NovelToon NovelToon
Transmigrasi Ke Tubuh Adik Pelakor

Transmigrasi Ke Tubuh Adik Pelakor

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem / Reinkarnasi / Mengubah Takdir
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Septi.sari

Setelah kematian bayi malangnya yang baru saja lahir, tepat 2 jam setelah itu Ayu Maheswari tewas secara tragis ditangan suaminya sendiri. Jiwanya menolak mendapat perlakuan keji seperti itu. Ayu tidak terima. Ia berdoa kepada Tuhan-nya, meminta dibangkitkan untuk membalaskan dendam atas ketidak adilan yang ia terima.

Begitu terbangun, Ayu tersentak tetiba ada suaminya-Damar didepan matanya kembali. Namun, Damar tidak sendiri. Ada wanita cantik berdiri disampingnya sambil mengapit lengan penuh kepemilikan.

"Tega sekali kamu Damar!"

Rupanya Ayu terbangun diraga wanita lemah bernama Rumi. Sementara Rumi sendiri adalah adik angkat-Raisa, selingkuhan Damar.

Ayu tidak terima! Ia rasa, Rumi juga pasti ingin berontak. Dendam itu semakin tersulut kuat. Satu ambisi dua tujuan yang sama. Yakni ingin melihat keduanya Hancur!

Rumi yang semula lemah, kini bangkit kuat dalam jiwa Ayu Maheswari.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 5

1 jam sudah Damar menyibukan menimang, serta mengajak bayi itu berbicara. Dan sudah saatnya ia akan meninggalkan kembali bayi mungil itu.

"Satu minggu lagi saya akan datang. Dan seperti yang saya katakan waktu-waktu lalu, jika terjadi sesuatu, tolong segera hubungi saya."

Damar menyerahkan bayi itu kepada Mirah. Untuk sejenak, senyum tipis melekuk sempurna dalam wajah tampannya. Akan tetapi, ada sebuah perasaan yang sulit sekali untuk tersalurkan.

Damar meninggalkan rumah Amir tepat pukul 20.15 menit.

Dan mobilnya kembali melaju kencang, sebab sejak tadi gawainya terdengar bergetar terus. Damar yakin, kedua orang tuanya pasti tidak akan melepaskan ia begitu saja. Apalagi setelah pemakaman terjadi.

Mobil hitam mengkilap itu baru saja memasuki halaman luas dengan pagar menjulang tinggi berukiran dua naga.

Seorang wanita setengah baya, namun masih cantik diusianya yang sudah menginjak kepala 5. Kini tampak duduk tenang di ruang tengah, seakan tidak merasakan duka atas kepergian menantunya. Selalu berpenampilan menarik, make up tebal, dan rambut yang tergerai sebahu itu... Semakin menambah ketegasan tersendiri dalam aura wajahnya.

"Darimana saja kamu, Damar? Raisa bilang katanya kamu sudah pulang 2 jam yang lalu. Tapi kenapa baru tiba di rumah?" Parubaya bernama Bu Fatmawati baru saja meletakan cangkir teh hangat diatas meja.

Damar terpaku sejenak. Ia yang akan naik keatas tangga, terpaksa menghentikan langkahnya. Tak saling menatap, hingga ruangan megah itu mendadak hening.

"Aku mampir ke bar terlebih dulu!"

Wajah Bu Fatma sedikit terkejut. Namun ia tidak ingin menunjukan akan hal itu. Dan cepat-cepat ia menormalkan wajahnya kembali.

"Untuk apa sampai mendatangi Bar? Atau jangan-jangan kau meratap atas kepergian istrimu?" Bu Fatma menatap putranya penuh curiga.

Damar mendesah lirih. Ia memalingkan wajah sekilas kearah tangga. "Wanita itu sudah tiada! Apa masih ada alasan lagi untuk Ibu menghakiminya?! Aku ke atas dulu."

Bu Fatma hanya mampu berdecak kasar. Wajahnya seketika berubah kesal melihat sang Putra enggan mendengarkan ucapannya.

Dari arah ruangan samping, seorang pria parubaya menghampiri istrinya yang tampak menahan emosi. Namanya Tuan Galuh, ayah dari Damar.

"Kalian bertengkar lagi?"

Bu Fatma melengos. Ia kembali duduk diatas sofa sambil berkata, "Putramu selalu membuat darahku mendidih!"

