Suster Kesayangan CEO Lumpuh

Suster Kesayangan CEO Lumpuh

bab 1 Luka Yang Bertambah

Hari itu, untuk pertama kalinya setelah berminggu-minggu mengurung diri, Leon memberanikan diri untuk turun dari kamarnya. Duduk di atas kursi roda, ia menekan tombol lift pribadi di rumah mewah keluarganya. Ada sesuatu yang membuat hatinya berdegup sedikit lebih cepat — ia ingin mengejutkan Clarisa kekasihnya, yang katanya datang berkunjung hari ini.

Begitu pintu lift terbuka di lantai utama, langkah Leon terhenti. Ia belum sempat keluar saat suara lirih percakapan sampai ke telinganya.

"Maaf, Tante," suara Clarisa terdengar jelas, dengan nada berat yang berusaha terdengar sopan. "Aku tidak bisa lagi melanjutkan hubungan ini dengan Leon... Aku rasa Tante pasti paham kenapa."

Leon mematung. Tangannya mengepal di atas roda kursi, dadanya berdegup kencang menahan rasa sakit yang tiba-tiba menghantam begitu keras. Ia mundur perlahan, membiarkan pintu lift tertutup kembali. Tubuhnya bergetar menahan amarah, kecewa, dan rasa kehilangan yang begitu dalam.

Kamu tidak bisa melanjutkan hubungan dengan Leon? Suara Gaby, mama Leon, terdengar tak percaya. Matanya membulat, menatap Clarisa seolah ingin memastikan dia salah dengar.

Clarisa menundukkan kepalanya. "Tante pasti mengerti... Orangtuaku juga tidak setuju lagi. Mereka ingin aku memilih masa depan yang lebih pasti..." ucapnya dengan suara pelan.

Gaby menghela napas panjang, menahan kesedihannya. "Clarisa ,sayang... Sedikit saja kesabaranmu. Leon hanya butuh waktu. Dia akan pulih. Dia butuh seseorang untuk mendukungnya, bukan meninggalkannya," bujuknya penuh harap.

Namun Clarisa menggeleng pelan. "Maaf, Tante... Aku sudah menunggu... Tapi aku tak sanggup lagi. Rasanya... Leon tak menunjukkan perubahan... Aku tak mungkin menghabiskan hidupku dengan pria yang..." Kata-katanya terhenti, seolah tak tega untuk melanjutkan.

Seketika itu, suara berat penuh kemarahan terdengar di belakang mereka. "Pria cacat, begitu maksudmu?"

Gaby dan Clarisa sontak menoleh. Di sana, Leon keluar dari pintu lift, dengan tatapan dingin menusuk. Kursi roda menjadi saksi bisu betapa tubuhnya tak lagi sama, tapi sorot matanya... justru semakin tajam.

"Leon..." Gaby tergagap, buru-buru menghampiri putranya. "Kapan kamu turun? Mama dan Clarisa baru saja—"

"Aku dengar semuanya," potong Leon dingin. Tatapannya menembus Clarisa, membuat gadis itu salah tingkah. "Tak perlu berbohong, Mama."

Gaby menggenggam tangan Leon dengan gemetar, hatinya hancur melihat luka yang tak tersembuhkan di mata anaknya. Ia tahu, Leon sangat mencintai Clarisa. Bahkan sebelum kecelakaan itu, mereka telah merencanakan pertunangan besar-besaran.

Clarisa berdiri gugup. Ia meremas jemarinya sendiri, lalu berkata, "Baguslah kalau kau sudah dengar, Leon. Setidaknya... kau mengerti. Aku tidak mau melanjutkan hubungan kita. Aku... aku harap kau cepat sembuh, dan menemukan kebahagiaanmu sendiri."

Kata-kata itu seperti belati yang menghujam dada Leon satu per satu. Namun, pria itu hanya tersenyum miring, senyum yang sama sekali tidak hangat.

"Semudah itu, ya?" gumamnya dingin. "Begitu saja kau pergi... hanya karena aku tak lagi sempurna."

Clarisa terdiam. Ia ingin mengatakan sesuatu, namun kata-kata tersangkut di tenggorokannya.

"Pergilah," ucap Leon akhirnya, suaranya datar. "Mulai hari ini, kita tak ada hubungan apa pun lagi."

