Cerita hanya hayalan semata dan tidak menjiplak karya mana pun!
Julia hanya anak miskin yang di nikahi oleh Alan anak nya Juragan karet yang amat sangat kaya, Alan anak ketiga dalam keluarga ini dan semua nya tinggal satu rumah yang amat besar.
Persaingan antara menantu amat sangat ketat, hanya Julia yang tetap apa ada nya karena dia tak punya apa apa dalam hidup ini dan selalu kena marah oleh Warti.
hanya Karto sebagai mertua laki laki yang membela diri nya, bahkan lebih sayang mengalahkan Alan.
Bagai mana kisah mereka selanjut nya?
akan kah Julia larut dalam perhatian dan kasih sayang Karto?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5. Sebuah dosa
"Siang nanti masak ayam di gulai saja!" Warti memberikan menu pada Julia.
"Baik, Bu." Julia mengangguk saja karena tidak pernah membantah memang.
"Coba lah menantu ku yang lain masak, masa masakan nya Julia terus yang kita makan." Karto mulai bicara.
"Aku tidak pernah masak jadi tidak mungkin dong Bapak minta masakan ku." Selia langsung menjawab.
"Kalau Julia kan memang sudah terlatih mandiri ya sejak kecil, jadi dia bisa apa saja." sahut Maura pula.
"Tapi kan tidak mungkin nanti anak kita yang memasakan malah Julia." Amir suami Maura membuka suara.
"Kalau kita sudah di rumah sendiri ya aku bayar pembantu lah, masa kamu tidak sanggup memberi kami pembantu! aku di rumah saja ada pembantu pribadi." ujar Maura sengit.
Julia malas mendengar omongan mereka karena nanti tau tau nya malah lari juga pada diri nya, sampai semua sudah bubar dari meja makan dan Warti juga memilih untuk pergi karena dia ada acara dengan teman teman nya.
Kalau sudah semakin siang maka rumah semakin sepi karena para menantu tua pasti sedang sibuk untuk belanja atau hanya sekedar keluar dengan teman teman nya, hanya Julia dan Jena yang anteng di rumah menghabiskan waktu mengurus anak. kalau Julia membereskan rumah, karena anak nya belum lahir.
"Mbok mau ke pasar beli beberapa bumbu, Nduk Lia diam di rumah saja ya." pamit Mbok.
"Sama beli santan juga ya, Mbok." pinta Julia.
"Itu ada kelapa banyak di belakang, biar Mbok kupas dan sekalian patut nanti ya." Mbok tidak mau Julia kena marah.
"Oh ada ya kelapa nya, ya sudah aku kupas nanti lah." angguk Julia pelan.
Maka Mbok pun pergi ke pasar untuk membeli beberapa bumbu dan juga ayam tambahan, keluarga ini setiap makan akan ganti lauk sehingga bisa di bilang sehari tiga kali Julia masak untuk mereka semua dan itu bukan untuk jumlah yang sedikit tentu nya.
"Aku pamit dulu, Kak." Jena sudah menggendong Saka.
"Mau kemana, Jen?" tanya Julia karena adik ipar nya rapi sekali.
"Saka mau imunisasi, aku agak lama pulang nya." jawab Jena pelan karena dia sedang tidak mood.
"Ya sudah, kamu hati hati lah." jawab Julia menatap Jena yang sudah naik motor menuju rumah bidan.
Sekarang dia benar benar hanya sendirian di rumah ini, rasa nya agak tenang dan bahagia karena tidak ada mata mata yang melihat, terasa damai dan adem. andai kan saja setiap saat ia bisa begini, maka pasti Julia akan sangat bahagia menikmati hidup nya sebagai istri Alan pria yang amat ia cintai.
"Aaah bisa lah santai sejenak, Ya Allah enak nya kalau hidup ku begini terus!" Julia rebahan di sofa ruang tamu.
Tidak ada yang memarahi atau juga yang menatap dia sinis, semua ipar nya sudah pergi, yang dua memang hanya asik jalan jalan. tapi yang satu lagi jaga toko milik nya sendiri, Yuni selalu sibuk dan dia jarang ada di rumah sampai malam tiba.
