NovelToon NovelToon
Dendam Anak Kandung

Dendam Anak Kandung

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: Darmaiyah

Lila pergi ke ibu kota, niat utamanya mencari laki-laki yang bernama Husien, dia bertekad akan menghancurkan kehidupan Husien, karena telah menyengsarakan dia dan bundanya.
Apakah Lila berhasil mewujudkan impiannya. Baca di novelku
DENDAM ANAK KANDUNG.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Darmaiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 4

Kekesalan Yura

Lemparan gelas Yura mengenai pelipis Vito, hingga mengeluarkan darah segar dan gelas itu jatuh ke lantai, untung saja lantainya di alas karpet tebal, kalau tidak pasti sudah hancur berkeping-keping.

"Sayang! maaf! Aku bukan membela dia." ujar Vito mengarahkan tunjuknya ke Lila, Vito berusaha merengkuh bahu Yura, lalu membujuknya agar berhenti marah dan tidak ngambek.

"Wanita ini sudah membuatku kesal!" teriak Yura, dia menepis tangan Vito, lalu dengan cepat mengambil satu gelas lagi, sisa kopi yang ada di atas meja Husien.

"Ini hanya pelajaran kecil buatmu. Sampah! hahaha." Yura tertawa senang, saat melihat wajah Lila menghitam, karena noda kopi yang baru saja dicurahkannya.

"Ampun Nona. Saya salah, maaf kan saya." Lila menyentuh kaki Yura dan mendekapnya erat , sengaja menciumi kaki Yura, hingga noda air kopi yang tadi dicurahkan Yura ke wajahnya menempel di kaki gadis sombong itu.

"Sial! kau mengotori kakiku." teriak Yura semakin kesal, dia menyentakkan kakinya, berusaha melepaskan pegangan Lila. Namun, dengan cekatan Lila kembali meraih kakinya, hingga Yura kehilangan keseimbangan. Brak...Yura terjerembab dan wajahnya menyentuh sofa meninggalkan lebam di dahi.

"Hem, Ini belum seberapa Yura." batin Lila sambil melirik kaki Yura yang penuh noda kopi, Lila sengaja melakukan itu untuk berbagi noda.

Spontan Yura bangkit, dia melampiaskan kekesalannya dengan menampar Lila berkali-kali. Lila menahan rasa sakit dengan menggenggam erat kedua tapak tangannya.

"Sabar Lila, kamu harus kuat." batinnya.

Tidak sampai di situ, Yura melempari Lila dengan apa saja yang bisa digapainya, hingga ruangan Husien berantakan. Vito sudah berusaha menenangkan Yura. Namun, gagal, Yura terus menghajar Lila.

"Yura! Sudah! hentikan!" teriak Vito seraya menarik tubuh Yura.

"Lepaskan aku Vito. Biar ku hajar wanita sampah itu." maki Yura seraya berusaha melepaskan diri dari Vito.

Melihat Yura susah dikendalikan. Husien meminta Lila keluar dari ruangannya.

"Yura! Tunggu pembalasanku." geram Lila membatin seraya menggenggam kepelan tangannya.

Lila bangkit dan mundur beberapa langkah sebelum dia benar-benar menghilang dari ruang kerja Husien.

"Hay! mau ke mana kau gadis sampah!" Teriak Yura marah, saat melihat Lila keluar, dia belum puas kalau tidak membuat gadis itu berlutut meminta maaf padanya.

"Yura! Sudah Yura!" Vito memegang erat ke dua tangan Yura agar dia tidak mengejar Lila.

"Kau membela gadis itu dengan membiarkannya pergi." bentak Yura, kemudian memukuli Vito berkali-kali.

"Yura hentikan." Bentak Husein kala melihat perlakuan Yura yang sudah keterlaluan terhadap Vito.

"Papa membentak ku." ucap Yura dengan bibir bergetar, selama ini dia belum pernah mendengar suara keras Husien. Hari ini gara- gara wanita sampah itu, Husien memarahinya.

