NovelToon NovelToon
SENORITA PERDIDA

SENORITA PERDIDA

Status: tamat
Genre:Misteri / Cintapertama / Mafia / Percintaan Konglomerat / Tamat
Popularitas:36.4k
Nilai: 5
Nama Author: Vebi Gusriyeni

Series #2

Keputusan Rayden dan Maula untuk kawin lari tidak semulus yang mereka bayangkan. Rayden justru semakin jauh dengan istrinya karena Leo, selaku ayah Maula tidak merestui hal tersebut. Leo bahkan memilih untuk pindah ke Madrid hingga anaknya itu lulus kuliah. Dengan kehadiran Leo di sana, semakin membuat Rayden kesulitan untuk sekedar menemui sang istri.

Bahkan Maula semakin berubah dan mulai menjauh, Rayden merasa kehilangan sosok Maula yang dulu.

Akankah Rayden menyerah atau tetap mempertahankan rumah tangganya? Bisakah Rayden meluluhkan hati sang ayah mertua untuk merestui hubungan mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4 : Hanya Pendapat

...•••Selamat Membaca•••...

Leo sedikit kaget dengan kondisi Maula yang baru keluar dari rumah Rayden. Percikan darah mengenai wajah dan bajunya yang cukup jelas.

“Apa yang terjadi?” tanya Leo sambil mengusap wajah putrinya.

“Aku menembaknya, bukan dibagian vital, dia masih hidup. Dia tidak mau menandatangani surat perceraian itu, Pa.” Leo menghela napas dan memberikan tissue basah pada Maula.

Maula membersihkan tangan dan wajahnya, walau hatinya begitu sakit dan perih dengan apa yang telah dia lakukan pada Rayden.

“Biarkan saja, proses ini akan tetap berjalan.”

“Tanpa tanda tangan dia, ini akan cukup rumit. Butuh waktu enam bulan bahkan satu tahun hingga keputusan cerai dijatuhkan, Pa.”

“Tidak masalah, kamu fokus pada studi-mu dan proses ini akan terus berjalan tanpa hambatan. Papa akan mengurus sisanya dan pengacara kita cukup handal.” Maula menarik napan dan dia, menatap ke jendela dan termenung.

Pikirannya dipenuhi dengan rasa bersalah pada Rayden, pria yang tidak pernah menyakitinya sama sekali kini harus tersakiti berkali-kali karena dirinya.

Tak ada obrolan atau pembicaraan antara Leo dan Maula saat ini, Leo mengerti kalau putrinya sedih.

Sesampainya di rumah, Maula memilih untuk langsung ke dalam kamar. Tidur sambil mengenang kisahnya bersama dengan Rayden.

“Maafkan aku,” lirihnya pelan.

Sesampainya di rumah, Marlo sudah duduk santai di ruang tamu. Marlo memeluk Leo yang baru saja sampai dan tak lupa memeluk kakaknya itu.

“You oke?” tanya Marlo ketika melihat senyum Maula yang dipaksakan.

“Oke. Kenapa kau datang tidak mengabari aku?”

“Untuk apa? Aku tidak suka drama pelukan di bandara.” Mereka semua tertawa.

“Aku ke kamar dulu ya, lelah, nanti malam kita bisa bicara.” Maula meninggalkan ruang keluarga tersebut.

Maureen menanyakan apa yang terjadi dan Leo menjelaskan. Marlo cukup prihatin dengan kondisi Maula saat ini, jelas dia bisa melihat luka di mata kakaknya.

Marlo berjalan ke kamar Maula, tanpa mengetuk lebih dulu, dia memilih untuk langsung masuk. Ternyata Maula di dalam kamar mandi, membersihkan diri.

“Masih lama ya?” teriak Marlo dari depan kamar mandi.

“Ada apa?”

“Aku ingin bicara.”

“Bentar, aku mandi dulu.”

Marlo keluar dari kamar itu dan ke kamarnya sendiri, menunggu kakaknya selesai mandi.

Sekitar dua puluh menit, Marlo kembali lagi dan Maula sedang duduk bersandar di sofa memainkan ponsel.

