Langit Neo-Kyoto malam itu selalu sama: kabut asam bercampur polusi elektronik yang membuat bulan tampak seperti koin usang. Hujan buatan yang beraroma logam membasahi jalanan, memantulkan cahaya neon raksasa dari papan reklame yang tak pernah padam. Di tengah kekacauan visual itu, sosoknya berdiri tegak di atap gedung tertinggi, siluetnya menentang badai.
Kaelen. Bukan nama asli, tapi nama yang ia pilih ketika meninggalkan masa lalunya. Kaelen mengenakan trench coat panjang yang terbuat dari serat karbon, menutupi armor tipis yang terpasang di tubuhnya. Rambut peraknya basah kuyup, menempel di dahi, dan matanya memancarkan kilatan biru neon yang aneh. Itu adalah mata buatan, hadiah dari seorang ahli bedah siber yang terlalu murah hati. Di punggungnya, terikat sebuah pedang besar. Bukan pedang biasa, melainkan Katana Jiwa, pedang legendaris yang konon bisa memotong apa saja, baik materi maupun energi.
WORLD OF CYBERPUNK: NEO-KYOTO
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FA Moghago, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4: Gerbang ke Dunia Bawah
"Aku bisa merasakannya," bisik Anya. "Ini adalah kekuatan klan-klan kuno. Kekuatan yang sama yang ada di dalam Palu Perusakku."
Kaelen mengangguk. "Katana Jiwa-ku juga merasakannya. Pedang ini berasal dari tempat yang sama."
Mereka terus berjalan, melewati lorong-lorong yang dihiasi dengan ukiran-ukiran kuno. Di salah satu lorong, mereka menemukan sebuah ruangan besar. Di tengah ruangan, terdapat sebuah altar batu yang di atasnya terdapat sebuah bola kristal yang bersinar redup. Bola kristal itu memproyeksikan gambar-gambar yang bergerak, menceritakan kisah-kisah kuno tentang para pahlawan dan dewa-dewa yang menghilang.
Tiba-tiba, bisikan-bisikan di telinga mereka menjadi lebih jelas. Itu bukan hanya bisikan, itu adalah suara-suara yang berbicara kepada mereka, menanyakan pertanyaan.
"Siapa yang berani masuk?" tanya sebuah suara dalam.
"Kami adalah pelindung," jawab suara yang lain. "Kami akan menguji kalian. Kami akan melihat apakah kalian layak untuk masuk lebih dalam."
Di hadapan mereka, dua sosok muncul dari bayangan. Sosok pertama adalah seorang wanita yang terbuat dari energi murni, memegang sebuah tombak energi. Sosok kedua adalah seorang pria yang terbuat dari batu, memegang sebuah pedang berat yang terbuat dari kristal. Mereka adalah penjaga gerbang, entitas yang telah ada selama ribuan tahun.
"Untuk masuk, kalian harus mengalahkan kami," kata wanita energi itu. "Tunjukkan pada kami kekuatan dan tekad kalian."
Kaelen maju, menarik Katana Jiwa-nya. Ia tahu, pertarungan ini bukan hanya tentang kekuatan, tapi juga tentang kehormatan. Ia harus membuktikan dirinya layak. "Aku menerima tantanganmu."
Pertarungan dimulai. Wanita energi itu adalah lawan yang sulit. Ia bisa berubah menjadi energi murni, menghilang dan muncul kembali di tempat yang berbeda. Tombaknya bisa menembakkan ledakan energi yang kuat. Kaelen harus menggunakan seluruh kecepatannya untuk menghindar dan mencari celah.
Sementara itu, Anya harus menghadapi pria batu. Pria itu kuat dan tak tergoyahkan. Setiap ayunan pedangnya menciptakan gelombang kejut yang membuat lantai bergetar. Anya menggunakan Palu Perusaknya untuk memblokir serangan, tapi setiap benturan terasa seperti gempa bumi.
"Kita tidak bisa menang dengan kekuatan," teriak Anya kepada Kaelen. "Kita harus menemukan kelemahan mereka!"
Kaelen mengangguk. Ia menyadari sesuatu. Penjaga gerbang itu adalah perwujudan dari kekuatan mereka. Wanita energi adalah kelemahan dari materi, dan pria batu adalah kelemahan dari energi. Ia harus bertukar lawan dengan Anya.
"Anya! Tukar lawan!" teriak Kaelen.
Anya mengerti. Ia berlari ke arah Kaelen, dan pada saat yang sama, Kaelen berlari ke arahnya. Mereka melewati satu sama lain, dan Kaelen sekarang menghadapi pria batu, sementara Anya menghadapi wanita energi.
Kaelen mengayunkan Katana Jiwa-nya. Pedang itu, yang dibuat untuk memotong materi, dengan mudah memotong batu dari pria itu. Setiap ayunan pedang membuat pria batu itu retak dan hancur. Sementara itu, Anya, dengan Palu Perusaknya, mampu menyerap energi dari wanita itu, memukulnya dan menyalurkan kembali energinya, yang membuat wanita energi itu kehilangan kekuatannya.
