"Jangan lagi kau mencintaiku,cinta mu tidak pantas untuk hatiku yang rusak"
Devan,mengatakannya kepada istrinya Nadira... tepat di hari anniversary mereka yang ke tiga
bagaimana reaksi Nadira? dan alasan apa yang membuat Devan berkata seperti itu?
simak cerita lengkapnya,di sini. Sebuah novel yang menceritakan sepasang suami istri yang tadinya hangat menjadi dingin hingga tak tersentuh
Jangan lupa subscribe dan like kalo kamu suka alur ceritanya🤍
Salam hangat dari penulis💕
ig:FahZa
tikt*k:Catatan FahZa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan_nic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenyataan Pahit
"Tuan,ini sup daging untuk Nyonya"
sekertaris Ken,menyerahkan sebuah kotak berlapis kain dengan hati-hati
"Letakkan saja di situ,Ken"
Sekertaris Ken menaruhnya pelan.
"Ada lagi yang ada butuhkan Tuan?"
"Tidak ada,kau silahkan pergi"
Sekertaris Ken mengangguk,lalu membungkukkan badannya setengah lalu berbalik dan pergi
Devan membuka kotak berlapis kain tadi,Aroma rempah menyebar,wangi bawang goreng dan seledri menusuk hidung.
"Sayang...Bik Laila sudah membuatkan sup untukmu,aku akan menyuapimu"
"Wanginya sedap sekali Mas,aku jadi sangat berselera"
"Sabar dulu ya,ini masih sangat panas...aku memindahkan nya ke mangkuk harus dengan hati-hati"
Nadira tersenyum,tidak hanya bibirnya tapi juga matanya,dalam hatinya "Mas,yang membuatnya sedap adalah sikapmu.Selama tiga tahun kau selalu memperlakukan aku begini,bagaimana bisa aku berpisah dari mu"
Devan duduk di tepi ranjang rumah sakit tepat Nadira berbaring.Tubuhnya tidak selemah tadi,ia dengan mudah bangkit duduk di atas ranjang.Aroma kaldu daging menguar bersama kepul asap dari mangkuk kecil di tangan Devan,tangan Devan mantap mengaduk kuah hangat beserta potongan daging,kentang,juga wortel.Lalu mengangkat sendok dan meniup pelan permukaannya sebelum mendekatkan ke bibir Nadira.
"Pelan-pelan,masih panas" Suaranya seperti hampir berbisik.Nadira membuka mulut dengan hati-hati, hangatnya sup menyentuh lidahnya.Matanya terpejam sambil mengunyah.Devan tersenyum melihat ekspresi istrinya,dalam hatinya "Aku ingin menjadi satu-satunya orang yang melayanimu seperti ini,tapi...takdir begitu kejam padaku.Bahkan untuk sekedar menemanimu saja aku harus bersaing dengan waktu"
"Sup nya enak?"
"Hem...iya,terlebih aku memakannya dari suapan suamiku"
"Tanganku memiliki kekuatan sepertinya"
"Bukan tanganmu Mas,tapi cintaku padamu membuatnya menjadi terasa spesial bagiku"
"Kau pandai merayuku ya"
"Aku cuma takut selera makan ku hilang jika tak bersamamu"Nadira menunduk,air matanya menggenang,rasa sesak kembali menghantam dadanya,teringat ucapan Devan yang ingin bercerai karna mencintai wanita lain
"Hei...sudah,aku tidak akan kemana-mana.Aku akan terus bersamamu"Devan mengangkat wajah istrinya dengan lembut menyentuh dagu
"Apa ini bisa di percaya?,aku masih sangat trauma"
"Percayalah kata-kata ku,kau ingin aku lakukan apa biar menghapus traumamu?"
"Mas,mau janji satu hal padaku?"
"Apapun itu,akan aku lakukan"
"Berjanjilah padaku Mas,jangan pernah berniat menceraikan aku"
"Iya sayang,aku janji...Maafkan aku sudah membuat mimpi buruk kemarin"
Lagi-lagi Nadira terhanyut oleh sikap lembut suaminya,tatapan Devan padanya yang tak pernah berubah selalu saja berhasil membuatnya tenang
Ponsel di saku celana Devan bergetar,tanda panggilan masuk.Telpon dari sekertaris Ken
"Iya Hallo?"
"Maaf Tuan,ada masalah di kantor"
"Masalah apa?"
"Nyonya Maria di kantor meminta anda untuk menemuinya"
Dalam hati Devan "Mama,ada apa lagi...kenapa selalu menggangguku"
"Baiklah Ken,aku akan ke sana"
Klik
Telpon terputus
Devan mendekat lagi pada Nadira,"Sayang,aku harus ke kantor apa tidak apa-apa?"
"Apa ada masalah di kantor Mas?"
"Tidak ada,tapi Mama sedang menunggu ku disana"
"Mama? Apa Mama sedang marah padamu?"
