NovelToon NovelToon
MY SUGAR DUDA

MY SUGAR DUDA

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / CEO / One Night Stand / Percintaan Konglomerat / Beda Usia / Sugar daddy
Popularitas:2.8M
Nilai: 4.8
Nama Author: Five Vee

Anggista Anggraini, yang lebih akrab di sapa dengan nama Gista, mencoba menghubungi sahabatnya Renata Setiawan untuk meminjam uang ketika rentenir datang ke rumahnya. Menagih hutang sang ayah sebesar 150 juta rupiah. Namun, ketika ia mengetahui sahabatnya sedang ada masalah rumah tangga, Gista mengurungkan niatnya. Ia terpaksa menemui sang atasan, Dirgantara Wijaya sebagai pilihan terakhirnya. Tidak ada pilihan lain. Gadis berusia 22 tahun itu pun terjebak dengan pria berstatus duda yang merupakan adik ipar dari sahabatnya itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Five Vee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13. Saya Tidak Memiliki Kekasih, Pak.

Awal pekan tiba.

Gista memulai kembali aktivitas perkuliahannya. Tubuh gadis itu sudah lebih segar dan kuat. Sebab, akhir pekan kemarin Dirga tidak ada di apartemen.

Di pagi hari saat Dirga membuatkan Gista sarapan, sorenya pria itu mengirim pesan bahwa ia akan pulang ke rumah orang tuanya.

Tentu Gista merasa senang. Sebab dirinya dapat tidur dengan tenang tanpa gangguan pria itu.

“Gista.”

Gadis itu terlonjak ketika Renatta tiba-tiba memeluk tubuhnya, saat ia baru saja turun dari ojek online yang di tumpanginya.

Setelah seminggu berpisah, akhirnya mereka kembali bertemu di gedung kampus. Gista merasa senang karena sang sabahat telah kembali.

“Kamu kemana saja? Kenapa menghilang tanpa kabar?” Tanya Renatta sembari mendekap tubuh Gista dengan erat.

“Re, aku tidak bisa bernafas.” Berontaknya. Sebab Renatta memeluk tubuhnya dengan kencang.

“Astaga.” Renatta pun melepaskan pelukannya.

Mereka kemudian duduk di salah satu bangku, di taman kampus. Renatta mencecar Gista yang menghilang begitu saja.

“Bukannya kamu yang harus menceritakan kemana kamu melarikan diri?” Gista berbalik melemparkan tanya. Hanya ingin mengalihkan perhatian sang sabahat.

Renatta mendengus. “Itu tidak penting. Aku akan bercerita nanti. Tetapi, sekarang aku penasaran kamu kemarin kemana?”

Gista menghela nafas pelan. “Aku ada di rumah.” Dustanya kemudian.

Namun Renatta seolah tak percaya dengan jawaban yang ia berikan.

“Jangan berbohong. Aku mencarimu ke rumah. Tetapi kata tetanggamu, kamu dan bapak tidak ada. Mengilang setelah kedatangan rentenir.” Ucap sahabatnya itu.

Gista menelan ludahnya kasar. Ternyata ia salah menjawab. Tak tahu jika Renatta sampai mendatangi rumahnya. Kemarin Dirga hanya mengatakan jika Renatta mengkhawatirkan dirinya. Tidak memberikan informasi lebih jauh.

“Sebenarnya kamu kemana, Ta? Apa rentenir itu membawamu dan melakukan sesuatu?” Renatta menatap sang sahabat dengan lekat. Ia memperhatikan gadis itu dari ujung kepala hingga kaki.

“Aku bersembunyi di suatu tempat. Yang jelas, aku tidak di bawa oleh rentenir itu.” Jelas Gista kemudian.

“Bersembunyi dimana?” Tuntut Renatta.

Gista menggelengkan kepalanya. “Aku sudah berjanji pada orang yang membantuku, kalau aku akan merahasiakan identitasnya.”

‘Maafkan aku, Re. Aku tidak bisa mengatakan yang sebenarnya padamu.’ Imbuh Gista dalam hati. Ia tidak mungkin mengatakan jika bersembunyi di apartemen adik ipar sahabatnya itu.

“Kamu serius? Apa dia orang baik? Tidak meminta imbalan yang aneh-aneh ‘kan?” Selidik Renatta lagi.