Dalam beberapa saat, kedua penjaga gerbang itu hancur, berubah menjadi debu dan energi. Lorong itu bergetar, dan gerbang yang ada di ujung lorong terbuka, menampakkan sebuah kota bawah tanah yang indah. Kota itu terbuat dari kristal dan batu, dan di tengahnya terdapat sebuah pohon raksasa yang bersinar, memancarkan cahaya ke seluruh kota.
Mereka telah berhasil. Mereka telah tiba di tempat persembunyian para klan kuno. Namun, ada satu hal yang mengganggu Kaelen. Ia merasa ada sesuatu yang jauh lebih besar di baliknya, sesuatu yang ia harus ungkap. Dan ia tahu, di tempat ini, semua pertanyaan akan terjawab. Tentang Katana Jiwa, Palu Perusak, dan juga Kode Genesis.
Kaelen dan Anya telah tiba di kota bawah tanah yang menjadi persembunyian klan-klan kuno. Tempat ini menyimpan rahasia-rahasia besar, dan kehadiran mereka akan mengaktifkan sesuatu yang sudah lama tertidur.
Kaelen dan Anya melangkah memasuki kota bawah tanah. Pemandangan di hadapan mereka jauh melampaui imajinasi mereka. Kota itu dibangun dari kristal-kristal bercahaya yang memancarkan cahaya lembut, menerangi setiap sudut. Bangunan-bangunan menjulang tinggi, diukir dengan detail rumit yang menampilkan kisah-kisah kuno. Di tengah-tengah kota, berdiri sebuah Pohon Jiwa raksasa, akarnya menembus jauh ke dalam tanah dan cabangnya mencapai langit-langit gua. Daunnya bersinar dengan cahaya keemasan, dan di batangnya, terukir simbol-simbol yang sama dengan yang ada di gerbang.
Kaelen dan Anya berjalan mendekat, merasakan aura kedamaian dan kekuatan yang luar biasa. Pohon Jiwa itu seolah hidup, berdenyut dengan energi murni. Saat mereka tiba di dekatnya, pohon itu mulai memancarkan cahaya yang lebih terang, dan bisikan-bisikan kuno kembali terdengar, kali ini lebih jelas dan lebih teratur.
"Selamat datang," bisik sebuah suara, bukan dari Pohon Jiwa, melainkan dari seorang wanita tua yang tiba-tiba muncul dari balik pohon. Rambutnya seputih salju dan matanya seteduh air danau. Ia mengenakan jubah putih yang terbuat dari bahan aneh yang tampak seperti cahaya yang ditenun.
Anya segera menyadari siapa dia. "Nenek...?"
Wanita tua itu tersenyum hangat. "Kau sudah tumbuh, cucuku. Aku sudah lama menunggumu."
Kaelen menatap Anya dan neneknya dengan kebingungan. "Kau... kau adalah neneknya?"
Nenek Anya mengangguk. "Namaku Lyra. Aku adalah penjaga terakhir Pohon Jiwa dan Kode Genesis."
Lyra menjelaskan bahwa kota itu adalah sisa-sisa peradaban kuno yang memutuskan untuk bersembunyi di bawah tanah setelah era Sihir Kuno berakhir. Mereka membangun kota itu dan mengikatkan takdir mereka pada Pohon Jiwa, yang merupakan sumber dari semua kekuatan mereka. Kode Genesis bukanlah kode digital, melainkan pengetahuan dan ingatan klan-klan kuno yang tersimpan di dalam Pohon Jiwa, dan hanya bisa diakses oleh keturunan mereka.
"Dan Kode Genesis... ada di dalam dirimu, Anya," kata Lyra. "Namun, untuk membangkitkannya, kau harus menyentuh Pohon Jiwa dengan Palu Perusakmu."
Tiba-tiba, suara alarm yang berbeda terdengar. Bukan dari Neo-Kyoto, melainkan dari gerbang yang telah mereka lewati. Lyra melihat ke arah gerbang dengan ekspresi khawatir. "Mereka datang. Mereka berhasil melacakmu."
Sora muncul dari lorong, wajahnya terlihat serius. Di sampingnya, bukan hanya Zarek, tetapi juga beberapa penjaga elit. Di antara mereka, sosok tertinggi muncul. Sosok itu mengenakan jubah hitam dengan logo naga di punggungnya, dan matanya memancarkan energi listrik. Itu adalah Ryu Hoshi.
"Kaelen," panggil Ryu Hoshi, suaranya dipenuhi dengan energi listrik statis. "Kau telah membawa apa yang kuinginkan."
Sora maju, matanya menatap tajam pada Anya. "Kau tidak bisa lari, Anya. Kau harus ikut denganku. Itu satu-satunya cara untuk menghentikan perang."
Anya terkejut. "Perang apa?"
"Klan Serigala tidak hanya ingin Kode Genesis, Kaelen," kata Sora. "Ryu Hoshi ingin menggunakannya untuk menaklukkan Neo-Kyoto dan menghancurkan semua orang yang berkolaborasi dengan teknologi modern."
Keren Thor Aku ikutin novelnya😉😉😉