalu mulus buat Brian. Ternyata beneran dijebak!"*

*"CEO yang menjebak pendiri sendiri? This is next level evil."*

*"Justice for Elang Alghifari! #ElangDijebak"*

Hashtag itu—#ElangDijebak—sudah mulai trending di Twitter. Stella membuka tab lain, menunjukkan trending topics: nomor 3 nasional, dengan puluhan ribu tweet dalam beberapa jam terakhir.

"Ini baru awal, Pak," Stella berkata dengan suara gemetar antara senang dan takut. "Ini baru rekaman pertama. Kita masih punya puluhan bukti lain. Tapi ini... ini sudah cukup bikin geger."

Elang tidak menjawab. Ia berjalan ke ruang tamu kecil di depan warung, di mana TV lama Bu Marni masih menyala di sudut—biasanya menampilkan sinetron pagi, tapi sekarang sudah berganti ke breaking news. Semua channel berita nasional membahas hal yang sama: skandal Hartavira Group.

Di layar, reporter berdiri di depan gedung SCBD—gedung yang dulu juga gedung Garuda Investama, sekarang dengan logo Hartavira besar di fasad. "Saham Hartavira Group tercatat anjlok 30% dalam perdagangan pagi ini, setelah rekaman kontroversial bocor ke publik. Investor panik, banyak yang melakukan panic selling..."

Grafik saham ditampilkan—garis merah menurun tajam seperti tebing. Dari 15.000 per lembar kemarin, sekarang 10.500 dan masih turun. Puluhan miliar rupiah valuasi perusahaan menguap dalam hitungan jam.

"Pak Brian Mahendra, CEO Hartavira Group, dijadwalkan akan gelar konferensi pers jam 2 siang ini untuk merespon tuduhan—"

TV berganti ke footage Brian keluar dari mobil mewah, dikerubungi wartawan. Wajahnya tegang, tapi masih berusaha tersenyum—senyum yang Elang kenal, senyum yang sudah dipraktekkan di cermin untuk menunjukkan kepercayaan diri meskipun dalam kepanikan.

"Mr. Brian! Benarkah suara di rekaman itu Anda?"

"Mr. Brian! Apakah Anda menjebak Elang Alghifari?"

"Mr. Brian! Investor menuntut penjelasan!"

Brian mengangkat tangan, minta kerumunan diam. "Saya akan klarifikasi semuanya di press conference nanti. Yang jelas, ini adalah rekayasa. Ini adalah aksi dendam dari pihak yang tidak terima kalah secara fair. Rekaman itu bisa saja dipalsukan dengan teknologi AI sekarang. Saya dan tim legal sedang investigasi siapa dalang di balik ini."

"Tapi Mr. Brian, ahli forensic audio sudah verifikasi—"

"Saya akan jawab semuanya di press conference. Terima kasih." Brian masuk ke gedung dengan langkah cepat, dikawal security, meninggalkan puluhan wartawan yang masih berteriak pertanyaan.

Elang menatap layar dengan mata yang tidak berkedip. Di wajah Brian tadi, ia melihat sesuatu yang selama tiga tahun ia bayangkan: kepanikan. Bukan kepanikan total—Brian terlalu profesional untuk itu—tapi retakan kecil di armor. Keringat tipis di pelipis meskipun AC mobil pasti menyala. Senyum yang terlalu dipaksakan. Mata yang bergerak terlalu cepat, mencari ancaman.

"Pak," Stella berdiri di sampingnya sekarang, menatap TV yang sama, "ini berhasil. Langkah pertama berhasil."

"Ini baru gempa pertama," Elang menjawab pelan, suara datar tapi ada kepuasan gelap di sana. "Gempa kecil yang bikin mereka panik. Tsunami belum datang."

Anya keluar dari dapur dengan nampan teh—tiga gelas, seperti biasa, perhatian kecil yang sudah jadi rutinitas. Tapi kali ini tangannya sedikit gemetar saat meletakkan nampan di meja. Ia melirik TV, melihat wajah Brian yang masih freeze di layar, lalu menatap Elang dengan ekspresi yang kompleks.

"Mas," katanya pelan—bukan 'Akang' seperti biasa, tapi 'Mas', panggilan yang ia pakai ketika ia merasa jarak antara mereka, ketika ia bicara dengan seseorang yang ia tidak sepenuhnya mengerti lagi. "Ieu... ini yang mas mau, nya?"

Elang mengambil gelas teh, menyeruput tanpa menjawab langsung. Kehangatan teh kontras dengan dinginnya sesuatu di dadanya—sesuatu yang sudah mulai membeku sejak ia melihat bukti pengkhianatan Brian dan Zara seminggu lalu.

