 
                            Vania dan Basir terpaksa harus meninggalkan kampung tempat mereka dilahirkan dan dibesarkan. Kampung itu sudah tidak beres, bahkan hal-hal aneh sudah mulai terlihat. 
Basir pun mengajak adiknya untuk pindah ke kota dan menjalankan kehidupan baru di kota. Tapi, siapa sangka justru itu awal dari perjalanan mereka. Terlahir dengan keistimewaan masing-masing, Vania dan Basir harus menghadapi berbagai macam arwah gentayangan yang meminta tolong kepada mereka. 
Akankah Vania dan Basir bisa menolong para arwah penasaran itu? Lantas, ada keistimewaan apa, sehingga membuat para makhluk astral sangat menyukai Vania?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 4 Pindah
Keesokan harinya....
Basir mengumpulkan warga di balai desa dan dia menceritakan penglihatannya tadi malam. "Basir, tapi bagaimana ini sudah beberapa hari jasadnya di buang ke hutan mungkin jasadnya sudah dimakan binatang buas," seru Pak RW.
"Kita cari saja, mungkin ada bagian-bagian tubuh dia yang masih tersisa di sana," sahut Basir.
Akhirnya pagi itu semua warga memutuskan untuk pergi ke hutan mencari kasad Kakek Sukmo. Sesampainya di hutan, betapa terkejutnya mereka saat melihat jasa dan Sukmo yang masih tergeletak tanpa luka sedikit pun. "Astagfirullah," ucap Semua orang serempak.
Basir mendekat, tubuh Sukmo memang tidak ada luka sedikit pun. Aneh tapi nyata, ilmu apa yang sudah didalami Sukmo sampai-sampai seperti itu. Semua warga pun memutuskan untuk segera membawa jasad Sukmo.
Semuanya memaklumi dengan kondisi jasad Sukmo karena Sukmo memang sudah terkenal sebagai dukun santet. Warga laki-laki segera memandikan jasad Sukmo, Basir mulai berdo'a dan seketika terjadi keanehan lagi di sana. Tiba-tiba tubuh Sukmo menghitam, bahkan yang awalnya tidak terlihat luka sekarang terlihat dibagian paha dan lengan dagingnya mulai lepas.
"Astagfirullah." Lagi-lagi semuanya istighfar melihat kejadian itu.
"Sudah, lebih baik kita percepat jangan banyak lama," ucap Kang Basir.
Jasad Sukmo yang awalnya baik-baik saja tiba-tiba rusak bahkan bau pun mulai menyeruak. Banyak warga yang tidak kuat dan muntah saking baunya, hingga setelah menunggu beberapa jam tanah kuburan pun selesai di gali. Jasad Sukmo langsung dimakamkan, tapi lagi-lagi hal aneh terjadi angin disertai hujan tiba-tiba turun.
"Ya, Allah terimalah jasad Kakek Sukmo ini jangan menghukum warga di kampung ini," batin Kang Basir.
Dengan penuh perjuangan, akhirnya jasad Sukmo pun berhasil dimakamkan. Hujan pun seketika reda. "Mari semuanya kita do'akan Kakek Sukmo dan kita semua harus ikhlas jangan ada dendam lagi di hati kita," ucap Kang Basir.
Semuanya pun mulai mendo'akan almarhum Sukmo. Basir mendongak dan dari kejauhan sosok Sukmo terlihat. Bahkan Vania pun bisa melihatnya juga.
"Terima kasih, Basir. Cepatlah pindah dari sini, karena nanti malam Ki Duduy akan kembali dan mencari adikmu itu, cepat selamatkan dia dan keluar dari kampung ini," ucap Sosok Sukmo.
Sosok Sukmo pun menghilang. Basir pun pamit ke semua warga dan dia pun cepat-cepat mandi dan bersiap-siap untuk pindah. Dia sudah tahu jika para iblis saat ini sedang mengincar adiknya karena Vania merupakan anak pemilik tulang wangi yang sangat disukai para iblis. Setelah siap semuanya, Vania pun mulai memperhatikan rumah peninggalan kedua orang tua mereka itu.
"Kang, sebenarnya berat sekali aku meninggalkan rumah ini karena ini rumah peninggalan Ayah dan Ibu," ucap Vania.
"Akang juga sama, tapi ini demi kebaikan kamu. Kampung ini sudah sangat berbahaya untuk kamu, makanya kita harus segera pindah," sahut Kang Basir.
Setelah beres, Vania dan Basir pun berpamitan kepada warga di sana. Keduanya akan pindah ke kota dan mencari kerja di kota juga. Basir berharap di kota nanti mereka bisa hidup tenang dan tidak ada yang ganggu mereka.