Clarisa menggigit bibir bawahnya menahan air mata. Tanpa berani menoleh lagi, ia membalikkan badan dan melangkah pergi meninggalkan rumah itu. Langkah-langkahnya terdengar memudar di kejauhan, sementara di dalam ruangan, keheningan yang mencekam menggantung berat di udara.

Gaby menatap putranya dengan mata berkaca-kaca. Ia ingin memeluk Leon, tapi langkahnya tertahan ketika melihat betapa kerasnya rahang putranya mengatup, betapa tangan Leon mengepal erat di atas roda kursinya.

Sejak hari itu, Gaby tahu... luka di hati Leon bukan hanya karena tubuhnya yang lumpuh. Tetapi karena hatinya... kini benar-benar hancur

---

Setelah kepergian Clarisa , Leon hanya bisa memandangi pintu yang kini tertutup. Hatinya hancur, perasaannya berantakan. Tanpa berkata apa-apa, ia segera memutar kursi rodanya, lalu mengarahkannya ke lift untuk kembali ke kamarnya di lantai atas.

Gaby, mama Leon, mencoba menghentikan langkahnya. “Leon, tunggu… Mama ingin bicara,” ucapnya pelan, penuh harap.

Namun, Leon sama sekali tidak menoleh. Ia bahkan tidak menunjukkan isyarat sedikit pun bahwa ia mendengar suara ibunya. Ia terus melaju, seolah tak ingin mendengar satu pun penjelasan lagi.

Gaby pun terdiam. Dengan suara lemah, ia hanya mampu berkata, “Kalau kamu butuh sesuatu… Mama selalu ada untukmu, Nak.”

Tanpa membalas, Leon masuk ke dalam lift. Pintu lift perlahan tertutup, menyisakan kesunyian yang menyayat hati. Gaby hanya bisa berdiri mematung di tempatnya. Ia memahami betul perasaan putranya. Luka yang Leon rasakan terlalu dalam untuk diobati dengan kata-kata.

Sesampainya di lantai atas, Leon langsung menuju kamarnya dan menutup pintu dengan keras. Ia menguncinya rapat-rapat, seakan ingin menutup dunia luar yang hanya memberinya luka dan kekecewaan. Nafasnya memburu, tangannya bergetar menahan emosi.

Tanpa berpikir panjang, ia menggerakkan kursi rodanya ke arah lemari kecil di sudut kamar. Tangannya menyambar bingkai foto dirinya bersama Clarisa , lalu melemparkannya ke lantai hingga pecah berantakan.

“AARRRGHH!!” teriaknya penuh amarah. “Kau jahat, Cla!!!” suaranya menggema memenuhi ruangan.

Leon mengguncang kursi rodanya dengan kasar. Tangannya menyapu semua barang di atas meja. Buku, vas bunga, jam, dan benda-benda lainnya beterbangan dan jatuh berantakan ke lantai.

“Kenapa kau tinggalkan aku?!” jeritnya dengan suara serak. “Apa salahku sampai kau tega meninggalkanku hanya karena aku lumpuh?!”

Matanya memerah. Air mata yang selama ini ditahan tumpah begitu saja. Ia memukul-mukul dadanya sendiri sambil menggeram, “Kau tahu betapa aku mencintaimu! Tapi ternyata cintamu hanya palsu, hanya sebatas kata-kata yang manis saat aku masih sempurna…”

Suasana kamar menjadi saksi amuk dan ratapan hati seorang pria yang kehilangan segalanya dalam sekejap.

“Aku membencimu, Clarisa! Aku benar-benar membencimu!!” ucapnya di sela tangis yang pecah tak terbendung. “Aku sudah menyiapkan hidup untuk bersamamu… Tapi kau hancurkan semuanya hanya karena aku tak lagi bisa berdiri…”

Leon memukul sandaran kursi rodanya berkali-kali. Ia menunduk dalam, menahan isak yang keluar begitu menyakitkan.

Sementara itu, di luar kamar, Gaby hanya bisa berdiri tepat di depan pintu kamar putranya. Tubuhnya bergetar mendengar teriakan dan suara barang-barang yang dilempar di dalam. Air matanya mengalir pelan, tak kuasa menahan kesedihan yang menyesakkan.

