Menikah Dengan Pria Arogan

Sekertaris pengoda

Vania Larissa, senyum-senyum sendiri memperhatikan gerakan bibir Rendah bicara, Karisma Rendra memang tidak di ragukan lagi, dari gaya bicara sangat tertata rapi.

"Vania apa sudah jelas?." Tanya Rendra

Rendra mengerutkan keningnya melihat Vania senyum-senyum sendiri."Vania." Rendra melambaikan tangannya.

"Ah! iya pak saya sudah jelas." terkejut Vania lamunan nya di ketahui oleh Rendra.

Rendra menggelengkan-gelengkan kepalanya."Oke besok pagi sudah boleh kerja selamat bergabung." Ujar Rendra.

"Terimakasih Pak," Kata Vania.

Rendra dan Vania berjabat tangan.

Kalau CEO nya seperti ini sih, siapa yang juga yang tidak betah. Batin Vania

Vania Larissa adalah sekertaris baru yang menggantikan posisi Tania di perusahaannya. Vania di pilih langsung oleh Rendra, menurut Rendra, Vania memenuhi persyaratan untuk dia menjadi sekretaris nya.

Awal mula kerja gadis yang memiliki nama kepanjangan Vania Larissa jatuh cinta pada pandangan pertama pada Rendra, setiap kali Vania sering mencuri pandangan saat Rendra sedang fokus dengan layar komputernya.

Serena tiba-tiba mengejutkan Vania saat Vania menatap Rendra dengan seksama.

"Hai..!, hayo lu suka ya sama pak Rendra, ingat dia sudah punya istri dan anak?." kata Serena.

"Mana mungkin lah, gue suka sama pak Rendra gue juga tahu kalau pak Rendra sudah punya istri." jawab Vania.

Sepertinya menarik kalau gue harus masuk kedalam kehidupannya. Gumam Vania.

Waktu makan siang. Rendra menutup laptop nya dan membereskan berkas yang berantakan di meja. Vania bergegas masuk ke ruangan.

"Pak biar saya saja yang bereskan." Ucap Vania

Seketika Vania menyentuh tangan Rendra.

"Maaf pak." Ucap Vania pura-pura tidak sengaja

"Yes, it is okay, kamu sudah makan siang?." tanya Rendra.

"Belum pak, apa bapak mau sekalian saya ambilkan makan siang?."

"Tidak usah, saya mau keluar makan siang." ujar Rendra.

"Oh." jawab Vania singkat.

Rendra pun melangkah kan kakinya keluar ruangan kerjanya. Di susul Vania di belakang sambil menutup pintu ruang kerja Rendra.

Rendra pergi area parkir sementara Vania berdiri di depan lobby, tidak lama mobil Rendra keluar dari arah parkir, Rendra menurunkan kaca mobilnya.

"Vania kamu tunggu siapa?." tanya Rendra.

"Tidak ada pak, hanya bingung saja mau makan siang dimana?." kata Vania.

"Ya sudah bareng saja yuk, sekalian." Ujar Rendra.

Ajakan Rendra di terima oleh Vania, memang itu tujuan Vania berdiri di depan lobby harapan Vania Larissa, agar bisa makan siang bersama.

"Pak saya ikut bapak apa tidak menggangu makan siang bapak?." tanya Vania basa-basi.

"Kenapa gitu?." tanya Rendra.

"Ya takut aja gitu ada orang yang mengadukan pada Bu Tania kita pergi berdua." gitu kata Vania.

"Kan kita, hanya makan siang." kata Rendra singkat.

Pak Rendra sangat tampan, apa lagi kalau di lihat dari dekat wajah nya benar-benar tampan.gumam Vania.

Tiba di Restoran biasa para pegawai makan siang di tempat tersebut biasanya jam makan siang restoran itu penuh pengunjung selain makannya enak harga pun terjangkau.

"Hayo Vania kita turun, kamu harus coba makanan disini, makanannya enak, saya sudah biasa makan siang disini."

"Iya pak."

Gue kira pak Rendra makan di Restoran mahal ternyata sama aja kelas nya sama gue, tapi untuk awal pendekatan tidak apa-apa lah.

Suasana rumah makan lah ya, itu sangat penuh dengan pengunjung Rendra meminta ijin duduk di depannya melihat hanya meja itu yang di isi dua orang.

"Mas..., apa saya boleh duduk di meja ini?."

