Belva Kalea harus menelan kekecewaan saat mengetahui calon suaminya berselingkuh dengan saudara tirinya tepat di hari pernikahannya. Bukan hanya itu saja, Glory diketahui tengah mengandung benih Gema Kanaga, calon suaminya.
Di sisi lain, seorang pengusaha berhati dingin bernama Rigel Alaska, harus menelan pil pahit saat mengetahui istrinya kembali mengkhianatinya. Disakiti berulang kali, membuat Rigel bertekad untuk membalas rasa sakit hatinya.
Seperti kebetulan yang sempurna, pertemuan tak sengaja nya dengan Belva membuat Rigel menjadikan Belva sebagai alat balas dendam nya. Karena ternyata Belva adalah keponakan kesayangan Roland, selingkuhan istrinya sekaligus musuhnya.
Akankah Rigel berhasil menjalankan misi balas dendam nya?
Ataukah justru cinta hadir di tengah-tengah rencananya?
Mampukah Belva keluar dari jebakan cinta yang sengaja Rigel ciptakan?
Ataukah justru akan semakin terluka saat mengetahui fakta yang selama ini Rigel sembunyikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kikan dwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 4
"Kamu berani ngusir aku, Mas?" Nadin menatap suaminya dengan mata berkaca-kaca. Wanita paruh baya itu mencoba menjual kesedihannya sebagai cara terakhirnya untuk bertahan di rumah itu.
"Aku bukan cuma berani mengusirmu. Aku juga akan mengurus surat perceraian kita," ucap Gefanda dengan tegas.
Walaupun itu artinya Gefanda mengingkari permintaan terakhir mendiang istrinya. Namun andai mendiang istrinya tahu, putri kesayangannya diperlakukan buruk oleh Nadin, mungkin sejak awal dia pun tidak akan memintanya untuk menikah dengan Nadin, yang kala itu berstatus sebagai asisten rumah tangganya.
Deg
Bak disambar petir di siang bolong, satu kalimat yang Gefanda ucapkan, berhasil mengoyak hati Nadin. Bukan karena Nadin tidak ingin berpisah dengan Gefanda, namun selama pernikahannya dengan Gefanda, Nadin belum mendapatkan apa-apa.
"𝘎𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘪𝘯𝘪, 𝘢𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘢𝘴𝘪𝘭 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘮𝘣𝘪𝘭 𝘢𝘭𝘪𝘩 𝘢𝘴𝘦𝘵-𝘢𝘴𝘦𝘵 𝘔𝘢𝘴 𝘎𝘦𝘧𝘢𝘯𝘥𝘢. 𝘛𝘢𝘱𝘪 𝘴𝘦𝘦𝘯𝘢𝘬𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘫𝘢 𝘥𝘪𝘢 𝘮𝘢𝘶 𝘱𝘪𝘴𝘢𝘩 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘢𝘬𝘶," 𝘨𝘶𝘮𝘢𝘮 𝘕𝘢𝘥𝘪𝘯 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘩𝘢𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢.
Glory tidak tahan melihat Gefanda yang memperlakukan Mommynya seperti itu. Glory tahu selama ini ayah tirinya itu tidak memperlakukan Mommynya layaknya seorang istri. Gefanda hanya menikahi Mommynya karena melaksanakan wasiat dari Mommynya Belva.
Glory selama ini diam saja melihat perlakuan Gefanda hanya karena tidak ingin terusir dari rumah mewah Gefanda. Nadin dan Glory terpaksa bersandiwara menjadi ibu dan saudara yang baik di depan Gefanda supaya bisa tetap menikmati kemewahan yang Gefanda miliki.
Namun sekarang, Glory sudah memiliki Gema. Suaminya itu juga tidak kalah kaya dari keluarga Belva. Glory sudah tidak perduli lagi dengan Gefanda yang ingin menceraikan Mommynya. Tanpa Gefanda pun mereka masih bisa hidup mewah, tentu saja dengan harta Gema, pria yang berhasil Glory rebut dari Belva.