Gaby memeluk dirinya sendiri, mencoba meredam perih yang menjalar ke seluruh tubuhnya sebagai seorang ibu. Ia tak sanggup membayangkan betapa hancurnya hati Leon—anak semata wayangnya—yang kini tidak hanya harus menghadapi kenyataan pahit karena kelumpuhannya, tapi juga ditinggal pergi oleh wanita yang paling dicintainya.

Ia teringat saat suaminya meninggal dunia, tepat ketika Leon baru memasuki dunia perkuliahan. Saat itu, hanya ia seorang diri yang berjuang membesarkan dan membimbing Leon, sembari mengelola perusahaan keluarga. Dengan kerja keras dan dedikasi, Gaby berhasil menjaga perusahaan tetap bertahan. Dan saat Leon lulus, anak itu mengambil alih perusahaan dan membuatnya berkembang pesat. Leon bahkan dijuluki sebagai salah satu pengusaha muda paling sukses dan disegani di kota itu.

Namun semuanya berubah setelah kecelakaan itu.

Sudah sebulan lebih sejak tragedi itu terjadi. Pada awalnya, Leon masih optimis. Ia percaya dirinya bisa sembuh. Ia rajin menjalani terapi dan selalu berkata bahwa suatu hari nanti ia akan kembali berdiri, kembali mengejar mimpinya bersama Clarisa.

Tapi harapan itu perlahan memudar. Kakinya belum menunjukkan tanda-tanda membaik. Semangatnya mulai luntur. Terlebih, hari ini, wanita yang ia anggap sebagai masa depannya memilih pergi dengan alasan yang menyayat hati.

Tak hanya itu, pesaing-pesaing bisnis yang dulu tak berani bersuara kini mulai mencibir. Mereka memanfaatkan kondisi Leon untuk menjatuhkannya. Beberapa bahkan terang-terangan meragukan kemampuan Leon dalam memimpin perusahaan.

Gaby memejamkan mata sambil menghela napas berat. Ia tahu, perjuangan anaknya belum berakhir. Tapi luka hari ini mungkin akan meninggalkan bekas yang dalam di hati Leon

“Bertahanlah, Nak…” bisiknya pelan, penuh do'a. “Mama tahu kamu kuat…”

Terpopuler

Comments

𝒮🍄⃞⃟Mѕυzу​​​᭄

𝒮🍄⃞⃟Mѕυzу​​​᭄

hwaiting

2025-07-03

1

Mar lina

Mar lina

aku mampir
lanjut bacanya

2025-06-08

2

LISA

LISA

Aq mampir Kak

2025-06-01

1

lihat semua
Episodes
1 bab 1 Luka Yang Bertambah
2 Bab 2 Dinding Keputusasaan
3 bab 3 Menemukan Sebuah Harapan
4 Bab 4 Menerima Tawaran
5 Bab 5 Awal Perjalanan Baru
6 Bab 6 Pertama Kali Merawat Tuan Muda
7 Bab 7 Gaya yang Norak
8 Bab 8 Memakai kan Pakaian
9 Bab 9 Selamat Malam
10 Bab 10 Pergi ke Taman
11 Bab 11 Membelikan Baju
12 Bab 12 Membawa pesanan
13 Bab 13 Marah
14 Bab 14 Tidak Akan Pergi
15 Bab 15 Mulai Bangkit
16 Bab 16 Maaf yang Terucap
17 Bab 17 Kembali Memulai
18 Bab 18 Kembali
19 Bab 19 Biarkan Saja
20 Bab 20 Kepikiran
21 Bab 21 Perasaan yang Tak Biasa
22 Bab 22 Tidak Terima
23 Bab 23 Penasaran
24 Bab 24 Pembelaan
25 Bab 25 Gara-gara Bersin
26 Bab 26 Ada Rasa Manis-manisnya
27 Bab 27 Pemberi Harapan Palsu
28 Bab 28 Tertawa Bersama
29 Bab 29 Ancaman
30 Bab 30 Penyelamatan
31 Bab 31 Dekapan Hangat
32 Bab 32 Diusir
33 Bab 33 Firasat
34 34 Kabar Buruk
35 Bab 35 Perpisahan yang Tak Diinginkan
36 Bab 36 Tetap Tegar
37 Bab 37 Tidak Sesuai Rencana
38 Bab 38 Sakitnya Disini
39 Bab 39 Persyaratan
40 Bab 40 persiapan
41 41 Fitting
42 Bab 42 Kembali Membuat Rencana
43 Bab 43 Pagi Yang tak Biasa
44 Bab 44 Dirumah pun Bisa
45 Bab 45 Alamat Palsu
46 Bab 46 Gugup
47 Bab 47 Menyatakan Cinta
48 Bab 48 Tidak Diizinkan Masuk
49 Bab 49 Awal yang Baru
50 Bab 50 Mandi Bersama
51 Bab 51 Kekanak-kanakan
52 Bab 52 Berteman
53 Bab 53 Tidak Boleh
54 Bab 54 Sepasang Mata
55 Bab 55 Terpesona
56 Bab 56 Berbagai Rasa
57 Bab 57 Terapi
58 Bab 58 khawatir
59 Bab 59 Hanya Dengan Senyuman
60 Bab 60 Sudah Tidak Berguna
61 Bab 61 Ingin Merebut
62 Bab 62 Memilih Parfum
63 Bab 63 Masih Ingat
64 Bab 64 Kembali Bertemu
65 Bab 65 Penasaran
66 Bab 66 Jatuh
67 Bab 67 Bertahan
68 Bab 68 Ambisi
Episodes

