Bismillah karya baru,
Sudah tiga tahun Elyana menikah dengan Excel Damara, seorang Perwira menengah Angkatan Darat berpangkat Kapten, karena perjodohan.
Pernikahan itu dikaruniai seorang putri cantik yang kini berusia 2,5 tahun. Elyana merasa bahagia dengan pernikahan itu, meskipun sikap Kapten Excel begitu dingin. Namun, rasa cinta mengalahkan segalanya, sehingga Elyana tidak sadar bahwa yang dicintai Kapten Excel bukanlah dirinya.
Apakah Elyana akan bertahan dengan pernikahan ini atas nama cinta, sementara Excel mencintai perempuan lain?
Yuk kepoin kisahnya di sini, dalam judul "Ya, Aku Akan Pergi Mas Kapten"
WA 089520229628
FB Nasir Tupar
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 Kemarahan Orang Tua Excel
"Apa yang membuat Elyana pergi? Kalau hanya sikap datar dan dinginmu saja, mama tidak percaya sampai Elyana pergi. Ini pasti kelakuanmu yang terbongkar. Sudah mama bilang, tinggalkan wanita itu. Karena wanita itu tidak baik," omel Bu Gina dengan muka memerah, dia tidak terima Excel membuat Elyana pergi.
"Dari mana Mama tahu Erni tidak baik. Kenapa Mama selalu memandang Erni jelek? Dia baik, juga berpendidikan. Kami juga saling mencintai. Maka, Mama jangan salahkan kalau Excel tidak bisa mencintai Elyana. Tapi, Mama dan Papa masih saja paksakan kemauan kalian demi persahabatan Mama dan Papa dengan orang tua Elyana. Siapa yang jadi korban? Hubungan Excel dan Erni yang jadi korban," balas Excel dengan wajah redup. Dia tidak berteriak karena Excel masih sangat menghormati kedua orang tuanya.
"Buatmu baik, tapi hati mama mengatakan dia tidak baik. Wanita yang kamu anggap kekasih itu tidak pernah ramah. Jangankan ramah, bicara di hadapan orang tua saja dia tidak pernah menatap wajahnya, dia hanya sibuk melihat Hp, entah apa yang dilakukannya."
"Kalau memang dia mau menarik perhatian calon mertua, harusnya di depan mama dia bisa bersikap baik dan berusaha membeli hatinya. Tapi, apa? Dia santai saja sibuk dengan Hp nya. Berbicara berlagak orang sibuk. Itu yang dinamakan berpendidikan?" lanjut Bu Gina dengan nafas naik turun.
"Firasat orang tua tidak pernah salah. Dan mama tidak suka dengan kekasihmu dari sejak pertama kali kamu kenalkan ke rumah. Coba kalau ramah dan bersikap hormat saat berbicara dengan orang tua, bisa jadi mama menyukai dia. Maka, jangan kamu pertanyakan lagi kenapa mama atau papa tidak suka dengan dia. Walaupun pendidikan tinggi menjulang setinggi gunung Himalaya, percuma kalau attitude tidak bagus," sambung Bu Gina, rupanya masih belum selesai.
Pak Erik meraih bahu istrinya berusaha membuat tenang. Dia tidak mau sang istri marah kebablasan yang akibatnya fatal akibat ulah Excel yang membuat menantunya pergi. Memang Bu Gina tidak ada riwayat darah tinggi, tapi kalau sudah marah seperti ini, kepala istrinya suka sakit.
"Sudah, Ma. Tahan dulu emosinya. Papa tidak ingin Mama kenapa-kenapa. Tenang, coba tenang dulu," bujuk Pak Erik sembari memeluk sang istri. Tarikan nafasnya turun naik saking meluap-luap emosinya.
"Excel minta maaf, Ma, Pa. Excel akan cari lagi Elyana," ujar Excel merasa khawatir melihat sang mama yang terlihat tegang.
"Tidak cuma dicari, tapi kamu harus membawanya kembali. Mama tidak mau kehilangan menantu sebaik dia. Kurang apa dia, dia juga tidak kalah cantik dari kekasihmu itu. Selain cantik, dia hormat dan patuh denganmu. Lantas mau mencari yang seperti apa lagi?" Bu Gina kembali berkata dengan mata setengah melotot.
"Mama, tahan, Ma. Biarkan Excel mencari Elyana sampai dapat. Excel, cari Elyana dan Nada sampai dapat. Kalau tidak, maka kami tidak akan pernah anggap kamu anak lagi," tekan Pak Erik marah.
Excel tertunduk, hatinya sedih saat sang papa mengatakan bahwa mereka tidak akan menganggap dia anak, jiak tidak bisa membawa Elyana dan Nada kembali pulang. Excel tidak berani menampakkan wajah di hadapan kedua orang tuanya jika mereka sudah marah.
"Excel pamit. Excel janji akan bawa Elyana ke hadapan Mama dan Papa," ucapnya berjanji.
Excel kembali keluar rumah dengan tubuh yang lemas. Kemarahan kedua orang tuanya, bukan hanya kemarahan biasa, tapi sebuah peringatan keras. Excel bingung, harus mencari Elyana ke mana lagi.
"Elyana, ini semua gara-gara kamu. Kalau saja kamu mau bertahan, maka tidak akan ada drama dari kedua orang tuaku," dengus Excel geram.
Excel kembali memasuki mobilnya, sebelum mobil itu melaju, ia menghubungi seseorang.
"Tolong kerahkan anak-anak, di setiap tempat tinggal atau sekitarnya, kalau melihat istriku dan anakku, segera laporkan secepatnya padaku," tegas Excel di dalam saluran telpon.
Setelah itu, Excel segera melajukan mobilnya keluar dari pagar rumah. Tujuannya kali ini memang mencari Elyana. Dia benar-benar tidak bisa memaafkan Elyana lagi, karena Excel tidak terima dirinya kena marah gara-gara kepergian Elyana.