"Kalau di pikir pikir apa aku minta di buka kan toko juga ya, biar tidak di rumah terus." gumam Julia pelan.
"Tapi nanti kata nya mau bersaing sama Yuni, itu anak gaya nya saja diam tapi pintar menghasut." keluh Julia hapal dengan semua tabiat ipar nya.
"Julia."
Mendengar ada suara yang memanggil maka Julia langsung kaget, ternyata Karto masih ada di rumah dan barusan Julia rebahan tanpa tau kondisi. yakin sekali bahwa barusan Karto melihat bagian intim nya walau masih di bungkus dengan kain segi tiga, tapi tetap saja rasa malu mengakar dalam hati.
Mata Karto saja barusan mengarah pada bagian sana, membuat Julia gugup dan ini cuma berdua saja, apa lagi saat Karto duduk di samping nya. padahal biasa nya Julia merasa senang di temani, namun kali ini dia serasa mau berontak lari.
"Lagi istirahat ya?" Karto menepuk paha Julia yang pakai daster panjang.
"I..iya, Pak." jawab Julia berdegup kencang karena takut.
"Mumpung rumah lagi kosong, memang lebih baik kamu istirahat dulu." Karto tersenyum dan tangan nya menggosok paha menantu nya.
"E maaf, Pak!" Julia agak minggir karena dia punya firasat yang tidak bagus.
"Kenapa? kamu takut ya." Karto malah semakin mendekati nya.
"Pak jangan begini." Julia langsung mau berdiri.
Rasa percaya nya pada sang mertua langsung luntur begitu saja, selama ini memang beredar kabar yang tidak sedap, namun dia tidak percaya karena Karto terlihat seperti orang benar dan tidak banyak tingkah. tapi yang di alami nya sekarang membuat dia yakin, kalau kabar angin memang benar ada nya.
"Bapak jangan macam macam!" Julia mulai marah akan tindakan Karto.
"Macam macam bagai mana, malah Bapak mau membantu kamu biar si Warti itu tidak marah marah lagi." bujuk Karto.
"Tolong jangan buat hilang rasa hormat saya, Pak." Julia sudah kecewa akan sang mertua.
"Kalau kamu layani saya sekali saja, maka akan saya katakan pada Warti agar kamu tinggal di rumah sendiri." janji Karto sambil tersenyum manis.
Julia tertegun seolah dia tertarik dengan tawaran itu, begitu berat tinggal di rumah ini sehingga begitu ada tawaran malah dia mau saja. padahal ini sangat dosa, sama saja mengkhianati suami sendiri dengan kejahatan yang paling besar.
"Sekali saja, maka akan langsung ku katakan ada Warti agar kau pindah." ujar Karto lagi.
"Aku tidak mau!" Julia masih berusaha melawan bisikan setan.
"Yakin kamu tidak mau, bila kamu tidak mau maka akan ku berikan tawaran ini pada Jena." seringai Karto membuat Julia tergagap.
"Ta...tapi hanya satu kali saja." Julia akhir nya malah menyerah.
Karto tertawa penuh kemenangan dan langsung menarik tangan Julia, di sofa ini mereka akan melakukan nya, semua pintu sudah di tutup dan tidak ada satu orang pun di rumah ini sehingga bisa leluasa. Julia menahan jijik karena Karto sudah tua, biasa hanya Alan yang menjamah tapi malah sekarang bibit nya.
"Oohhh kau sekali." Karto meremas kuat benda kenyal itu.
Julia cuma diam saja karena dia tidak ada minat untuk melakukan nya, Karto membuka lebar kaki Julia dan langsung ngiler melihat benda yang sangat nikmat itu. batang yang ada di dalam celana sudah mengeras, tanpa basa basi langsung saja di masukan kedalam sarang.
"Oohh ,ooohh!" Karto merem melek menikmati jepitan itu.
Air mata Julia jatuh menetes karena dia sampai mengadaikan harga diri nya seperti ini hanya karena mau pindah dari rumah, membiarkan pria bejat sedang memompa dengan brutal dan menggerang kenikmatan.
lanjut thor
lanjut thor 🙏