NovelToon NovelToon
Suster Kesayangan CEO Lumpuh

Suster Kesayangan CEO Lumpuh

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / CEO / Cinta Seiring Waktu / Pengasuh
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: Ra za

Sebuah kecelakaan tragis merenggut segalanya dari leon—kesehatan, kepercayaan diri, bahkan wanita yang dicintainya. Dulu ia adalah CEO muda paling bersinar di kotanya. Kini, ia hanya pria lumpuh yang terkurung dalam kamar, membiarkan amarah dan kesepian melumpuhkan jiwanya.

Satu demi satu perawat angkat kaki, tak sanggup menghadapi sikap Leon yang dingin, sinis, dan mudah meledak. Hingga muncullah seorang gadis muda, seorang suster baru yang lemah lembut namun penuh keteguhan hati.

Ia datang bukan hanya membawa perawatan medis, tapi juga ketulusan dan harapan.
Mampukah ia menembus dinding hati Leon yang membeku?
Atau justru akan pergi seperti yang lain, meninggalkan pria itu semakin tenggelam dalam luka dan kehilangan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ra za, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25 Gara-gara Bersin

Nayla membasuh tangan dan wajahnya di wastafel. Seumur hidup, baru kali ini dia berani melabrak seseorang seperti tadi. Dan, yang dia hadapi bukan sembarang orang, melainkan mantan kekasih tuan mudanya sendiri. Sungguh di luar dugaan, kata-kata yang keluar dari mulutnya barusan bahkan membuat dirinya sendiri terkejut.

"Tapi dia yang mulai duluan... siapa suruh menghina dan merendahkan Tuan Leon? Aku nggak bisa diam aja. Aku harus kuat, aku pasti bisa hadapi perempuan itu..." gumam Nayla, menatap bayangannya sendiri di cermin besar.

Dia menguatkan hatinya. Nayla sadar, berada di sisi Tuan Leon berarti dia tidak bisa terus-menerus terlihat lemah. Setelah merapikan penampilannya, ia keluar dari toilet dan kembali ke meja makan tempat Leon menunggunya.

Leon sempat melirik Nayla sejenak, ada yang berbeda. Gadis itu lebih banyak diam, raut wajahnya juga terlihat kesal, seakan sedang menahan sesuatu. Leon tahu pasti ini ada hubungannya dengan Clarissa. Tapi yang membuatnya ingin tertawa adalah saat teringat ucapan Nayla di toilet tadi tentang “aset”nya.

Tapi tentu saja, Leon harus menjaga sikap. Dia menahan diri agar tidak tertawa di depan Nayla.

Makan malam pun selesai tanpa obrolan berarti. Mereka pulang dalam diam. Nayla sibuk dengan pikirannya sendiri, memikirkan kejadian di toilet. Dia yakin, kalau Leon sampai tahu apa yang diucapkannya tadi, habis sudah harga dirinya.

Sesampainya di rumah, Nayla langsung membawa Leon ke kamar. Dengan telaten, ia membantu Leon berganti pakaian seperti biasa.

Leon memecah keheningan. “Kamu diam aja dari tadi. Ada yang salah? Atau makanannya tadi nggak enak?”

Nayla tersenyum kaku. “Tidak, Tuan. Makanannya enak... Terima kasih sudah mengajak saya makan malam.”

Leon memperhatikan raut wajah Nayla yang tampak ragu-ragu. Ia mengangkat alis sedikit. “Hmm… atau jangan-jangan kamu merasa nggak enak karena ketemu masa laluku di sana?”

Nayla cepat-cepat menggeleng. “Nggak, Tuan. Saya biasa aja. Justru... apa Tuan yang merasa tidak nyaman bertemu dia?”

Leon tertawa pelan. “Enggak. Untuk apa aku nggak nyaman? Dia cuma masa lalu. Sekarang aku bersama masa depanku.”

Nayla terdiam. Wajahnya mulai memanas. Kalau Leon benar-benar tahu apa yang terjadi tadi... Habislah aku pikir Nayla. Leon memperhatikan perubahan ekspresinya. “Kenapa jadi diam? Ada yang kamu sembunyikan?”

Nayla tergagap, lidahnya seperti kelu. “I-itu... saya cuma berpikir... memang sebaiknya kita fokus pada masa depan. Nggak perlu menoleh ke belakang.”