Gista terdiam.

“Dia orang baik, Re. Kamu tenang saja. Terimakasih sudah mengkhawatirkan aku.” Gista memeluk Renatta dari samping.

“Tentu aku mengkhawatirkanmu. Kamu satu-satunya sahabat yang aku punya.” Renatta membalas pelukan sahabatnya itu.

“Sekarang, giliran kamu yang bercerita. Kemana kamu pergi waktu itu.” Gista kembali mengalihkan topik pembicaraan mereka.

Renatta menggangguk. “Nanti saat makan siang akan aku ceritakan. Ada banyak hal yang ingin aku bagi padamu.”

“Baiklah. Ayo kita ke kelas dulu. Nanti suami kamu mengamuk lagi, karena kita terlambat.” Gista bangkit, dan menarik lengan sahabatnya.

Hari ini kelas pertama diisi oleh Richard. Dan Renatta pun mengikutinya.

“Dia tidak akan berani menghukumku lagi.” Ucap Renatta kemudian.

\~\~\~

Pukul tiga sore Gista bersiap pergi ke kafe. Ia sudah membolos selama empat hari. Sekarang saatnya untuk kembali bekerja.

“Selamat siang kak Mitha.” Sapa Gista pada seorang rekan kerjanya yang bertugas menjaga pintu kafe.

“Eh, kamu sudah sembuh, Ta?” Tanya rekannya itu.

Gista menerbitkan senyum kaku. Saat itu, Dirga mengatakan akan mengurus absensi dirinya di kafe.

Ternyata pria itu mengatakan jika Gista sedang tidak enak badan. Walau memang benar adanya. Gadis itu kehabisan tenaga karena ulah Dirga.

“Aku sudah sehat, kak.” Balas Gista.

Ia kemudian masuk ke dalam kafe. Meletakan tas dan jaket yang ia gunakan di dalam loker. Kemudian mulai bekerja.

Waktu pun bergulir, hingga malam kini menyapa. Seperti biasa pengunjung yang datang semakin ramai. Gista pun sibuk kesana kemari membawa pesanan.

“Lincah juga.” Ucap Bastian— salah seorang teman Dirga yang beberapa hari lalu mengajak bertemu di klub malam.

Malam ini, Rocky— teman Dirga yang lain mengajak mereka bertemu di kafe milik pria itu karena di hari pembukaan, mereka tidak sempat hadir.

“Apanya yang lincah?” Tanya Robby— pria yang memiliki ide untuk menjebak Dirga dengan obat perang-sang.

“Itu. Gadis berkemeja biru muda, dan apron hitam.” Bastian menunjuk ke arah Gista.

Dirga, Rocky dan Robby mengikuti arah pandangan Basatian.

Dua temannya ikut memperhatikan dengan mengangguk setuju. Sementara Dirga mengerutkan dahinya.

Tanpa sengaja pandangan mereka beradu. Namun dengan cepat Gista berpaling dan beranjak pergi.

“Sepertinya daun muda. Masih fresh, energik dan polos.” Celetuk Robby. Soal menilai wanita, pria itu lah ahlinya. Ia terkenal sebagai pemain yang handal. Karena itu belum menikah sampai saat ini.

“Tidak terlalu cantik. Tetapi dia memiliki sesuatu yang berbeda. Manis, dan menyegarkan.” Imbuh Robby. Dan Rocky pun mengangguk setuju.

“Sepertinya ada yang berbeda?” Ucap Bastian.

Kalimat Bastian terdengar ambigu di telinga Dirga. Ia pun menatap penuh tanya pada temannya itu.

“Kenapa dia tidak menggunakan seragam kafe? Berbeda dengan yang lain.” Bastian memperbaiki kalimatnya.

“Dia pekerja paruh waktu.” Ucap Dirga sembari menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.

“Masih kuliah semester akhir.” Imbuh Dirga.

“Wih. Cocok nih untuk di jadikan sugar baby.” Celetuk Rocky. Dan seketika mendapat delikan tajam dari Dirga.

“Dia teman kakak iparku.” Beritahu Dirga.

Dan Rocky hanya mengedikan bahunya.

“Dia kemari.” Ucap Robby.