"Yura! belajarlah mengendalikan diri. Lihat apa yang kau lakukan. Kau sudah membuat ruang papa berantakan dan kau juga telah menghancurkan barang-barang kesayangan papa." Husein memberi penjelasan dengan berusaha merendahkan suaranya, agar Yura mengerti maksudnya.

"Papa jahat! Kenapa papa berpihak pada wanita sampah itu. Apa jangan-jangan dia simpanan papa?"

"Yura! kau!..."

Pertanyaan Yura membuat tangan Husein terangkat ke udara dan hampir saja menyentuh pipi Yura. Untung saja dia masih bisa mengendalikan diri.

"Papa ingin memukulku. Pukul pa!" tantang Yura seraya mendekatkan wajahnya.

"Vito! antar Yura pulang." titah Husien tidak terbantahkan, dia tidak mau tindakan-tindakan Yura benar-benar membuat kesabarannya habis.

"Karakter Yura sama persis dengan Farah." batin Husien sambil menatap Yura dan Vito keluar dari ruangannya.

*****

Lila yang buru-buru keluar dari ruangan Husien berpapasan dengan Mia.

"Hay kamu kenapa?"

Mia menatap Lila yang sudah berantakan, sisa noda air kopi masih menetes di rambutnya. Untung saja kopi yang dicurahkan Yura ke wajahnya tidak sepanas yang dicurahkan Yura ke tangannya, kalau tidak habislah wajahnya, Lila tak bisa membayangkannya.

"Tanganmu kenapa?"

Belum sempat Lila menjawab pertanyaan Mia, Mia mengajukan pertanyaan kedua. Pandangan Mia beralih ke tangan Lila yang terlihat sedikit memerah.

"Ayok ikut aku." Mia menarik tangan kiri Lila dan membawanya ke ruang kesehatan.

"Apa ini perbuatan Yura." Mia berbisik di telinga Lila, dia takut kalau-kalau ada tembok yang mendengar.

Setelah mengoleskan salep kulit di tangan Lila, Mia memberikan handuk kecil yang biasanya dia gunakan untuk mengelap keringat dan menyuruh Lila membersihkan diri ke kamar mandi. Namun walaupun wajah Lila sudah bersih dari noda kopi, tapi noda yang menempel di kemejanya masih terlihat jelas

"Lebih baik kamu pulang saja." saran Mia saat Lila keluar dari kamar mandi dan mengembalikan handuk kecil.

"Tapi.." Lila tidak meneruskan ucapannya, dia khawatir gagal menjadi karyawan di perusahaan Husien dan Vito gara-gara kejadian ini.

"Sudah! jangan khawatir, besok aku temani kamu menemui tuan Husien kembali, untuk memastikan kejelasannya." ujar Mia berusaha menepis kekhawatiran Lila.

"Semoga saja Tuan Husein konsisten dengan ucapannya. Kasian Lila." gumam Mia seraya menatap kepergian Lila.

Dengan langkah gontai Lila menyusuri koridor kantor untuk sampai ke lift, saat ke luar dari lift, Lila terkejut saat melihat sosok Yura yang sedang berbicara dengan resepsionis. Lila menghindar mencari tempat yang lebih aman, agar tidak bertemu muka dengan Yura.

"Ke mana Vito. Kenapa Yura hanya sendirian." Gumam Lila sambil memandang ke kiri dan ke kanan mencari sosok Vito. Namun nihil.

Lila tidak melanjutkan langkahnya, dia hanya berdiri dari kejauhan membiarkan Yura ke luar dari pintu utama kantor, setelah memastikan Yura menjauh dari pintu keluar, Lila pun melangkah menuju pintu utama.

Di luar kantor ternyata cuaca sangat mendung, sesekali angin kencang berhembus, Lila yang baru saja keluar menatap papan reklame yang bergoyang hebat dan mengeluarkan suara decitan karena tertiup angin. Di bawah papan reklame itu, berdiri sosok Yura yang sedang asik menerima telpon.

"Nona! nona Yura!" Lila berteriak sambil berlari ke arah Yura.

Brukkkk...Terdengar bunyi keras seperti sesuatu beban berat terjatuh. Yura terpelanting jauh, hingga ponsel di tangannya terjatuh. Sementara Lila tertindih papan reklame yang jatuh.

