NovelToon NovelToon
Sang Pahlawan Dengan Sistem

Sang Pahlawan Dengan Sistem

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Sistem / Anak Genius / Perperangan / Penyelamat
Popularitas:778
Nilai: 5
Nama Author: DARK & LIGHT

Di tengah hiruk pikuk Akademi Cyberland, Leon Watkins, seorang jenius dengan kekuatan "Dream" yang memungkinkannya memanipulasi mimpi dan kenyataan, justru merasa bosan setengah mati. Kehidupannya yang monoton mendadak terusik ketika ia dan teman sebayanya, Axel Maxx yang flamboyan, secara tak terduga ditarik ke dalam sebuah misi rahasia oleh sosok misterius. Mereka harus menembus "Gerbang Sejati," sebuah portal menuju dimensi yang mengerikan dan mengancam dunia. Petualangan yang akan mengubah segalanya, dan menyingkap takdir yang jauh lebih besar dari yang pernah mereka bayangkan, baru saja dimulai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DARK & LIGHT, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20 : Malam Di Kedai

Gerobak Barnaby melaju perlahan menyusuri jalanan tanah, melewati padang rumput dan bukit-bukit landai yang diselimuti senja. Matahari mulai terbenam, mewarnai langit dengan jingga dan ungu. Axel, yang tadinya ribut, kini terdiam, menikmati tumpangan yang nyaman. Bahkan Leon pun merasa sedikit rileks.

Saat kegelapan mulai pekat, Barnaby menghentikan gerobaknya di sebuah area yang sedikit tersembunyi di pinggir jalan, dekat sebatang pohon besar.

"Baiklah, Tuan-tuan," katanya ramah. "Kita istirahat di sini untuk malam ini. Tidak aman bepergian saat gelap di jalur ini."

Axel segera melompat turun. "Ide bagus, Barnaby! Aku bisa merasakan punggungku berteriak minta istirahat!"

Mereka bertiga makan malam sederhana yang disiapkan Barnaby, terdiri dari roti kering, keju, dan buah-buahan. Di bawah taburan bintang yang tak terhitung jumlahnya, Barnaby bercerita tentang kehidupannya sebagai pedagang dan kabar terbaru dari Kerajaan Zongming, meskipun sebagian besar hanya gosip pasar dan keluhan tentang pajak yang tinggi. Leon mendengarkan dengan saksama, mencoba menyaring informasi yang berguna dari celotehan Barnaby.

"Kondisi Zongming memang sedang tidak baik," Barnaby menghela napas. "Raja Valerius semakin keras kepala, dan para bangsawan semakin serakah. Rakyat kecil seperti kami ini hanya bisa pasrah."

Axel, yang mulai mengantuk, sesekali menyahut dengan candaan ringan, mencoba menghibur Barnaby. Malam itu berlalu dengan damai, diselimuti keheningan pedesaan yang menenangkan.

Keesokan paginya, setelah sarapan seadanya, mereka melanjutkan perjalanan. Semakin dekat ke perbatasan Kerajaan Manusia, jalanan semakin ramai dengan pedagang lain, pengelana, dan patroli prajurit.

"Kita sudah hampir sampai, Tuan-tuan!" seru Barnaby dengan semangat. "Itu dia, gerbang Kota Silverlake!"

Di kejauhan, sebuah gerbang batu besar menjulang, diapit oleh menara pengawas. Di belakangnya, siluet bangunan-bangunan padat mulai terlihat. Ini adalah Kota Silverlake, kota perbatasan Kerajaan Manusia Zongming.

Leon menoleh ke Axel. "Ingat, Gendut. Kita pengembara biasa. Jangan tunjukkan kekuatan kita sembarangan. Dan jangan sampai ada yang tahu tentang Elf atau Demon."

Axel mengangguk serius. "Siap, Bos! Identitas tersembunyi! Pahlawan tanpa tanda jasa! Aku bisa melakukannya!"

Gerobak Barnaby melambat saat mendekati gerbang. Prajurit berzirah besi berjaga di pos pemeriksaan. Barnaby menunjukkan surat izinnya, dan setelah pemeriksaan singkat, mereka diizinkan masuk.

Di dalam Silverlake, suasananya jauh lebih ramai dan bising dibandingkan Hutan Old Tree. Jalanan dipenuhi orang, gerobak, dan kios-kios. Aroma rempah-rempah bercampur dengan bau keringat dan makanan. Bangunan-bangunan terbuat dari kayu dan batu, padat dan menjulang. Ini adalah peradaban manusia yang penuh warna dan kekacauan.

"Terima kasih banyak atas tumpangannya, Barnaby," kata Leon. "Kau banyak membantu kami."

"Ah, tidak seberapa, Tuan Leon!" Barnaby tersenyum lebar. "Justru saya yang berterima kasih! Jika kalian butuh bantuan di Silverlake, jangan ragu cari saya di Pasar Rempah! Selamat jalan, Tuan-tuan!"

Setelah berpamitan dengan Barnaby, Leon dan Axel memulai misi pertama mereka di kota manusia: mencari penginapan dan informasi. Mereka menyusuri jalanan yang ramai, mengamati orang-orang dan percakapan di sekitar mereka. Leon menggunakan indra "Dream"-nya untuk menangkap bisikan-bisikan informasi yang relevan, mencari petunjuk tentang "kekacauan" yang disebutkan sosok berjubah dan Ratu Lyra.

