NovelToon NovelToon
Lelaki Arang & CEO Cantik

Lelaki Arang & CEO Cantik

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / CEO / Cinta setelah menikah / Nikah Kontrak / Romansa / Ilmu Kanuragan
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: J Star

Di tengah hiruk pikuk kota Jakarta, jauh di balik gemerlap gedung pencakar langit dan pusat perbelanjaan, tersimpan sebuah dunia rahasia. Dunia yang dihuni oleh sindikat tersembunyi dan organisasi rahasia yang beroperasi di bawah permukaan masyarakat.

Di antara semua itu, hiduplah Revan Anggara. Seorang pemuda lulusan Universitas Harvard yang menguasai berbagai bahasa asing, mahir dalam seni bela diri, dan memiliki beragam keterampilan praktis lainnya. Namun ia memilih jalan hidup yang tidak biasa, yaitu menjadi penjual sate ayam di jalanan.

Di sisi lain kota, ada Nayla Prameswari. Seorang CEO cantik yang memimpin perusahaan Techno Nusantara, sebuah perusahaan raksasa di bidang teknologi dengan omset miliaran rupiah. Kecantikan dan pembawaannya yang dingin, dikenal luas dan tak tertandingi di kota Jakarta.

Takdir mempertemukan mereka dalam sebuah malam yang penuh dengan alkohol, dan entah bagaimana mereka terikat dalam pernikahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon J Star, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tanpa Reaksi

Cahaya pagi yang hangat menembus jendela kontrakan, memantul di dinding kusam dan menyorot wajah Revan yang masih setengah sadar. Ia mengerjapkan mata perlahan dengan kepala terasa berat, pikirannya masih kabur akibat sisa mabuk semalam.

Dengan gerakan lamban, Revan mencoba bangkit. Namun tubuhnya tertahan oleh sesuatu yang hangat dan lembut melingkari pinggangnya. Ia menunduk dengan cepat dan seketika kesadarannya kembali penuh. Seorang wanita sedang memeluknya dalam tidur, itu adalah wanita mabuk yang ia bawa pulang semalam.

Lengannya yang halus seperti kelopak teratai, memeluk pinggang Revan dengan erat. Di bawah selimut tipis, dada wanita itu menempel di pahanya dan memberi sensasi lembut seperti beludru yang membuat napasnya tertahan. Paha putih dan lentur wanita itu melingkari bagian bawah tubuh Revan, memperlihatkan sedikit siluet lekuk pinggulnya yang menggoda. Samar-samar, Revan bisa melihat bekas-bekas kemesraan semalam masih tertinggal di sana.

Sangat serasi dengan wanita yang terlelap pulas itu, wajah polos dan sangat cantik yang membuat Revan tak bisa menahan diri untuk merenung. Di antara semua wanita yang pernah ditemui seumur hidupnya, wanita ini masuk dalam tiga besar.

Tepat saat Revan mengagumi sosok wanita bagaikan mahakarya surga ini, dari sudut matanya tiba-tiba melihat di ujung tempat tidur, ada noda darah merah kering di sprei!

Jantung Revan berdebar kencang sambil mengernyitkan dahi, menatap wanita di depannya yang masih tampak tenang dan acuh tak acuh. Ekspresi wajah Revan menunjukkan sedikit keterkejutan, darah yang menodai sprei itu jelas bukan miliknya. Satu hal yang paling mengejutkan dan tak pernah diduga, wanita cantik yang semalam ia bawa pulang ternyata masih perawan, meskipun terlihat begitu liar dan gila.

Banyak hal memang baru terasa masuk akal, setelah semuanya terjadi. Revan mulai menyadari, sangat mungkin si botak kemarin telah memberinya obat. Jika bukan karena ia berhasil membuat kelompok itu gentar entah karena aura, keberanian, atau kebetulan lainnya, wanita berambut hitam legam ini mungkin sudah menjadi korban mereka.

Revan juga baru sadar, betapa dirinya benar-benar kehilangan kewaspadaan akibat terlalu banyak minum. Bahkan setelah bangun di tempat tidur, ia belum juga menyadari kejanggalan yang terjadi.