Marlo menutup pintu dan mengambil ponsel Maula.

“Bisa kita bicara berdua tanpa halangan?” Maula memperbaiki duduknya dan mengangguk.

“Kau pasti akan menanyakan hal mengenai Rayden kan?” tebak Maula.

“Jelas. Aku sudah tahu semuanya dan memang langkah Rayden menikahimu secara diam-diam begitu keterlaluan. Sekarang tidak perlu disesali, kita tahu bagaimana papa dan mama. Mereka itu lembut sebenarnya dalam menyikapi masalah, berikan waktu untuk mereka bisa menerima Rayden dan ada baiknya kau jaga jarak dulu dengannya.” Maula menghela napas dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.

“Aku mencintai dia, Marlo. Cintaku untuk dia dan untuk orang tua kita jelas berbeda, tidak mungkin aku akan menentukan pilihan di antara mereka. Aku tertekan dan dilema berat.” Marlo merangkul Maula dan memeluk kakaknya itu, walaupun usia mereka terpaut 1 tahun 9 bulan, tapi Marlo jauh lebih dewasa terlihat daripada Maula yang sedikit manja.

“Menangislah, nanti kita sambung obrolan ini lagi.” Maula membalas pelukan adiknya hingga dia tertidur dengan tenang.

Marlo menggendong Maula ke atas tempat tidur dan pergi. Kali ini mungkin dia akan menemui Leo dan Maureen.

“Kak Marlo, ayo main.” Thalia mengajak Marlo ketika melihat pemuda itu turun.

“Nanti ya, sore nanti kita main sepuasnya. Sekarang aku ingin bicara dengan Mama Papa. Kamu bisa main sama Kak Sofia dulu.” Thalia bersedia dan meninggalkan Marlo bersama kedua orang tuanya.

“Bagaimana? Apa dia bisa mengerti?” Marlo menatap Maureen.

“Mengerti apa Ma? Mengerti dengan situasi ini? Ya jelas tidak lah. Tidak ada yang bisa mengerti dengan Maula, tidak satu pun dari kita termasuk Mama dan Papa.” Maureen dan Leo mengerutkan dahinya.

“Kenapa bicara begitu?”

“Aku paham kalau kalian marah, tapi ini semua bukan sepenuhnya salah Rayden dan Maula. Mereka memilih nekat karena mereka tahu hubungan ini bahaya.” Marlo menarik napas lalu menghembuskannya dengan kasar.

“Pa, Ma. Sebenarnya yang menjadi benang merah dalam masalah ini hanya satu. Isabella. Bukannya Papa sendiri sudah menyelidiki Bianca dan orang suruhannya, terbukti bahwa Rayden ingin dihancurkan oleh Isabella. Di sini, Rayden maupun Maula adalah korban dari kelicikan nenek tua itu.” Leo mendecih kesal.

“Aku hanya ingin anak-anakku aman.”

“Aku mengerti Pa. Coba pikirkan lagi, Rayden sudah berusaha mati-matian melindungi Maula, dia berjuang menjadi ketua mafia untuk menaikkan derajatnya agar tidak ditekan oleh Isabella lagi. Tapi sayangnya, Isabella jauh lebih licik dari yang dibayangkan, dia masuk dalam celah mana pun sampai Rayden bahkan Papa pun tidak bisa melindungi Maula. Rayden sedang menyelidiki Bianca dan Isabella meminta orangnya untuk mengalihkan perhatian Rayden, wajar jika Rayden tidak bisa menolong Maula kala itu. Bahkan anak buah Papa juga tidak bisa kan? Berarti kalian ini seri, tidak ada yang bisa melindungi Maula.” Marlo bicara dengan napas yang memburu, dia ikut geram dengan semua keadaan ini.

“Dunia Rayden memang penuh bahaya, tapi jika dia bersama dengan Maula dalam satu atap dan didukung dengan restu kalian. Mungkin semua ini akan baik-baik saja, aku yakin kalau Rayden adalah pria yang tepat untuk Maula. Bahkan masa lalu Papa juga membuat kami dalam bahaya kan Pa?” Leo tersentak mendengar ucapan putranya itu.