"Astaga, lihat betapa kotornya tempat ini," Axel mengeluh lagi, meski tidak seekstrem sebelumnya. "Tidak sebersih Hutan Elf. Apa mereka tidak tahu cara membersihkan diri? Dan baunya... seperti ada campuran kentut naga dan kaus kaki basi."

"Fokus, Axel," tegur Leon. "Kita butuh informasi."

Mereka akhirnya menemukan sebuah penginapan sederhana bernama "The Weary Traveler's Rest". Bangunannya terbuat dari kayu tua, dengan tanda penginapan yang berkarat tergantung di atas pintu. Mereka menyewa sebuah kamar dengan dua tempat tidur, cukup untuk beristirahat.

"Oke, jadi kita sudah punya markas," kata Axel, merebahkan diri di salah satu tempat tidur. "Sekarang apa?."

"Kita makan dan cari informasi di kedai," jawab Leon. "Orang sering bicara banyak hal di kedai."

Kedai itu tidak jauh dari penginapan, sebuah bangunan berisik dengan meja-meja kayu reyot dan aroma sup daging yang menggiurkan. Leon dan Axel memilih meja di sudut, mencoba untuk tidak menarik perhatian.

"Dua porsi sup daging dan roti," pesan Leon pada seorang pelayan yang datang.

"Tentu, Tuan," jawab pelayan itu, suaranya lembut.

Dia adalah seorang wanita muda dengan rambut cokelat dikepang dan mata hazel yang ramah, lumayan cantik menurut standar Axel.

Ketika pelayan itu pergi, Axel sudah menyeringai.

"Leon, lihat itu! Pelayan itu cantik sekali, kan? Jauh lebih menarik daripada wajah-wajah serius di Hutan Elf!"

"Fokus pada misi, Axel," Leon mengingatkan, menahan diri untuk tidak memutar bola mata.

Tak lama kemudian, pelayan itu kembali dengan pesanan mereka. Saat dia meletakkan mangkuk sup di meja, Axel tidak membuang kesempatan.

"Terima kasih, Nona cantik," kata Axel dengan senyum paling menawan yang bisa ia kumpulkan. "Sup ini terlihat lezat, tapi tidak selezat senyummu."

Pelayan itu sedikit tersipu, namun juga sedikit terkejut.

"Ah, Tuan, Anda terlalu berlebihan,"

katanya, berusaha sopan.

"Tidak, aku serius!"

Axel berseru, mengabaikan Leon yang sudah memejamkan mata dan menghela napas.

"Nama saya Axel, seorang pengembara tampan dan berani, dan ini teman saya yang sangat pendiam dan membosankan, Leon." Ia menunjuk Leon dengan ibu jarinya. "Apa namamu, Nona manis?"

Pelayan itu terkekeh pelan.

"Nama saya Elara, Tuan Axel."

"Elara!" Axel berseru riang. "Nama yang indah! Seperti melodi dari surga! Apakah kau sering bekerja di sini, Elara? Atau kau punya hobi lain, seperti... menemaniku berjalan-jalan di bawah bulan purnama?"

Leon membuka matanya, menatap Axel dengan tatapan kosong. Dia tahu ini akan terjadi. Axel selalu saja seperti ini jika melihat wanita cantik.

"Axel, bisakah kau berhenti menggoda pelayan dan makan supmu?" Leon berkata, nadanya datar namun jelas ada campuran antara kejengkelan dan lelucon.

"Apaan sih, Leon! Aku kan cuma ramah!"

Axel membela diri, namun ia kembali menatap Elara dengan senyum menggoda.

"Jangan dengarkan dia, Elara. Dia itu memang orangnya kaku. Dia mungkin punya ilusi dirinya sedang makan sup, padahal dia cuma pura-pura saja!"

Elara terkekeh lagi.

"Anda lucu sekali, Tuan Axel."

"Lihat! Dia bilang aku lucu!"

Axel berseru bangga pada Leon.

"Kau kan tidak pernah dibilang lucu, Leon! Kau terlalu serius!"

Leon menggelengkan kepala, lalu menoleh ke arah Elara dengan senyum meminta maaf yang tipis.

"Maafkan dia, Nona Elara. Dia memang begini. Kadang aku berpikir aku tidak punya kawan macam dia," ucap Leon, menyampaikannya dengan nada bercanda yang mengandung sedikit kejengkelan tulus.

Axel pura-pura terkejut.

"Apa?! Leon! Kau tidak menganggapku kawan?! Astaga, ini adalah pengkhianatan persahabatan tingkat kosmik! Demi keadilan perasaanku ini!"

Elara tertawa terbahak-bahak melihat interaksi mereka. Ia merasa terhibur dengan dua pengembara aneh ini.

"Tidak apa-apa, Tuan-tuan," katanya, masih tersenyum. "Kalian memang kawan yang serasi." Ia kemudian pergi untuk melayani pelanggan lain.

Leon kembali makan supnya, diam-diam tersenyum. Axel memang menyebalkan, tapi setidaknya dia bisa memecah keheningan dan membuat suasana lebih hidup. Dan sepertinya, kecerobohan Axel itu terkadang bisa menjadi cara yang baik untuk mendapatkan informasi, karena orang-orang cenderung lebih santai dan banyak bicara di sekitarnya. Sekarang tinggal bagaimana caranya menyaring informasi yang berguna dari keramaian ini.

1
iqbal nasution
oke
DARK & LIGHT: thank udah mampir bg
total 1 replies
DARK & LIGHT
MC anti naif
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!