"Mom, sudahlah. Mommy tidak perlu memohon seperti itu," Glory mendengus kesal melihat Mommynya memohon pada ayah tirinya. "Mommy lupa, aku udah nikah sama Gema? Aku yakin Gema tidak akan membiarkan kita hidup susah," ucapnya dengan percaya diri.
"𝘎𝘭𝘰𝘳𝘺 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳, 𝘢𝘬𝘶 𝘱𝘶𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘯𝘵𝘶 𝘬𝘢𝘺𝘢 𝘳𝘢𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨. 𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘣𝘶𝘵𝘶𝘩 𝘎𝘦𝘧𝘢𝘯𝘥𝘢 𝘭𝘢𝘨𝘪."
Nadin berdiri dengan angkuhnya, pandangannya tak lagi mengiba seperti beberapa waktu lalu. Sorot tajamnya menatap nyalang pria yang tidak pernah menganggapnya itu.
"Baiklah, kita bercerai. Aku juga sudah muak bersandiwara di depanmu."
Gefanda tersenyum menyeringai, pria paruh baya itu akhirnya bisa melihat sifat asli istri dan anak tirinya.
"Tunggu dulu!" Gefanda menghentikan langkah ketiga orang yang akan keluar dari rumahnya. "Ada sesuatu yang harus berikan. Anggap saja sebagai hadiah karena sudah menjadi istriku."
Gefanda pergi ke ruang kerjanya untuk beberapa saat. Tidak lama kemudian pria paruh baya itu datang dengan membawa sebuah amplop di tangannya.
"𝘒𝘪𝘳𝘢-𝘬𝘪𝘳𝘢 𝘢𝘱𝘢 𝘪𝘴𝘪 𝘢𝘮𝘱𝘭𝘰𝘱 𝘪𝘵𝘶? 𝘈𝘱𝘢 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯-𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘶𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘰𝘮𝘱𝘦𝘯𝘴𝘢𝘴𝘪, 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘵𝘢 𝘨𝘰𝘯𝘰-𝘨𝘪𝘯𝘪?"
Berbagai pemikiran mulai berseliweran di kepalanya. Matanya berbinar saat menerima sebuah amplop yang Gefanda berikan.
Deg
Binar di matanya perlahan sirna dan senyum di bibirnya perlahan meredup saat melihat secarik kertas di dalam amplop itu.
"Surat cerai?" Gumam Nadin.
"Ya, surat cerai. Kamu berpikir apa memangnya?" Gefanda tersenyum penuh ejekan. "Harta gono gini? Jangan harap. Bersyukurlah aku sudah mengangkat derajatmu yang hanya asisten rumah tangga menjadi Nyonya di rumah ini."
Ucapan Gefanda terdengar amat menyakitkan di telinga Nadin. Namun wanita paruh baya itu tidak bisa berkata apa-apa. Nadin hanya ingin secepatnya keluar dari rumah itu. Hinaan Gefanda bukan hanya melukai harga dirinya namun juga hatinya.
"Kamu mau ke mana?" Tanya Gefanda. Lagi-lagi Gefanda menghentikan langkah Nadin saat ingin keluar dari rumah itu.
"Apalagi? Aku sudah membawa surat ini." Nadin menunjukkan amplop yang Gefanda berikan beberapa waktu lalu.
"Tanda tangan sekarang!" Gefanda memberikan sebuah pulpen pada Nadin. "Aku ingin secepatnya mengurus perceraian kita."
Nadin menandatangani surat itu dengan cepat. Lalu kembali menyerahkannya pada Gefanda.
"Kamu benar-benar sudah mempersiapkan ini semua, Mas?"
Tidak bisa dipungkiri, perpisahan ini membuat Nadin terluka, karena diam-diam wanita paruh baya itu memendam perasaan pada Gefanda. Walaupun selama hidup bersama Gefanda, Nadin tidak pernah diperlakukan sebagai istri. Namun tetap saja Nadin tidak bisa menolak pesona seorang Ghastan Gefanda.