Leon menyeringai. “Kamu benar. Apalagi masa depan kita... begitu perkasa.” Nada suara Leon sengaja dibuat menggoda.

Pipi Nayla langsung merona merah. Ia menunduk dalam-dalam. Tuhan, betapa memalukannya ucapan tadi...

Melihat Nayla salah tingkah, Leon tak tahan untuk tidak menggodanya lebih lanjut. Ia mendekat, menyentuh dagu Nayla dan mengangkat wajah gadis itu agar menatapnya. “Dari mana kamu tahu... kalau aku ‘perkasa’?”

Nayla membelalakkan mata. Ya ampun… dia tahu! pikirnya panik.

Leon tersenyum penuh arti. “Apa kamu pernah lihat milikku? Hmm?”

Nayla cepat-cepat menggeleng keras. “T-tidak, Tuan! Saya tidak pernah melihatnya!”

Leon terkekeh. “Kalau nggak pernah lihat, kenapa kamu bisa yakin? Atau jangan-jangan... kamu curi-curi pandang saat kamu membantu aku mengenakan celana, ya?”

“T-tolong, Tuan! Jangan tuduh saya begitu!” Nayla panik. “Saya nggak pernah melakukan hal seperti itu, sumpah!”

“Tapi kamu bilang sendiri tadi... aku perkasa…”

“Stop, Tuan! Jangan dilanjutkan,” Nayla hampir menangis saking malunya. “Saya minta maaf... Saya cuma asal bicara... waktu itu Clarissa sudah terlalu menghina Tuan. Saya emosi... saya hanya ingin membungkamnya...”

Leon terdiam. Lalu, perlahan tangannya mengusap pipi Nayla dengan lembut. “Terima kasih,” ucapnya hangat.

Nayla mendongak, matanya bertemu dengan mata Leon yang teduh.

“Terima kasih karena kamu sudah membelaku. Aku tahu Clarissa bukan orang yang mudah ditundukkan... tapi kamu bisa membuatnya diam hanya dengan beberapa kata. Aku nggak nyangka gadis sepertimu berani melawan dia... hanya untuk aku.”

“Karena saya percaya, Tuan bukan seperti yang dia katakan,” gumam Nayla.

Leon tersenyum. “Teruslah di sisiku, Nayla. Terus kuat dan berani seperti ini. Karena berada di sisiku... nggak akan pernah mudah.”

Perlahan Leon mendekatkan wajahnya. Nafas mereka saling terasa. Ujung hidung mereka bersentuhan, dan bibir mereka nyaris bertemu...

Namun tiba-tiba...

“Haaachhiii!!”

Nayla bersin keras. Spontan, Leon langsung menjauh.

Wajahnya ditekuk kesal, sedangkan Nayla menutup mulutnya, panik dan malu bukan main. “S-saya minta maaf, Tuan... itu nggak sengaja,” ucap Nayla pelan, hampir berbisik.

Leon hanya mendengus, memalingkan wajah. Dia kesal... tapi juga tak bisa menahan senyum kecil yang terbit di sudut bibirnya.

“Sudah malam, Tuan. Waktunya istirahat,” ucap Nayla sambil memberanikan diri mendekat, membenarkan posisi tidur Leon, lalu menarikkan selimut dengan hati-hati.

Setelah memastikan semuanya beres, Nayla pamit dengan lirih dan cepat-cepat keluar kamar, sembari terus mengutuk dirinya sendiri.

Sementara itu, Leon menatap langit-langit kamar.

Dia kesal... karena momen indah tadi gagal total.

Tapi dia juga senang... karena Nayla begitu tulus dan perhatian padanya.

“Gadis ini benar-benar... bikin gila,” gumamnya sambil tersenyum sendiri.

Baru saja Nayla menutup pintu kamar Leon, suara yang cukup familiar terdengar memanggilnya.

“Nayla.” Nayla menoleh cepat dan mendapati Nyonya Gaby berdiri tak jauh dari sana.

“Eh, iya, Nyonya. Ada yang bisa saya bantu?” tanya Nayla sedikit gugup.

“Apa Leon sudah tidur?” Gaby kembali bertanya dengan nada tenang namun serius.

“Sepertinya belum, Nyonya. Beliau masih bersiap untuk tidur.”