Tepat saat Revan duduk di tempat tidur memikirkan bagaimana menghadapi situasi ini, wanita itu akhirnya terbangun. Setelah wanita itu membuka mata dengan bingung, ia sedikit mengangkat kepalanya dan melihat Revan dengan tenang menatapnya.

Pria yang berdiri di depannya sangat asing, namun juga terasa akrab. Di hidungnya tercium bau tubuh pria yang pekat dan sesuatu yang lain. Ia berusaha keras memikirkan apa yang terjadi, adegan-adegan terputus-putus dari semalam muncul dalam benaknya. Wanita itu akhirnya dengan cepat mengerti bagaimana semuanya bisa terjadi.

Setelah Revan mengetahui wanita itu bukan seorang pekerja seks komersial, reaksi apa yang akan ditunjukkan wanita ini. Berteriak? Memukul dan memakinya? Memanggil polisi? Atau bahkan memeras? Jika itu yang terjadi, wanita itu boleh melakukan sesukanya dan Revan tidak akan keberatan sedikit pun. Jika bukan karenanya, wanita ini pasti sudah menjadi pelampiasan bagi sekelompok pria. Jika harus menyalahkan, ia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri karena tidak berhati-hati karena salah masuk sarang serigala.

Namun reaksi wanita itu sangat tenang, ia duduk tegak dengan santai. Di bawah sinar matahari yang redup, ia keluar dari selimut dengan menampakkan sosok seksinya yang seperti patung giok putih. Serangan visual itu membuat napas Revan menjadi dalam dan berat.

Di tubuhnya bahkan ada bekas ciuman, bekas merah pukulan dan bahkan beberapa sisa lengket dari seorang pria yang bisa membuat imajinasi seseorang menjadi liar.

Wanita itu turun dari tempat tidur tanpa sedikit pun merasa canggung, bahkan bagian pribadinya terlihat dengan jelas.

Tapi justru ketidakpedulian dan ketenangan inilah yang membuat Revan merasa tercekik di dalam hatinya. Ia menarik napas dalam-dalam lalu berkata, "Aku minta maaf."

Saat wanita itu sedang berbalik untuk mengenakan pakaian dalamnya, mendengar ucapan itu tubuhnya sempat terhenti sejenak. Namun ia tetap diam, tidak menoleh dan melanjutkan mengenakan pakaiannya tanpa sepatah kata pun.

Revan tidak berbicara lagi, namun merasa ada batu yang membebani hatinya hingga membuatnya sulit bernapas. Sudah bertahun-tahun, sejak ia merasa bersalah karena telah melakukan sesuatu dengan seorang wanita.

Dulu perempuan baginya hanyalah pelarian sebagai pemuas sesaat, untuk menutupi luka-luka batin yang tak pernah benar-benar sembuh. Ia tidak pernah memikirkan mereka sebagai pribadi yang utuh, yang punya perasaan dan kehendak sendiri.

Tiba-tiba, seorang wanita yang ia habisi malamnya membuat hatinya merasa bingung dan penuh rasa bersalah. Revan mulai curiga apakah ia terlalu santai dan kepribadiannya mulai melunak.

Tidak sampai lima menit, wanita itu sudah mengenakan pakaiannya kembali dengan rapi. Ia merapikan rambutnya, membetulkan kerah bajunya, memastikan tak ada tanda mencurigakan yang tertinggal di penampilannya. Tanpa sepatah kata, seperti hantu yang datang dan pergi tanpa jejak, ia berjalan perlahan menuju pintu.

Revan melihat wanita itu pergi tanpa sepatah kata pun, jadi ia tidak bisa menahan diri untuk bertanya, "Kamu tahu jalan pulang? Mau aku antar?"

Kali ini wanita itu bahkan tidak berhenti sama sekali, terus berjalan keluar kamar dan dengan santai menutup pintu.

Revan menatap kosong ke pintu yang tertutup, dan tak bisa menahan diri untuk tertawa getir. Wanita itu baginya adalah yang paling istimewa di antara semua wanita yang pernah ditemui seumur hidup, tidak ada yang bisa menandingi pesonanya.