Tuan Galuh juga ikut duduk disamping istrinya. Ia mengeluarkan gawainya, lalu kembali berseru, "Kau sudah memastikan jika bayi itu benar-benar terbunuh?"

"Tertembak juga. Damar enggan memperlihatkan petinya, sebab tubuhnya terlalu kecil. Tapi aku yakin dan melihat sendiri, jika peti itu dimasukan satu liang dengan ibunya!"

Tak ada rasa sesal atau bersalah sedikitpun, hingga kalimat Bu Fatma begitu lugas.

"Baguslah!" Timpal Tuan Galuh yang masih sibuk dengan gawainya.

Tetiba, Bu Fatma menoleh kearah suaminya. Raut wajah tetiba panik. "Bagaimana jika suatu saat Fauzi datang? Apa yang akan kita katakan?"

Deg

Tuan Galuh baru teringat. Bahkan, waktu-waktu perencanaan pembunuhan itu ia sama sekali tidak memikirkan tentang keberadaan Pak Fauzi, Ayah dari Ayu.

Jantung Tuan Galuh bak terikat kuat. Wajahnya kesekian detik juga menahan rasa cemas berlebih. Pria tua itu sampai melepas kacamata kerja, memikirkan hal apa yang harus ia lakukan untuk menghadapi besannya ketika datang.

"Itu biar aku yang mengurus. Kita bilang saja jika anaknya sudah kabur dari rumah ini. Beres 'kan?!" Senyum culasnya merekah.

Bu Fatma dapat bernafas sedikit lega. Setidaknya, ada tameng untuk menghadapi kedatangan besannya itu.

Sementara diatas. Di dalam kamar yang terasa senyap. Damar baru saja merebahkan badannya diatas ranjang. Ia bukan tidur. Namun hanya terdiam sambil menatap langit atap kamarnya.

Namun tak lama itu Damar bangkit. Duduk termenung menghadap lantai marmer yang ia pijak. Hanya dengan beralaskan tikar kecil, dulu Ayu Maheswari selalu tidur dibawah. Di lantai dingin itu.

Bahkan, tikar itu tidak besar. Tikar itu hanya mampu menangkap tubuh Ayu dari atas kepala sampai batas lutut. Malam-malam menyedihkan itu kembali Damar rasakan seorang diri.

Entah dorongan dari mana, ia kini melepas sepatunya. Yang biasanya ia selalu memakai sandal diatas lantai. Kini Damar mencoba menapakan kakinya langsung diatas dinginya lantai. Lalu, ia menarik tikar kecil itu dengan gerakan pelan namun cukup teratur.

Begitu tikar tadi terbentang, dengan berat hati Damar mencoba merebahkan tubuhnya diatas tikar tadi. Tanpa bantal yang menyangga, apalagi selimut tebal yang memeluk tubuhnya. Dulu Ayu rasakan itu selama kurang lebih 1 tahun.

Ayu seringkali mendapat perlakuan dingin, meskipun ia masih melayani nafsu kejam suaminya. Bahkan, Ayu tidak pernah mendapat perlakuan lembut, sebagaimana Damar memperlakukan itu kepada Raisa.

Damar seringkali berpindah posisi untuk mencari tidurnya yang paling nyaman. Namun, ia tidak menemukan. Pria itu bangkit. Sejenak menahan nafas dalam. Lalu kembali merebahkan tubuhnya.

Bagaimana dapat sekuat Ayu, jika belum sampai 1 jam saja Damar sudah menyudahi tidurnya. Ia bangkit dalam keadaan merintih, sebab tubuhnya terasa kaku dan nyeri.

Pria itu kini memilih duduk di sofa sambil memijat pungungnya sendiri. Ia tatap tikar tadi dari arah sofa begitu dalam.

"Apa sesakit ini rasanya? Kenapa dia sama sekali tidak pernah mengeluh?" Kalimat itu hanya mampu berdengung dalam batinya.

Akan tetapi, ambisi Damar tidak redup begitu saja. Ia bangkit untuk membersihkan diri sebentar.

Keluar dalam keadaan lebih segar, ia ambil selimut serta bantal diatas. Kemudian ia tata diatas tikar tadi, agar badannya tidak terasa begitu sakit.

Dan hal itu sudah ia lakukan beberapa hari belakangan ini. Setiap malam ia meniduri tempat tidur milik istrinya.

****

Di ruangan VIP lantai 8. Setelah melakukan sarapan pagi, kini Rumi tengah bersiap untuk pulang, setelah beberapa hari menjalani pemulihan.