"Oh ya silakan Mas." katanya

Akhirnya Rendra duduk berdampingan dengan Vania, Rendra memesan dua porsi makanan satu buat Vania satu untuknya. Rendra mulai menyantap makanan dengan santai menikmati makan siangnya.

Tiba-tiba saja Vania mengambil tisu mengelap sisa makanan yang ada di ujung bibir Rendra.

Sontak membuat Rendra terkejut dan menjatuhkan sendok.

Prang!

"Ma...aaf pak, kalau saya tidak sopan?." Ujar Vania.

"Iya tidak apa-apa, lain kali jangan seperti ini, saya tidak mau nanti ada yang melihat kita mengira aku ada apa-apa sama kamu, dan mengadukan kepada Tania." Kata Rendra.

"Iya pak, sekali lagi saya minta maaf."

"Habis kan makanan kamu, lalu kita kembali kekantor, jam istirahat hampir habis." Ucap Rendra alasan sambil melihat jam tangan yang melihat di tangannya.

"Saya sudah makanya pak." kata Vania

Rendra membayar makanan lalu kembali ke kantor, tanpa ada yang bersuara keduanya saling diam.

Vania menyentuh tangan Rendra saat sedang menggeser tuas.

Cit..! Rendra mendadak injak rem.

"Saya sudah bilang Vania jangan seperti ini." Pekik Rendra.

"Pak jujur saya menyukai bapak, dari awal saya masuk perusahaan bapak, apa aku salah?."

"Jelas salah!, saya sudah ada anak istri."

"Oh.., bapak sudah ada istri?." Vania pura-pura tidak tahu.

Pak Rendra sepertinya menolak gue, bisa gawat gue harus atur strategi yang lain.

"Maaf ya pak, saya kira bapak masih singel."

"Oke saya maafkan, lain kali jangan seperti ini, kalau kamu ulangi saya akan pecat kamu." Kata Rendra

Kemudian Rendra melanjutkan perjalanan menuju kantor.

Kring...Kring. Ponsel Rendra berdering panggil telpon dari my wife.

Rendra memasang headset di telinganya.

"Halo, assalamualaikum sayang." jawab Rendra.

"Papi...." teriak Andhra.

"Hai.., kenapa anak papi kok manggis?."

"Papi pulang, sekarang!." teriak Andhra sambil menangis.

Rendra panik setiap anaknya nangis. "Mommy mana sayang?."

Aaaahk... Aaaahk.., Andhra tambah kenceng nangisnya.

Astaga!, Vania sorry kalau saya harus turun kan kamu disini."

"Iya pak tidak apa-apa."

Rendra memberikan sejumlah uang ongkos Vania naik taksi.

"Ambil lah untuk ongkos naik taksi."

Rendra tanjap gas menuju kediamannya.

Ihhh!! dia kira aku cewe apa seenaknya saja gue di turunin di jalanan.

Satu-satunya orang yang bisa membuat Rendra tak bisa berkutik ya adalah anaknya. Rendra tak mampu mendengar tangisan putra semata wayangnya itu.

Halo Andhra, jawab sayang Mommy kemana?, kamu kenapa nangis jawab papi. Selama dalam perjalanan pulang Rendra tak putus telpon dari anaknya.

Tania di kamar merintih kesaksian. Perut yang di deritanya kambuh putra kecil nya melihat mommy nya kesakitan dia segera menghubungi Papi nya, melalui seluler milik mommy nya.

Rendra memarkirkan mobilnya lalu keluar lari ke dalam rumah. Bi. suster. Teriak Rendra.

"Saya pak." datang Suster.

"Andhra kenapa nangis?." tanya melotot matanya menatap tajam Suster.

"Ibu sakit pak, Aden nangis." jawab suster.

"Sakit!?." Rendra langsung lari menuju kamarnya.

"Papi... Aaaahk..!." nangis Andhra

"Sayang kamu kenapa?. Suster bibi." Teriak Rendra.

"Saya Den?."

"Bi tolong hubungi Jery cepat!." perintah Rendra

"Baik Den."

"Cup..Cup..Cup, sayang mommy pasti baik-baik saja."

Ya Allah semoga istriku baik-baik saja, saya bukan tidak perduli kan nya, apa saya egois terlalu sibuk dengan urusan kerjaan sampai-sampai saya lupakan istriku. Saya sangat mencintainya, aku cinta mati sama kamu Tania. Batin Rendra sambil gendong Andhra mengusap kepala Tania.