Setelah mengalami gagal menikah, Xander Rey Lergan belum juga kunjung menikah di usianya menginjak 32 tahun. Namun, sebagai penerus tunggal, menikah adalah sebuah tuntutan. Tapi hatinya masih terikat dengan—Raisa.
Saat mengetahui Raisa telah menjanda kembali, Xander tak mau kehilangan kesempatan untuk kesekian kalinya. Kali ini, dia menggunakan kekuasaannya sebagai pewaris keluarga Lergan untuk menjerat Raisa sebagai istrinya. Xander sengaja, menyulitkan Raisa untuk dapat menekannya.
"Aku dapat memberikan darahku untuk kembaranmu. Dengan syarat, menikahlah denganku."
Raisa tak bisa menolak, dan dengan terpaksa dia menerima tawaran Xander demi saudaranya.
Mengetahui pernikahan Xander dan Raisa, menuai kemarahan keluarga Lergan. Mereka merasa, Raisa yang seorang janda tak pantas bersama Xander yang seorang perjaka dengan status pewaris.
"Keluargamu tak merestui, kita bercerai saja."
"Cerai? Kalau gitu ... aku hamili saja kamu sekarang! Agar, kamu tak bisa lari dariku—Raisa."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Survei rumah
Xander mulai survei rumah, dia ingin secepatnya pindah bersama Raisa dan juga Zira. Berharap, rumah itu yang nantinya akan membuat pertumbuhan untuk benih-benih cinta mereka. Pastilah, rasa hangat dan tentram akan membuat hati saling terikat.
"Disini ada lima kamar Tuan, dua di atas dan tiga di bawah. Kamar utama ada di lantai bawah, dan ini kamar yang paling besar." Pemilik rumah mengajak Xander melihat-lihat rumah yang akan dirinya jual. Tak pakai perantara, Xander hanya melihat rumah itu dekat dari sekolah Zira dan rumah sakit. Jadi, dia langsung menghubungi pemilik rumah.
"Kamarnya kurang luas yah." Gumam Xander saat melihat kamar utama. Kakinya melangkah masuk, matanya turut memindai setiap sudut isi rumah. Dia juga memeriksa kamar mandinya yang juga terdapat bathtub, tak seluas kamar mandi di kediaman Lergan. Wajar saja, rumah ini tidak bisa di bandingkan dengan Mansion bukan?
"Tuan, kalau ingin membeli rumah yang lebih besar, pasti jauh dari mana-mana." Bisik Tegar memberi masukan.
Xander mengangguk setuju, "Benar juga sih."
"Jadi bagaimana Tuan? Tertarik sengan rumahnya? Ada kolam renang juga dan taman kecil. Harga bisa kami turunkan juga." Ucap pemilik rumah.
Xander melambaikan tangannya, "Enggak perlu di turunkan, saya bukan orang susah. Tapi kalau kamu keberatan, berikan saya potongan harga 50%."
Tegar yang tadinya memasang senyum indah jadi mel0ng0, matanya menatap Xander dengan tatapan tak percaya. Pria itu memang sulit di tebak, ada saja hal di lakukan yang mengejutkan orang. Seperti sekarang, dia meminta diskon setengah harga. Orang waras mana yang mau mengabulkannya?
"Pewaris tunggal satu ini setres apa gimana? Nawarnya udah kayak emak-emak yang hari-hari pasang koyo di kening." Batin Tegar. Dia tak berani mengatakan secara langsung, takut Xander memotong gajinya.
"Maaf sekali Tuan, kalau setengah harga belum bisa." Tolak pemilik rumah itu dengan sopan.
Xander menghembuskan nafas kasar, ia mengecek tabungannya. Tegar langsung menepuk keningnya, dia merasa bos nya itu selalu lupa akan statusnya sebagai seorang pewaris. Rumah dengan harga 20 miliar, sudah seperti angin bagi keluarga Lergan.
"Mentok di harga berapa?" Tanya Xander mencoba bernegosiasi.
"19,5 M bagaimana Tuan?"
"19,3 deh, saya ambil sekarang." Balas Xander. Tegar jangan di tanya lagi, rasanya dia sudah memasang muka tembok saat ini.
Akhirnya, pemilik rumah setuju dengan harga yang Xander inginkan. Dia juga ingin rumahnya secepatnya laku, dan harga yang Xander berikan masih menguntungkannya. Jadilah, dia dan Xander segera membuat perjanjian hitam di atas putih.
Setelah memyelesaikan urusannya, Xander memutuskan untuk kembali ke perusahaan. Dia masih harus mengadakan meeting bersama karyawannya. Tegar selalu ikut kemana pun Xander pergi, kecuali kamar mandi tentunya.
"Tegar, bagaimana urusan kepolisian?" Tanya Xander sambil memainkan ponslenya. Dia membiarkan Tegar menyetir mobilnya kembali ke perusahaan.