Hanya di temani satu Maid, dan sopir yang menjemput. Ayu yang terjebak dalam tubuh Rumi dapat merasakan tangisanmu miris, nyaring tak tersalur. Dan demi menguatkan wanita yang tubuhnya ia singgahi, Ayu berniat jika semua akan merasakan imbas begitu tiba di rumah.

Bik Asih tercengang, ketika Nonanya malah membawa barang bawaan sendiri. Rumi menolak, sebab hal itu terlalu mudah untuk ia lakukan.

"Biar bibi saja, Non! Non Rumi 'kan baru saja sehat." Celetuk Bik Asih.

Rumi menggelengkan kepala. "Nggak usah, Bik! Terlalu berlebihan hanya membawa dua tas saja. Bibi pasti juga kelelahan menunggui Saya di rumah sakit terus," kekeh Rumi.

Selama perjalanan, Rumi lebih banyak diam. Wajahnya tegas, duduk tenang tak terkecoh apapun. Sebelum tubuhnya benar-benar tiba di rumah, alangkah baiknya ia menyiapkan strategi terlebih dulu.

Dalam diamnya, Ayu dapat melihat jantung yang tengah berdebar kuat. Perasaan yang sulit terungkap. Dalam diri Rumi, tetiba wanita itu mendadak cemas, takut diabaikan dan tak di anggap.

"Rumi... Tenangkan dirimu! Aku ada didalam tubuhmu untuk membalaskan perbuatan mereka. Jika kau ingin pergi, maka hempaskan kedua sayap indahmu. Percayakan semuanya padaku!" Batin Ayu saat menatap wanita lugu itu.

Wajah damai serta sorot teduh itu seolah mengatakan salam perpisahan terhangat. Ia menyentuh tangan Ayu kesekian detik. Tersenyum indah, dan tak lama benar-benar pergi.

Dan ketika terbangun, Ayu tampak asing dengan rumah megah dua lantai di depan sana. Itu pasti rumah orang tua Rumi, batinnya.

"Non, ayo Bibi bantuin turun. Pelan-pelan saja," begitu antusias Bik Asih mengulurkan tangan untuk Nonanya berpegangan.

Di ujung taman, ada satu pelayan tampak sedang menyirami bunga-bunga. Pelayan itu seolah tak melihat keberadaan sang Nona rumah.

Dan lagi, tepat di teras utama. Satu pelayan baru saja mengeringkan lantai yang tadi ia pel. Tetap sama diam, menyambut Rumi saja tidak.

Didalam tubuh Rumi, Ayu merasa kesal. Bisa-bisanya pelayan di rumah Rumi berlagak tinggi kepala. Ayu sempat menghentikan langkah sejenak. Melihat ada ember kosong di sudut teras, seketika ia mendekat dan menendangnya cukup keras.

Brak!

Semua orang terpaku, tak terkecuali dua pelayan berwajah angkuh tadi. Bik Asih juga tercengang melihat sikap beraninya sang Nona.

"Begitu cara kalian bekerja? Apa mata kalian buta, sehingga berpura-pura tidak melihatku?!" Sentak Ayu menatap pelayan wanita tadi.

Pelayan yang berada di ujung taman tadi seketika mematikan selang air. Dan berjalan mendekat dibawah teras. Sementara pelayan satunya, ia hanya mampu mengepalkan tangan erat. Namun ada kejanggalan yang mereka rasa atas keberanian Nonanya.

Padahal dulu, Rumi hanya mampu mengeluarkan kata maaf.

Selalu ia ulang berulang kali.

Sementara didalam, sebab mendengar suara keributan, Raisa dan Bu Sintia bergegas keluar. Keduanya terkejut melihat bagaimana tajamnya mata Rumi menatap kedua pelayan tadi. Raisa berjalan mendekat, menatap keduanya secara bergantian.

Bu Sintia, wanita parubaya itu menatap Rumi penuh haru. "Rumi, kamu sudah sehat? Syukurlah Ibu ikut senang," katanya sambil mencoba memegang lengan Rumi.

Begitu Ayu menoleh, ia agak canggung dengan wanita didepannya kini. Akan tetapi, semakin dalam Ayu menatap seakan ada suatu kejadian yang melintas cepat membuat ia terbang ke waktu semasa kecil.