"Ada apa?"

Pertanyaan bermunculan dari mulut beberapa orang. Karyawan yang penasaran berhamburan keluar, setelah mendengar bunyi keras. Beberapa orang karyawan berlari ke arah Lila, berusaha mengangkat papan reklame yang beratnya hampir dua puluh kilo. Lila terbaring lemah, dahi, siku dan lututnya berdarah karena luka lecet, sementara tapak kakinya terdapat luka robek yang menganga dan mengeluarkan darah segar.

"Aduh, sakit sekali, andai bukan karena misi untuk menarik perhatian Vito dan Husien pasti sudah kubiarkan Yura celaka." batin Lila sambil meringis menahan perih.

"Kasian sekali gadis itu, dia sangat pemberani, demi menyelamatkan putri pemilik perusahaan ini, mau mengorbankan dirinya." terdengar celetukan salah satu Karyawan.

Vito yang kebetulan sudah berada di halaman kantor, melihat dengan jelas kronologis kejadiannya. Dia bergegas lari mendekati Lila dan membantu Lila berdiri.

"Au..Sakit sekali, saya tidak bisa berjalan Tuan." suara Lila terdengar serak, tubuhnya luruh ke aspal dia pun tak sadarkan diri.

Spontan Vito berjongkok mengulurkan tangan menggendong tubuh Lila, lalu membawa Lila masuk ke dalam mobil dinas kantor dan menyuruh Niko supirnya untuk membawa Lila ke rumah sakit.

Melihat perlakuan Vito ke Lila membuat kekesalan Yura yang tadi sudah mereda timbul kembali. Yura bangkit sambil mengusap sikunya yang terasa perih karena tergesek aspal.

"Kamu tidak apa-apa sayang." Vito menghampiri Yura, wajah Yura cemberut karena Vito dan beberapa karyawan lebih memperdulikan wanita sampah itu ketimbang dirinya.

"Urus saja wanita sampah itu, nggak usah pedulikan aku." celetuk Yura menolak uluran tangan Vito.

"Sayang. Aku peduli dengan gadis itu, karena dia telah menyelamatkanmu." Vito berusaha membuat Yura mengerti.

"Andai tidak ada dia, entah apa yang terjadi dengan istriku yang cantik ini, bisa-bisa tak jadi terbang ke Hongkong malam ini." ujar Vito lagi.

Mendengar ucapan Vito hati Yura sedikit mencair, ada benarnya apa yang dikatakan Vito, andai tadi dia tidak diselamatkan Lila, sekarang pasti dia yang terbaring di rumah sakit. Namun Yura tetap tak menerima kenapa harus Lila yang menyelamatkannya

Vito merengkuh bahu Yura mengajaknya masuk ke mobil, kemudian mengambil kotak obat dan membersihkan luka gores di siku Yura dengan cairan alkohol, setelah bersih Vito mengoles obat luka.

"Kita ke rumah sakit ya." Ajak Vito, begitu selesai mengobati luka lecet di siku Yura.

"Ngapain, ke rumah sakit. Aku baik-baik saja kok. Lagian aku juga mau packing untuk berangkat nanti malam."

"Maksudku, kita melihat Lila, luka cukup serius."

"Buat apa melihat wanita sampah itu, lagian wajar dia menyelamatkan ku, itu sudah tugasnya sebagai orang miskin!"

"Tapi kita harus lihat dia juga di rumah sakit, sebagai rasa ucapan terima kasih."

"Nggak perlu! suruh Niko kasih duit, bereskan! Wanita sampah itu siapa juga yang perduli." Ucap Yura ketus.

Vito menarik napas dalam, lalu menghembuskan dengan kasar, sifat keras kepala Yura tak pernah berkurang sedikit pun kadarnya. Vito menekan pedal gas, lalu meluncur meninggal kantor Husien.

"Tidak sesimple itu sayang, ini menyangkut hidup mati seseorang." ujar Vito lagi meyakinkan Yura, sambil tetap fokus menyetir.