“Begini saja, menurutku, ada baiknya Papa dan Rayden berdamai dan kalian berdua bersatu untuk melawan kelicikan Isabella. Rayden ingin juga hidupnya aman, tapi dia tetap terikat hutang budi pada Isabella. Rayden juga korban Pa, dia akan kuat jika ada Maula. Kita lebih baik bersatu melawan Isabella daripada pecah begini, bagaimana pun juga, yang sedang dianiaya oleh Isabella adalah menantumu.” Maureen dan Leo mengangkat pandangannya, Marlo begitu tegas dalam menyampaikan pendapatnya sampai Leo tidak memiliki celah untuk menentang.

“Perceraian mereka akan membuat Isabella senang, yang akan bahagia dengan perceraian ini siapa? Isabella kan? Anakmu akan hancur Pa, hancur fisik mungkin bisa sembuh tapi kalau hati? Bahkan tak seorang pun mampu mengatur yang namanya hati. Siapa lagi yang hancur? Menantumu, pria yang memberikan segalanya untuk putrimu bahkan hidupnya. Pikirkan lagi Pa, dia saat ini sedang kuliah, butuh pikiran tenang dan semangat. Bukan kehancuran seperti ini.” Maureen menghapus air matanya, apa yang dikatakan oleh Marlo memang benar, toh waktu Maula sakit, dia melihat sendiri bagaimana Rayden diam-diam mencuri kesempatan untuk merawat Maula.

Leo juga terdiam, hatinya kembali diaduk dengan pendapat Marlo.

“Yang Rayden butuhkan sebenarnya bukanlah kekuasaan Pa, Ma. Tapi perlindungan dan pelita dalam hidupnya. Bukankah Papa pernah hidup dalam kegelapan dan akhirnya Mama hadir menyalakan cahaya. Terbayang tidak? Bagaimana perasaan Papa ketika Mama tidak ada di saat kegelapan itu menyelimuti papa? Itu yang dirasakan Rayden saat ini Pa, dia butuh pelitanya. Biarkan mereka bersama, kita bisa melindungi Maula bersama. Aku bukan menghakimi, ini hanya pendapatku saja.”

...•••Bersambung•••...

1
Putri vanesa
Semoga Maula kuat dan msih aman sma yg lainnya, Ray knpa gk minta tolong papamu dan om axelee
Putri vanesa
Sukaa banget setelah sekian lamaaaa Mauuulaa ❤️❤️
Vohitari
Next, seriesnya seru thor
Pexixar
Lanjut lagi
Miami Zena
Series yg paling ditunggu, mentalku aman kok thor
Sader Krena
Lanjutan ini selalu kutunggu, cepat rilis thor
Flo Teris
Selalu nungguin series nya, btw mentalku aman banget
Cloe Cute
Segerakan series 3 kak, udah gak sabaar aku tuh
Bariluna Emerla
Aku menunggu series 3 kak
Zayana Qyu Calista
Sedih kan kamu Ray, mana istri lagi hamil lagi kamunya berulah. Sekarang Maula hilang malah kelimbungan, cepat rilis yang ketiga kak, udah gak sabar mau baca
Rika Tantri
Puas banget sama pembalasan Maula tapi kesel banget sma Rayden. Udah tau si barabara itu otaknya gesrek, masih aja diikutin
Zayana Qyu Calista
Ditunggu banget nih series 3, yg paling dinanti ini mah. Cepetan kak ya
Arfi
Cepat di rilis kak, gk sabar aku
Arfi
Puas banget sama Maula ih, salah cari lawan kan lo Bar
Hanna
Kamu tuh ceroboh banget tau dak sih Ray, gak bisa baca apa kalo dia pura2
Hanna
Wajar aja Maula ngamuk dan ninggalin kamu Ray, dia ngeliat pergulatan panas kamu sama barbara.
Hanna
Puas banget aku weehh
Hanna
Dia nyoba ngeracau pikiran Maula ini mah
Ranti Zalin
Puas banget ngeliat dia diginiin, mampos
Ranti Zalin
Bikin masalah nih org njirr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!