"Tentu saja. Bahkan sejak awal kita menikah, aku sudah mempersiapkan surat perceraian."
Sakit hati Nadin, tanpa terasa lelehan air mata muncul di sela-sela sudut matanya. Namun wanita paruh baya itu buru-buru menghapusnya. Dan tanpa kata lagi, ketiganya keluar dari rumah mewah Gefanda itu.
"Dad," Belva memeluk Daddynya dengan erat. Begitu pun Gefanda tidak kalah eratnya memeluk putri kesayangannya. "Belva punya satu permintaan sama Daddy."
"Apa? Apapun itu, Daddy akan mengabulkannya. Kecuali menikah lagi."
Belva tergelak mendengar candaan Daddynya. Namun dibalik candaan itu Belva tahu ada keseriusan di dalamnya.
"Belva mau pergi ke tempat Om Oland."
"Ck, kenapa harus ke tempat berandal itu, Sayang?"
Belva terkekeh mendengar Daddynya yang masih menyebut Omnya berandal. Entah kenapa Daddynya itu selalu memanggil Om kesayangannya itu berandal. Padahal pria yang Belva panggil Om Oland itu adalah orang yang sangat menyayangi Belva. Karena itu Belva pun sangat menyayangi Omnya.
"Ayolah, Dad. Belva mau nenangin diri di sana."
Gefanda menghembuskan napasnya. Walaupun berat, namun Gefanda akhirnya mengijinkan putrinya pergi. Gefanda paham putrinya itu pasti tertekan setelah mengalami insiden gagal menikah.
"Pergilah.Tapi Kamu harus bisa jaga diri. Satu hal lagi. Kamu jangan mengikuti kelakuan berandal itu!"
Walaupun tidak mengerti dengan ucapan Daddynya, Belva tetap menganggukkan kepalanya.
"𝘈𝘬𝘶 𝘱𝘦𝘯𝘢𝘴𝘢𝘳𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘋𝘢𝘥𝘥𝘺 𝘵𝘦𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨𝘨𝘪𝘭 𝘖𝘮 𝘖𝘭𝘢𝘯𝘥, 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘯𝘥𝘢𝘭."
...----------------...
"Roland, setelah aku berpisah dengan Rigel, Kamu mau kan nikah sama aku?"
Pria bernama Roland itu terlihat berpikir sebelum menganggukkan kepalanya. Membuat wanita yang berada di pangkuannya itu tersenyum senang.
Livia tidak perlu memikirkan bagaimana hidupnya setelah berpisah dengan Rigel. Ada Roland yang akan memberinya kemewahan.
Livia membelai rahang tegas pria itu. Roland memiliki ketampanan yang tak jauh berbeda dengan Rigel. Semua wanita tidak ada yang mampu menolak pesona pria matang itu.
Livia mencium bibir prianya menciptakan bunyi decapan yang nyaring di dalam ruangan. Roland tak tinggal diam, tangan pria itu membuka satu persatu kancing dress yang Livia kenakan.
Sampai akhirnya terpampang lah dua buah semangka kesukaannya. Begitu besar dan menggoda, membuat Roland tidak tahan untuk memainkannya.
Ahhhhh
Satu desahan lolos dari bibir Livia saat Roland memainkan pucuk dada nya. Roland melepaskan ciumannya dan merebahkan tubuh wanitanya di sofa. Pria itu menurunkan ritsleting celananya dan bersiap untuk memasukkan alat tempurnya ke dalam sarangnya.
Namun tiba-tiba...
"OM OLAND, APA YANG KAMU LAKUKAN?"
Brakk
𝘛𝘰 𝘣𝘦 𝘤𝘰𝘯𝘵𝘪𝘯𝘶𝘦𝘥
udh cerita si glory skip aja😅😂
waduh keluarga gila anak tiri hamil sm bpk tiri dasar edan
Kalo emang cinta Belva, yo sono datengin bpknya lamar secara gentle bukan malah minta DP duluan gitu...
Syukurin, kalo perlu si Anaconda disunat bae smpe ngepook aja, biar tau rasa Rigel