Keduanya pergi dengan menaiki bus, dan butuh waktu 5 jam untuk sampai di kota. Menjelang sore, keduanya sampai di kota dan keduanya masih bingung mau ke mana karena mereka tidak punya kenalan sama sekali. "Dek, kita makan saja dulu," ucap Kang Basir.
"Iya, Kang."
Mereka makan di sebuah gerobak nasi goreng. "Bang, pesan dua porsi," ucap Kang Basir.
"Siap, Mas," sahut si Penjual Nasi goreng.
Setelah menunggu beberapa menit, nasi goreng pun jadi. Pedagang nasi goreng itu mengerutkan keningnya saat melihat Vania dan Basir membawa koper. "Mas sama Mbak ini mau ke mana? kok bawa koper?" tanya Pedagang Nasgor.
"Kita berdua dari kampung Bang, lagi cari kontrakan," sahut Kang Basir.
"Owalah, kalian suami istri?" tanya Pedagang Nasgor.
"Bukan, ini adik saya Bang," sahut Kang Basir.
"Oh, di dekat sini ada kontrakan Bu Nenden Mas," ucap Pedagang Nasgor.
"Di sebelah mana Bang? kontrakannya besar gak? soalnya kita cari kontrakan yang agak besar," seru Kang Basir.
"Kalau kontrakan yang besar gak ada Mas," sahut Pedagang Nasgor.
"Oh, ya, sudah gak apa-apa yang penting malam ini kita punya tempat untuk tidur," ucap Kang Basir.
"Mas sama Mbak bisa lihat itu ada gang, kalian tinggal masuk ke gang itu nanti kelihatan itu banyak sekali berjejer kontrakan milik Bu Nenden," sahut Pedagang Nasgor.
"Oh iya, terima kasih Bang," ucap Kang Basir.
Setelah Vania dan Basir selesai makan, mereka pun pamit dan berjalan menuju kontrakan yang ditunjukan oleh pedagang nasgor itu. Kebetulan tidak terlalu jauh, saat masuk gang perasaan Vania sudah mulai tidak enak. "Kang, kok gini suasananya?" ucap Vania.
"Gak apa-apa, jangan khawatir mereka tidak jahat," sahut Kang Basir.
Vania dan Basir sudah merasa jika kontrakan itu banyak sekali penghuninya. Hingga keduanya pun pergi ke rumah Bu Nenden yang lokasinya samping kontrakan. "Jadi kalian mau ngontrak di sini?" tanya Bu Nenden.
"Iya, Bu," sahut Kang Basir.
"Kalian beneran 'kan adik kakak? soalnya zaman sekarang banyak yang ngaku adik kakak padahal mereka pasangan selingkuh?" tanya Bu Nenden.
"Astagfirullah Bu, kita tidak bohong," sahut Vania.
Basir mengambil kartu keluarga dari tasnya, lalu diperlihatkan kepada Nenden. "Ini kartu keluarga kita, Bu. Dan ini KTP kita, ibu bisa cek," ucap Kang Basir.
Nenden memeriksanya dan ternyata memang benar. "Iya, kalian memang adik kakak. Maaf ya, saya takut kalian bohong karena sudah beberapa kali kontrakan saya ini dijadikan tempat selingkuh terselubung jadi saya harus lebih selektif lagi," sahut Bu Nenden.
Vania dan Basir tersenyum. Basir pun mengeluarkan sejumlah uang dan memberikannya kepada Nenden. "Bu, kita bayar untuk 3 bulan ke depan soalnya kita baru mau cari kerja takutnya gak kebayar," ucap Kang Basir.
"Terima kasih ya. Kalau begitu, mari saya antar kalian ke kontrakan yang akan kalian tempati," ucap Bu Nenden.
Penghuni kontrakan yang lainnya melihat ke arah Vania dan Basir. Ada yang tersenyum dan ada juga yang menatap mereka dengan tatapan sinis. Nenden pun menghentikan langkahnya di depan pintu kontrakan ujung karena hanya itu satu-satunya kamar kontrakan yang tersisa.
"Mas, Mbak, cuma ini kontrakan yang tersisa, tidak apa-apa 'kan?" seru Bu Nenden.
"Tidak apa-apa Bu, kita terima kasih karena masih dapat kontrakan untuk tinggal soalnya kita baru datang dari kampung dan tidak tahu harus ke mana," sahut Vania.
"Ya, sudah ini kuncinya dan semoga kalian betah tinggal di sini," ucap Bu Nenden.
"Iya, Bu."
Nenden pun pergi meninggalkan keduanya. Basir segera membuka pintu kontrakan itu, sedangkan Vania tidak sengaja melihat ke arah kontrakan yang sebelah. Sosok yang dia yakini bukan manusia itu sedang berdiri di depan salah satu kontrakan dengan tatapan kosongnya. "Kenapa dia?" batin Vania.
jangan2 pake penglaris tuh baso bisa rame banget