Gaby mengangguk singkat. “Kalau begitu, kamu pergilah beristirahat. Saya ada perlu sebentar dengan Leon.”

“Baik, kalau begitu saya permisi dulu, Nyonya.” Nayla membungkuk sopan sebelum melangkah ke arah kamarnya.

Begitu Nayla menghilang dari pandangan, Gaby langsung mengetuk pelan pintu kamar Leon.

“Leon? Kamu sudah tidur?” tanyanya pelan sambil berjalan masuk.

Leon yang sudah berbaring memejamkan mata, membuka mata dan sedikit bangkit. “Mama? Malam-malam begini, ada apa?” tanyanya heran.

“Mama ingin bicara sebentar. Tidak akan lama.” Ucapan Nyonya Gaby terdengar tenang, tapi sorot matanya menyiratkan sesuatu yang serius.

Leon mendesah pelan. “Baiklah, Mama mau bicara soal apa?”

“ Kenapa kamu mengenalkan Nayla sebagai kekasihmu? Bahkan calon istrimu?” Gaby Langsung ke inti masalah, tanpa basa-basi.

Leon menatap wajah ibunya. Ia tahu topik ini akan datang cepat atau lambat. “Aku melakukannya karena Clarissa ada di sana, Ma. Aku tidak mau terlihat kalah.”

“Dan karena itu kamu tega menyeret Nayla, gadis polos yang bahkan tidak tahu apa-apa soal tentang kalian?” Nada suara Gaby terdengar kecewa. “Mama sudah bilang, jangan libatkan Nayla dalam masalahmu dengan Clarissa.”

“Aku tidak bermaksud seperti itu, Ma. Aku cuma... spontan saja. Aku tidak ingin Clarissa merendahkan aku lagi.” Leon berusaha menjelaskan.

“Tapi kamu harus tahu batas, Leon. Kalau kamu memang menyukai Nayla, itu hal lain. Mama bahkan akan mendukungmu. Tapi kalau kamu hanya menjadikannya kekasih bohongan, Mama tidak akan pernah setuju.”

Leon terdiam. Kata-kata mamanya seperti sebuah tamparan yang menyadarkannya.

“Mama tidak ingin Nayla disakiti, apalagi dijadikan alat dalam permainan kalian. Dia gadis baik. Kalau kamu serius, maka jangan permainkan perasaannya.”

Leon mengangguk pelan. “Aku minta maaf, Ma. Aku tidak berpikir sejauh itu tadi.”

“Kamu ini, sudah dewasa tapi masih gegabah dalam mengambil keputusan,” gumam Gaby sambil menggeleng kecil. “Kamu tahu, saat kamu bilang Nayla kekasihmu, orang-orang pasti langsung menyebarkannya. Bagaimana kalau mereka tahu itu hanya kebohongan? Siapa yang akan disalahkan? Nayla, bukan kamu.”

Leon menggigit bibir bawahnya. Mamanya benar.

“Tapi kalau kamu memang serius menyukai Nayla,” lanjut Gaby sambil menatap putranya dalam-dalam, “maka pikirkan masa depan kalian dengan baik. Jangan hanya karena emosi sesaat kamu menghancurkan hati seseorang.”

Sebelum keluar dari kamar, Gaby menambahkan, “Kamu yang sudah memulai ini, maka kamu juga yang harus menyelesaikannya dengan bijak.”

Pintu pun tertutup, meninggalkan Leon yang kini hanya bisa menatap langit-langit kamarnya dengan pikiran penuh.

Apakah dirinya benar-benar menyukai Nayla? Atau semua ini hanya bagian dari egonya terhadap Clarissa? Tapi... saat mengingat perhatian Nayla, sikap polos dan keberaniannya melawan Clarissa, hatinya terasa hangat.

Leon mengusap wajahnya, menghela napas berat. “Kenapa semuanya menjadi serumit ini." Gumamnya lirih.

1
murniyati Spd
sangat bagus dan menarik untuk di baca /Good/
Guchuko
Sukses membuatku merasa seperti ikut dalam cerita!
Ververr
Masih nunggu update chapter selanjutnya dengan harap-harap cemas. Update secepatnya ya thor!
Zani: Terimakasih sudah mampir kak🥰, ditunggu update selanjutnya 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!