Tangisan pedih. Raungan kecewa. 2 bayi tanpa dosa itu harus terpisah dalam Ibunya. Dan hal itu yang membuat sikap tak beraturan Bu Sintia.

"Apa yang terjadi?" Raisa menajamkan kedua matanya.

"Kami juga nggak tahu Non, tiba-tiba Non Rumi marah-marah," jawab Pelayan berbaju kotak.

Rumi belum menanggapi kalimat Ibunya. Ia kini lebih tertarik menatap kedua pelayan tadi.

Sementara Raisa, ia berganti menatap sang adik begitu muak. "Apa yang kau lakukan, Rumi? Sudah berani-"

"Cukup, Raisa! Adikmu baru saja keluar dari rumah sakit. Badanya saja masih terlihat lemas," sahut Bu Sintia tetiba. Setelah itu, ia menatap kembali Rumi, "Ayo masuk, Rumi!"

Melewati Raisa, Rumi mengangkat satu alisanya, sambil tersenyum culas. Ia merasa berhasil sebab Ibunya kini mulai melunak.

Raisa mengepalkan tangan erat. Ia begitu kesal melihat adik angkatnya itu sudah mulai berani.

"Kenapa masih diam disitu? Bubar sekarang!" sentak Raisa. Setalah itu ia kembali masuk menahan rasa muak yang mulai menjalar.

Bersambung...

1
Nyonya Gunawan
Plaese thor jgan nanggung" updatenya..
Septi.sari: hihi, baik kak sabar ya🤭😭❤❤
total 1 replies
Nyonya Gunawan
Jadi ayu itu raina putri kandung darma yg di bunuh ma damar..
Septi.sari: benar kak, sejak dulu sudah menjadi incaran untuk di bunuh. miris banget😭🤧
total 1 replies
Nyonya Gunawan
Penyesalanmu sdah terlambat damar..
Septi.sari: benar kak, nangis deh si damar🤧
total 1 replies
Nyonya Gunawan
Good job rumi..
Septi.sari: rumi gak kaleng2 kakak🤭🤣
total 1 replies
Nyonya Gunawan
Kaget g' pasti lah..
Nyonya Gunawan
Ayoooo afan jdi lah detektif cari tau ttg kematian ayu,,keluargamu bnar" iblis..
Septi.sari: kak ❤❤❤❤
total 1 replies
Nyonya Gunawan
Rumi ternyata afan mencintai kamu,, Kira" Rumi/ Ayu jujur g' y ma afan
Septi.sari: nanti gimana ya, sukanya sama Ayu, tapi ayu di tubuh rumi🤭. afan pasti bingung kak🤣
total 3 replies
Nyonya Gunawan
Cari tau afan ttg kebusukan keluargamu & kematian ayu..
Septi.sari: afan bakal menguak semuanya kak❤❤
total 1 replies
Nyonya Gunawan
Selamat libur thor,,klo bisa double up donk..😁😁
Septi.sari
bab 13 otw kak. septi mau ambil nafas dulu🤭❤❤
Nyonya Gunawan
Masih jdi teka teki..
Nyonya Gunawan
Sebenarnya rahasia apa sich yg ayu ketahui hingga keluarga adipati membunuh ayu
Septi.sari: nanti bakal ketemu di bab2 selanjutnya kak. makasih sudah mengikuti🤗❤
total 1 replies
Nyonya Gunawan
Afan cari tau ttg ayu,,
Nyonya Gunawan
Main cantik rumi balas sakit hatimu kpd oran" yg tlah membuatmu terluka..
Septi.sari: 😍😍😍❤❤❤
total 1 replies
Nyonya Gunawan
Ooooh gtu raisa jahat bget y..
Septi.sari: iya kak, disini raisa udah ngehancurin hidup Ayu Dan Rumi.❤ jahat banget.
total 1 replies
Septi.sari
kak, terimkasih. saya jelaskan ya.

ayu itu istrinya damar yang sudah di bunuh mertuanya sendiri kak. lalu Ayu bertransmigrasi ke tubuh Rumi.

sementara Rumi, dia adik angkat Raisa, selingkuhanya Damar. apa masih bingung kak🤗😍
Nyonya Gunawan
Ayu nich siapa thor,,apa dia jga lemah..
Rumi nich knp jga.
Nyonya Gunawan
Singkatan dri Damar & Ayu
Nyonya Gunawan
Masih bingung ma alur ceritanya..
Nyonya Gunawan
Msh nyimak dlu y thor,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!