"Tuan Emiliano meminta untuk bertemu keluarga anda untuk berbela sungkawa."
Xander menghentikan kegiatannya, pendengarannya menangkap marga yang tidak asing di telinganya. Pandangannya pun terangkat, keningnya mengerut dalam. Otaknya bekerja keras untuk mengingat marga itu.
"Abercio Emiliano?" Tebak Xander.
"Ya, anda mengenalnya? Kita tidak permah bekerja sama dengan perusahaan Emiliano."
Xander menegakkan duduknya, raut wajahnya terlihat pucat. Itu artinya, mobil yang di kendarai oleh Fariz menabrak mobil Zion hingga membuat pria itu sekarang mengalami koma. Itu artinya, seharusnya saat itu dia bertanggung jawab atas kondisi Zion yang sedang membutuhkan donor darah. Bukannya malah membuat kesepakatan yang menyulitkan Raisa hingga terjerat pernikahan dengannya.
"Kalau Raisa tahu, dia pasti akan membatalkan rencananya untuk mencintaiku. Tunggu sampai cinta itu datang, baru aku beritahu. Usahaku akan sia-sia, aku enggak mau lagi kehilangannya." Batin Xander.
"Tuan, anda baik-baik saja?" Tanya Tegar khawatir. Dia melihat raut wajah Xander seperti orang yang sedang menahan sakit. Sangat pucat dan tertekan.
Xander memegang bahu Tegar dan mencengkramnya dengan kuat. "Tegar, apa dia mengenaliku?"
"Sepertinya tidak, dia hanya memanggil anda dengan sebutan Tuan Lergan."
Xander menghembuskan nafas lega, dia mengambil sebotol air dan meminumnya guna menenangkan keadaannya saat ini. Jika Abercio tahu dirinya adalah pewaris Lergan, pasti pria itu akan mengabarkannya pada Raisa. Runyam sudah rumah tangganya yang baru di titik pembukaan kisah.
"Jangan sampai dia tahu, Tegar. Katakan padanya, aku tidak bisa di temui. Terserah mau di bilang sombong atau apa." Titah Xander, dia sebegitu takutnya rumah tangganya berantakan karena persoalan ini.
"Memangnya ... kenapa?" Tanya Tegar dengan heran.
"Kepo kamu." Ucap Xander dengan ketus.
Tegar tidak terpengaruh dengan keketusan Tuannya, dia lalu menatapnya dengan rasa ingin tahu yang besar. "Apa istri dadakan anda itu selingkuhan Tuan Abercio?"
Xander terkejut bukan main, mulutnya tebuka lebar dan bersiap untuk berteriak. "MAU KU LEMPAR KE KANDANG SINGA YAH?! SEMBARANG BILANG ISTRIKU SELINGKUHAAAAN!"
Tegar mengg4ruk lubang telinganya dan bergidik ngeri, "Maaf Tuan, habis ketakutan nda kayak habis nikahin selingkuhan orang." Lirihnya.
Xander berdecih kesal, dia bersedekap d4da dan membuang pandangannya ke jendela. Bisa-bisanya Tegar berpikir dirinya mengambil selingkuhan orang. Dia memang mencintai Raisa tiada batas, tapi bukan berarti dia mengambilnya dari selingkuhannya.
"Istriku wanita yang baik, mana mau dia jadi selingkuhan." Gumam Xander sambil membayangkan wajah cantik istrinya.
"Tegar, mampir ke toko bunga dulu. Ada hal yang ingin ku beli." Titah Xander. Tegar menurut, dia menghentikan mobilnya di depan sebuah warung.
Xander melepas sabuk pengamannya sambil mengerutkan keningnya bingung. "Mana toko nya?"
"Itu." Unjuk Tegar pada warung yang menjual perlengkapan untuk mengunjungi makam. Melihat hal itu, tentunya Xander syok bukan main.
"Bunga yang di rakit, bukan bunga tabur Jarwooo!" Pekik Xander dengan histeris, dia sudah jengkel dengan asistennya yang selalu memiliki pemikiran berbeda dengannya.
Tegar meringis melihat kemarahan Xander, "Ma-mana saya tahu, saya kira anda mau ke makam Nona Keyra."
Xander menyandarkan tubuhnya, tangan besarnya menutup wajahnya. Ingin sekali dia melempar Tegar yang memasang raut wajah polos tanpa merasa bersalah. Bisa-bisanya asistennya itu membawanya ke tempat penjual kembang untuk mayat.
"Toko bunga, bukan waruuung! Enggak benar lagi, potong gaji!"
"Iya Tuan, ini lagi jalan mobilnya. Jangan lah di potong, bisa jadi Sumala istri saya nanti."
_______
Kay manaaa, habis ini😆
km kehabisan ide nm anak mu adalah nyaman
untung ny g asal nyambung