"Kalau dia mati. Yah.. syukur itu memang takdir dia.” ucap Yura sama sekali tak ada simpatik pada orang yang telah menyelamatkannya.

"Netizen pasti akan menghujatmu."

"Maksudnya?"

"Sekarang jamannya sosmed Yura, semua berita cepat mudah tersebar luas."

"Jika dia mati, maka orang-orang akan ramai memberitakan, seorang gadis meninggal karena menolong putri seorang pengusaha kaya, Dan putri pengusaha itu, tak mau menjenguknya sama sekali." ucap Vito panjang lebar, berharap Yura mengerti dan menurunkan sedikit egonya.

"Ah... Itu gampang, tinggal kasih awak media dan keluarganya uang, setelah itu mereka pasti diam."

"Dasar Yura! Percuma berdebat dengannya." batin Vito.

Panjang kali lebar pun Vito bicara tak akan pernah benar di mata Yura, Yura kalau sudah bilang A, akan A lah terus selamanya.

Vito membelokkan mobilnya memasuki kawasan perumahan elit, setelah memarkir mobilnya, dia keluar, membuka pintu untuk Yura. Yura turun dari mobil.

"Aku kembali ke kantor." Ujar Vito seraya mencium kening Yura, Yura hanya mengangguk, kemudian melangkah masuk tanpa menoleh sedikitpun.

Vito kembali masuk ke mobil, dia membunyikan klakson mobil miliknya, sebelum meluncur meninggalkan rumah mewah milik mertuanya. Mobil Vito melaju ke jalan raya, dia memutar arah mobilnya ke rumah sakit bukan ke kantor.

****

Di rumah sakit

Lila yang diantar Niko ke rumah sakit sudah sadarkan diri sesaat dokter Alfad memberikan aroma terapi di hidungnya.

"Saya di mana?" tanya Lila seraya mengedarkan pandangan, matanya terhenti saat menatap seorang dokter yang tampan berdiri sambil memegang karam suntik.

"Nona, luka di telapak kakimu harus segera di jahit." terdengar suara lembut dokter Alfad seraya mendekatinya.

"Dokter! saya mohon jangan dijahit." ujar Lila sambil menangkupkan kedua tangan di dada, terdengar suara Lila memelas. Dia sangat takut melihat jarum suntik yang dipegang dokter.

"Luka robeknya terlalu besar, jika tidak dijahit dikhawatirkan kaki Non akan cacat."

"Tidak! saya tidak mau dijahit. Dok!" Lila menarik kakinya yang terluka.

"Jahit saja dok!" titah Vito yang baru datang.

"Jangan tuan! saya takut jarum suntik." rengek Lila tiba-tiba air mata berlinang, dia menggapai tangan Vito meminta Vito menggagalkan usaha dokter.

Vito mendekat lalu duduk di samping Lila, di merengkuh bahu Lila dan membujuknya.

"Jangan takut, ada aku." ucap Vito seraya memberi isyarat kepada dokter untuk meneruskan pekerjaannya yang tadi sempat tertunda.

Vito meminta Lila meluruskan kakinya. Saat dokter Alfad mendekatkan jarum suntik ke kaki Lila, spontan Lila menjerit, Vito menarik tubuh Lila dalam pelukan dan membenamkan kepala Lila di dadanya. Tangan mengusap-usap kepala Lila dengan lembut, dia berharap dengan begini bisa mengurangi rasa takut dan rasa sakit yang Lila rasakan.

Sementara Lila tersenyum di balik drama yang dilakoninya, sejatinya dia bukan seorang wanita lemah seperti dugaan Vito.

Apakah Lila akan terus memanfaatkan Vito untuk misinya

Baca cerita selanjutnya di part 5

Jangan lupa setelah membaca tinggalkan jejak like dan komentar, agar saya lebih semangat nulisnya

Terima kasih 🙏🙏

Love sekebun jagung untuk para reader ♥️♥️♥️

1
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
Rajuk Rindu
Alur cerita bikin degdegan
Rajuk Rindu
Tinggal koment dan like ya para reader
thanks you
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!