Updated 68 Episodes

1
bab 1 Luka Yang Bertambah
2
Bab 2 Dinding Keputusasaan
3
bab 3 Menemukan Sebuah Harapan
4
Bab 4 Menerima Tawaran
5
Bab 5 Awal Perjalanan Baru
6
Bab 6 Pertama Kali Merawat Tuan Muda
7
Bab 7 Gaya yang Norak
8
Bab 8 Memakai kan Pakaian
9
Bab 9 Selamat Malam
10
Bab 10 Pergi ke Taman
11
Bab 11 Membelikan Baju
12
Bab 12 Membawa pesanan
13
Bab 13 Marah
14
Bab 14 Tidak Akan Pergi
15
Bab 15 Mulai Bangkit
16
Bab 16 Maaf yang Terucap
17
Bab 17 Kembali Memulai
18
Bab 18 Kembali
19
Bab 19 Biarkan Saja
20
Bab 20 Kepikiran
21
Bab 21 Perasaan yang Tak Biasa
22
Bab 22 Tidak Terima
23
Bab 23 Penasaran
24
Bab 24 Pembelaan
25
Bab 25 Gara-gara Bersin
26
Bab 26 Ada Rasa Manis-manisnya
27
Bab 27 Pemberi Harapan Palsu
28
Bab 28 Tertawa Bersama
29
Bab 29 Ancaman
30
Bab 30 Penyelamatan
31
Bab 31 Dekapan Hangat
32
Bab 32 Diusir
33
Bab 33 Firasat
34
34 Kabar Buruk
35
Bab 35 Perpisahan yang Tak Diinginkan
36
Bab 36 Tetap Tegar
37
Bab 37 Tidak Sesuai Rencana
38
Bab 38 Sakitnya Disini
39
Bab 39 Persyaratan
40
Bab 40 persiapan
41
41 Fitting
42
Bab 42 Kembali Membuat Rencana
43
Bab 43 Pagi Yang tak Biasa
44
Bab 44 Dirumah pun Bisa
45
Bab 45 Alamat Palsu
46
Bab 46 Gugup
47
Bab 47 Menyatakan Cinta
48
Bab 48 Tidak Diizinkan Masuk
49
Bab 49 Awal yang Baru
50
Bab 50 Mandi Bersama
51
Bab 51 Kekanak-kanakan
52
Bab 52 Berteman
53
Bab 53 Tidak Boleh
54
Bab 54 Sepasang Mata
55
Bab 55 Terpesona
56
Bab 56 Berbagai Rasa
57
Bab 57 Terapi
58
Bab 58 khawatir
59
Bab 59 Hanya Dengan Senyuman
60
Bab 60 Sudah Tidak Berguna
61
Bab 61 Ingin Merebut
62
Bab 62 Memilih Parfum
63
Bab 63 Masih Ingat
64
Bab 64 Kembali Bertemu
65
Bab 65 Penasaran
66
Bab 66 Jatuh
67
Bab 67 Bertahan
68
Bab 68 Ambisi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!