Ketika Revan hendak turun dari tempat tidur, pendengarannya yang jauh lebih tajam dari manusia pada umumnya menangkap suara lirih. Suara isak tangis pelan, datang dari arah luar pintu kontrakan.

’Ia menangis,’ pikir Revan. Namun wanita itu berusaha sekuat tenaga menyembunyikannya, seolah tidak ingin tangisnya terdengar atau terlihat olehnya. Sayangnya, dia tidak tahu bahwa kemampuan pendengaran Revan melampaui batas wajar manusia. Ia tidak berhasil menyembunyikan luka itu dari telinga Revan.

Ingatan tentang bagaimana wanita itu menahan air mata dengan sekuat tenaga selama waktu mereka bersama, kembali menghantam benaknya. Dan saat itu juga, perasaan bersalah dalam diri Revan kembali membara dalam diam.

***

Setelah membersihkan diri, Revan teringat masih harus membuka lapak sate ayamnya. Meskipun lapak itu tidak menghasilkan banyak uang, ia selalu menikmati berada di tempat yang ramai. Di mana ia bisa melihat orang-orang datang dan pergi, perasaan tenggelam dalam dunia yang selalu berubah.

Setelah mendorong gerobak satenya ke tempat biasa, Pak Rahmat tersenyum ramah begitu melihat Revan mendekat.

“Nak Revan, kamu datang terlambat hari ini. Kemarin ada janji kencan, ya?”

Dalam hati Revan bergumam sinis, ’bukan janji kencan, tapi urusan ranjang.’

Namun, di luar ia hanya menjawab datar, “Nggak ada Pak. Jangan mikir yang aneh-aneh, aku cuma ketiduran.”

Pak Rahmat tertawa puas, lalu berkata, “Anakku Naya, sudah menyelesaikan magang dan akhirnya pulang. Kemarin dia sempat bilang, agar kami selalu mengingat kebaikanmu. Nak Revan, kalau bukan karena bantuanmu, mana mungkin kami bisa membiayai pengobatan istriku. Apalagi mengirim cukup uang untuk Naya selama magangnya yang jauh dari rumah.”

Naya atau nama lengkapnya Naya Arsyila adalah anak semata wayang Pak Rahmat dan istrinya. Ia lahir saat usia mereka sudah cukup lanjut, menjadikannya harta paling berharga dalam hidup mereka. Setelah lulus kuliah, Naya sempat magang selama dua bulan di kota lain sebelum akhirnya kembali pulang.

Revan pernah bertemu dengan gadis itu dua kali, yang termasuk tipe wanita cantik seperti bidadari. Tapi karena Naya adalah putri Pak Rahmat, jadi Revan tidak pernah sekalipun berani memikirkan hal yang macam-macam.

“Haha... Kebaikan apa Pak?” Revan tertawa merendah. “Kalau nanti aku kehabisan uang untuk makan, tinggal minta izin numpang makan di rumah bapak saja itu sudah cukup.”

Pak Rahmat tertawa, lalu mengangguk mantap. “Haha... Nah, kamu ngomong gitu malah jadi ingat. Istriku dan Naya sama-sama bilang ingin mengundangmu makan di rumah sebagai bentuk terima kasih. Bagaimana kalau nanti malam?”

“Wah, enggak usah repot-repot Pak. Keluarga Bapak juga sedang susah, kenapa harus repot mengundangku makan?” Revan menolak dengan sopan.

Tapi pak Rahmat pura-pura cemberut, nadanya dibuat serius. “Memangnya makan itu mahal, ya? Hanya teh manis dan nasi sederhana kok. Nak Revan, kalau kamu menolak datang, itu artinya kamu tidak menghargai keluarga kami.”

Revan akhirnya tidak bisa menolak lagi, Ia tahu betul watak keras kepala pria tua itu dan satu-satunya cara untuk menghormatinya adalah dengan mengangguk setuju.

Melihat itu Pak Rahmat tersenyum lebar, tampak begitu senang dan puas. Namun suasana tenang itu mendadak berubah, beberapa sosok preman muncul kembali di ujung pasar. Bimo bos dari mereka, preman tanggung dengan senyum menyebalkan menatap tajam ke arah Revan dan Pak Rahmat.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!