"Ini yang harus terjadi," jawabnya akhirnya. "Ini keadilan."

"Keadilan apa dendam?" Anya bertanya, dan ada kesedihan di suaranya yang membuat Elang akhirnya menatapnya. "Karena di TV teh, Anya lihat orang-orang seneng lihat orang lain jatuh. Itu mah bukan kayak keadilan. Itu kayak... sirkus."

Stella bergeser tidak nyaman, tidak tahu harus berpihak kemana. Elang menaruh gelas teh dengan kontrol yang terlalu hati-hati—tanda ia menahan emosi yang ingin meledak.

"Anya," katanya dengan suara yang berusaha sabar tapi ada edge tajam di sana, "lo nggak ngerti. Lo nggak ada di posisi gue. Brian dan Zara ngehancurin hidup gue dengan sengaja, dengan perencanaan bertahun-tahun. Mereka ketawa sambil ngelakuin itu. Dan sekarang, ketika akhirnya kebenaran keluar, lo bilang ini dendam?"

"Bukan gitu, Mas," Anya menggeleng, mata mulai berkaca-kaca tapi suara tetap stabil. "Anya ngerti mereka jahat. Anya ngerti mereka harus dihukum. Tapi Anya takut... Anya takut Mas teh kehilangan diri Mas sendiri di tengah semua ini. Kemarin Mas sholat subuh jeung doa lama. Hari ini Mas nonton TV sambil senyum ngeliat orang lain panik. Itu bukan Mas yang Anya kenal."

1
Dessy Lisberita
aku kok suka nya elang sama. stella ya thoor
Dri Andri: sayangnya elang udah jatuh cinta sama anya
total 1 replies
Dessy Lisberita
lanjut
Dri Andri: oke simak terus yaa
total 1 replies
Rizky Fathur
hancurkan Brian Thor sehancur hancur Thor bongkar semua kebusukannya Brian Thor jangan bikin elang naif memaafkan Brian pas Brian memohon ampunan jangan libatkan keluarganya bikin elang tidak perduli bikin elang berbisik kepada Brian Brian keluargamu bagiamana bikin di sini Brian sampai memohon jangan libatkan keluarganya bikin elang tidak perduli Dan tertawa jahat Thor hahahaha
Dri Andri: perlahan aja ya😁k
total 2 replies
Rizky Fathur
Thor cepat bongkar kebusukan Brian Thor bikin elang kejam kepada musuhnya musuhnya bantai Sampai ke akar akarnya bersihkan nama baiknya elang Thor bikin di sini sifatnya jangan naif Thor
Rizky Fathur
cepat bantai Brian dengan kejam Thor bongkar semua kebusukannya ke media Thor bikin elang bersihkan namanya Dan Ambil lagi semua hartanya bikin elang tuntut balik orang yang melaporkannya dulu Dan yang memfitnahnya dulu dengan tuntutan puluhan milyar bikin elang kejam kepada musuhnya Thor kalau perlu tertawa jahat dan kejam berbicara akan membantai keluarganya Brian bikin Brian memohon ampunan jangan libatkan keluarganya kepada elang bikin elang tertawa jahat hahahaha Brian aku tidak perduli habis itu pukulin Brian sampai pingsan
Dessy Lisberita
lanjut
Dri Andri: gaskeun
total 1 replies
Rizky Fathur
lanjut update thor ceritanya seru cepat buat elang Ambil kembali asetnya bongkar kebusukan Brian bikin elang kejam Thor sama Brian bilang akan bantai keluarganya Brian bikin Brian memohon ampunan jangan libatkan keluarganya bikin elang tidak perduli bikin elang tertawa jahat Thor
Rizky Fathur: bikin elang kejam Thor bongkar kebusukan Brian ke media bersihkan nama baiknya elang Thor bikin elang tuntut balik yang memfitnahnya Dan menjebaknya itu dengan tuntutan berapa ratus Milyar Thor
total 2 replies
Dessy Lisberita
bangkit lah elang
Dessy Lisberita
jngan terlalu percaya sama saudara ap lagi sama orang asing itu fakta
Rizky Fathur
lanjut update thor ceritanya bikin elang menang bikin Jefri kalah Thor kalau perlu Hajar Jefri sampai luka parah
Dri Andri: gas bro siap lah perlahan aja ya makasih udah hadir
total 1 replies
Kisaragi Chika
bentar, cepat banget tau2 20 chapter. apa datanya disimpan dulu lalu up bersamaan
Dri Andri: hehehe iyaa
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!