Ketiga pria yang lain menoleh. Dan mendapati Gista berjalan ke arah meja mereka sembari membawa nampan berisi empat gelas cocktail— minuman beralkohol yang dicampur dengan minuman atau bahan-bahan lain yang beraroma seperti daun mint, dan perasan jeruk nipis.

“Selamat menikmati minumannya, pak.” Ucap Gista setelah keempat gelas kaca itu mendarat di atas meja.

Sementara, keempat pria itu hanya diam mengamati.

“Saya permisi.” Ucap Gista lagi.

“Eh, tunggu.” Rocky mencegah gadis itu untuk beranjak.

“Ada yang bisa saya bantu, pak?” Gista berucap sopan. Karena ada Dirga disana. Sudah pasti tiga pria yang lainnya juga seumuran dengan sang atasan.

“Ada. Saya perlu tau nama kamu.” Ucap sang pemain handal itu.

Seketika ia mendapat sorakan ringan dari Bastian dan Robby. Sementara, Dirga diam sembari melipat kedua tangan di dada.

“Nama saya Gista, pak.” Ucap gadis itu. Ia hanya mencoba bersikap sopan kepada teman-teman Dirga.

“Nama yang indah.” Gombal Rocky.

“Terima kasih, pak. Kalau begitu, saya mohon ijin pamit. Mau melanjutkan tugas.”

“Sebentar, Gista. Disini juga ada Dirga. Dia tidak akan memarahi kamu. Apa kamu sudah memiliki kekasih?” Tanya Rocky lagi.

Gista terpaku. Ia memberanikan diri mencuri pandang ke arah Dirga dengan ekor matanya. Dan sepertinya pria itu tidak perduli terhadapnya.

Ya. Bukankah mereka sudah memiliki kesepakatan? Di luar apartemen mereka hanya atasan dan bawahan. Tidak lebih dari itu.

“Gista.” Panggil Rocky lagi.

“Ah maaf, pak. Sepertinya saya harus kembali.” Pamit gadis itu.

“Pasti kamu takut kekasihmu marah, ya?” Tanya Rocky lagi.

“Sudah lah, Ky. Biarkan Gista kembali bekerja.” Bastian merasa kasihan melihat Gista.

“Saya tidak memiliki kekasih, pak.” Ucap Gista. Dan ia pun meninggalkan meja para pria itu.

Dirga terus mengamati langkah gadis itu. Satu fakta yang baru ia ketahui, Gista tidak memiliki kekasih. Itu artinya, dirinya memang pertama dalam hidup Gista.

“Jangan di lihat terus, bro.” Celetuk Bastian sembari menyenggol kaki Dirga.

...****************...

1
Vie Fitriani
Luar biasa
Maria Mebanua
lahh tamat aja.gak ada kelanjutan lahirannya gimana?
Maria Mebanua
aku suka novel seperti ini gak bertele² straight to the point
Maria Mebanua
astogeh masalah panggilan sayang belum selesai² juga
Maria Mebanua
hadeuhh Gista macam abg labil
JandaQueen
waktu ke bali juga kan pernah
cinta
itu bukan ank dirga
cinta
pitamin x trs nanti hamil trs prg🤭
cinta
wih itu yg ditunggu biar duda yg bucin akut🤣klu gista pergi
JandaQueen
paksu... ganti nu panggilanmu, dah pasutri lho..😄
JandaQueen
naah gitu donk om... nikahin, biar sah nganu2 nya...
JandaQueen
ayolah gista, minta dia nikahin, seenggaknya bawah tanganlah. kalau ngga segera menjauh, bereskan utangmu. sdh berbulan2 kamu digantung. masa ga lunas2 kan dia royal padamu....
bunda DF 💞
bagus banget
Indri Lestari
bagus ceritanya sampe mau baca diulang2
Taufik Hidayat
boleh nikah tapi sebaiknya dihindari karena gen buruknya lebih terekspresi ketika.menikah dg saudara dekat..
JandaQueen
bisa lho klw kamu usahain, dah ada tabungan juga. kamunya aja yg dah mulai suka... 🙄
cinta
culas nama nya itu
JandaQueen
ngapa manggilnya om ya ke dirga, lom py anak padahal.
JandaQueen
mengajar, apa menghajar🤔
cinta
klu udh byr hutang kabur ajk bapak mu kemana kek biar tu bos nyariin🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!