"Entahlah,Mama memang seperti itu kalau ada yang ingin ia sampaikan"
"Pergilah Mas,jangan buat Mama menunggu mu lama"
"Aku akan panggilkan Bik Laila kemari untuk menemanimu di sini,Jika terjadi apa-apa cepat hubungi aku"
"Iya,Mas"
Devan memeluk istrinya,mengecup lembut puncak kepalanya..lalu berjalan menuju pintu
***
Aroma lembut parfum aroma woody luxury memenuhi ruangan,di sofa ruangan kantor Devan sudah duduk seorang wanita paruh baya dengan tas mewah berlogo emas di tangannya. Ia menurunkan tas itu hati-hati penuh perhitungan di atas meja.Di punggung sofa terlipat rapi mantel berbulu halus khas milik orang-orang berstatus sosial tinggi
Cincin dan gelangnya nampak berkilauan saat ia menyentuh cangkir teh di depannya. Senyumnya tipis,sorot matanya dingin.Nada bicaranya lembut namun penuh penekanan
"Kapan istrimu bisa memberimu anak?"
Devan duduk tepat di depannya,punggungnya tegak. Tangannya saling bertaut di atas paha.Tatapannya tak kalah dingin.
"Sudah tiga tahun kalian menikah,dan istrimu masih belum juga bisa melahirkan?"
"Kami,hanya belum di beri keturunan"
"Belum,atau tidak berusaha...?"
Devan memijit pelan pelipisnya
"Jangan bahas itu Ma..."
"Kau tahu Devan,kita sudah harus menyiapkan pewaris.Apa susahnya memberi kami cucu,sebelum semuanya terlambat"
"Iya aku tahu,tapi semua tidak bisa langsung di paksakan"
"Pilihannya hanya dua Devan,Ceraikan istrimu yang tidak bisa punya anak itu atau aku akan carikan ibu pengganti untukmu"
Devan terkejut dengan keputusan Nyonya Maria yang sama sekali tidak masuk akal
"Ma...kenapa harus memutuskan seperti itu. Itu tidak adil untuk Nadira,dan lagi...aku tidak mau melakukan keduanya"
"Cinta sudah membuatmu lemah Devan,wanita itu sudah mempengaruhi mu"
"Dia tidak mempengaruhi ku"
"Waktu mu tiga bulan,jika wanita itu belum juga memberimu anak maka aku sendiri yang akan turun tangan"
Nyonya Maria mengibas mantel bulu halus lalu menyelempangkannya di pundak,gerakannya penuh perhitungan.Menenteng tas mewah berjalan dengan dagu sedikit terangkat.
Devan menyandarkan punggungnya,lagi....rasa nyeri di kepalanya menyerang.Ia pejamkan mata,tangannya meremas lembut rambut bagian kiri. Kepalanya seperti mau pecah...namun kata-kata Nyonya Maria tadi masih terus terngiang-ngiang
"Sakit ini...sakit ini membuat ku jadi tidak berguna!!!"
"Sialan!!!"
"Arghhhhh!!!"
***
"Kau harus menjalani kemoterapi Devan"
Rafika dokter muda dan cantik memeriksa hasil tes medis yang barusan Devan lakukan
"Apa sakitku ini tidak bisa di sembuhkan?"
"Penyakit Glioblastoma tidak bisa sembuh total,Kita bisa memperlambat pertumbuhannya dengan kemoterapi,radioterapi,dan operasi...namun itu hanya bisa menghambat pertumbuhan nya saja"
"Lalu berapa lama aku bisa bertahan?"
"Aku tidak mau berbohong Devan,Menurut prediksi,Usiamu bersisa tiga bulan" Sambil menyerahkan map berisi hasil MRI
Deg!
Devan membuka map itu,memandangi gambar hitam putih,tapi tampak kabur di matanya..tertutup air mata yang menggenang.Ia masukkan lagi lembaran itu,lalu tertawa getir
"Tiga bulan ya...baru kali ini aku merasa waktu jadi sesingkat ini"
"Berikan aku obat pereda nyeri,aku tak perlu menjalani kemoterapi atau lainnya.Lebih cepat lebih baik,aku sudah tak berguna untuk apa aku bertahan lama-lama"
"Tapi,Devan...kau masih memiliki istri yang menginginkan kau terus hidup"
"Cukup Rafika,kau tidak usah menahanku.Nadira akan bahagia kalau kematianku di percepat"
Karna Devan memaksa,Rafika menuliskan resep pereda nyeri seperti biasa.Ia meletakan pulpen dan menatap Devan dengan tatapan iba,namun ia tak bisa berbuat apa-apa...seolah keputusan yang Devan ambil sudah final tidak bisa lagi di ubah
~Berat banget ya...beban Devan🥹
Salam hangat dari penulis🤍