Seorang gadis yang di paksa orang tuanya untuk menikah muda untuk melindunginya dari masa lalu yang terus menganggunya. Namun siapa sangka jika gadis itu di jodohkan dengan seorang pemuda yang menjadi musuh bebuyutannya. Lalu bagaimana pernikahan mereka akan berjalan jika mereka saling membenci?mungkin kah cinta akan tumbuh dalam diri mereka setelah kebersamaan mereka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ella ayu aprillia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8
"Papa dan om Derry berniat menjodohkan kamu dengan Revan dan papa ingin kalian menikah setelah kalian ujian kenaikan kelas."
Bagai di sambar petir Gisella diam membeku.
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun ia bangkit dari duduknya lalu berlari keluar ruangan.
"Dek tunggu..."ucap Marcel yang akan mengikuti adiknya namun langsung di cegah oleh Revan.
"Biar gue yang kejar dan ngomong sama dia kak."sela Revan lalu meninggalkan keluarga yang lain.
Setelah kepergian Revan dan Gisel kini kedua orang tua Revan dan Gisel tampak diam. "Pa gimana ini gimana kalau Gisella tidak mau menerima perjodohan ini." Isak mama Sinta.
"Sudah mama tenang saja,papa yakin kalau Gisel bisa menerima keputusan kita, ini yang terbaik untuk anak kita ma."
"Kamu tenang saja Sin,aku yakin Revan bisa meyakinkan Gisel. Aku sudah bicarakan semuanya kepada Revan jadi aku yakin dia bisa membujuk Gisella."tambah ayah Derry.
Semua menghela napas berat berharap Revan bisa meyakinkan Gisel untuk menerima perjodohan mereka ini.
Di sisi lain, Revan melihat Gisella sedang duduk di kursi taman dengan tubuh bergetar. Revan mendekat lalu duduk di samping Gisella. Untuk beberapa saat suasana hening, hanya isak tangis Gisel yang terdengar di gelapnya malam ini.
"Elo pasti udah tahu soal perjodohan ini kan,"tanya nya di sela - sela tangisnya.
Revan mengangguk kecil "Iya ayah gue udah bilang sebelumnya."
Gisella menatap ke arah Revan dengan sorotan mata penuh kebencian.
"Terus kenapa elo diam aja hah? Kenapa elo nggak nolak perjodohan ini?" Ucapnya masih dengan deraian air mata.
"Gue nggak bisa, gue nggak mau jadi anak yang nggak nurut sama orang tua gue. Gue yakin mereka punya alasan sendiri kenapa menjodohkan kita."
Gisella tertawa sinis, "apa elo sengaja nggak mau tolak perjodohan ini karena emang elo mau balas dendam sama gue. Elo mau bikin hidup gue hancur saat kita sudah menikah. Elo nggak terima sama semua kelakuan yang udah gue lakuin sama elo makanya elo pengen balas dendam dengan cara menerima perjodohan ini. Elo licik Van lirik."teriak Gisel semakin histeris. Tangannya memukul - mukul lengan Revan yang duduk di sampingnya. Revan hanya diam membiarkan Gisel melampiaskan emosinya dan membiarkan Gisel merasa lebih tenang sebelum di ajak bicara.
Semakin lama pukulan itu semakin melemah. Revan menatap gadis yang biasanya terlihat ceria dan berani kini tengah menangis sesegukan dengan air mata tak bisa berhenti menetes. Ada rasa iba dan kasihan melihat wajah lesu itu, Revan memberanikan diri memeluk bahu Gisella dan menyandarkan kepalanya di pundaknya yang kokoh.
"Menangislah dan luapkan emosi elo ke gue sepuas hati lo. Setelah itu tolong elo dengerin penjelasan gue."
Gisella masih terisak di pundak Revan. Entah kenapa ada rasa nyaman yang ia rasakan. "Gue nggak mau nikah muda Van, gue masih mau menikmati masa muda gue, gue masih mau meraih cita - cita gue, gue masih pengen lanjut kuliah. Gue nggak mau nikah saat masih sekolah kaya gini terlebih nikah sama elo. Gue nggak suka sama elo bahkan kita sering berantem kalau di sekolah. Kita nggak cocok, gue bahkan benci sama elo."teriak Gisella mengungkapkan isi hatinya. Revan merasa hatinya sakit, meskipun ia tahu jika Gisel tidak pernah menyukai nya dan dia juga tahu kalau ia pun tak pernah menyukai Gisel. Tapi mendengar ucapan Gisel entah kenapa hatinya terasa sakit. Melihat penampilan Gisel malam ini yang berbeda saat di sekolah entah kenapa hatinya merasa tertarik. Menghela napas, Revan menghela napas panjang. "Gue tahu kalau kita selalu berantem setiap ketemu, gue juga nggak mau perjodohan ini, gue juga masih pengen melanjutkan hidup gue dengan bebas. Tapi gue juga nggak bisa mengabaikan permintaan orang tua gue gitu aja. Gue yakin mereka punya alasan sendiri kenapa mereka menjodohkan kita dan ingin kita segera menikah. Gue punya rencana."ucapnya terhenti. Gisel mengangkat wajahnya lalu bertanya "rencana apa?"tanya nya dengan terisak pelan. Ia sudah merasa lega dan sedikit tenang. "Kita buat surat perjanjian di atas materai jika setelah menikah 6 bulan kita harus pisah. Dan selama 6 bulan itu kita tidak boleh ikut campur urusan satu sama lain. Kita akan tinggal di rumah kita sendiri dan selama 6 bulan itu kita akan tidur di kamar terpisah."terang Revan. Gisella tampak berfikir sejenak dan sepertinya itu bukan ide yang buruk.
"Hmm oke gue setuju. Tapi jangan pernah berpikir kalau gue suka sama elo karena menerima perjodohan ini karena sampai kapan pun gue nggak akan bisa suka sama cowok kaya elo."ucapnya sudah mode awal. Revan memutar bola matanya malas. "Nggak usah geer gue juga nggak akan suka sama cewek bar - bar kaya elo.Udah ayo balik ke dalam nanti orang tua kita khawatir."
Akhirnya Gisella mengangguk lalu bangkit dari duduknya. Gisel melangkah lebih dulu, Revan memperhatikan Gisel yang tampak berbeda dari biasanya. Ia terlihat lebih cantik dan manis. Sekilas ia tersenyum tipis melihat kecantikan Gisella malam ini. Namun hanya sebentar sebelum teriakan Gisella membuatnya jengah sendiri.
Gisella memutar tubuhnya hingga menghadap ke arah Revan. Melihat Gisel yang berhenti mendadak membuat Revan reflek berhenti namun tetap saja tubuh mereka berdekatan bahkan jarak diantara mereka hanya setipis tisu. Untuk sesaat mata mereka saling beradu dan napas Revan terasa hangat menerpa wajahnya. Gisella merasa gugup dan jantungnya berdegup kencang. Dengan gerakan cepat ia mendorong tubuh Revan hingga menjauh. "Ck apa sih elo deket - deket gue.."ujarnya gugup.
"Lah elo yang berhenti mendadak ya gue juga berhenti mendadak dong tapi kurang gesit aja gue. Lagian ngapain sih elo tiba - tiba berhenti."amuk Revan.
Dengan nada serius Gisel berkata " jangan coba - coba elo ceritain masalah ini ke temen - temen elo. Gue mau ini tetap jadi rahasia kita."kata Gisel tegas.
"Siapa juga yang mau cerita,gue juga ogah kalau teman - teman gue tahu soal perjodohan ini. Toh ini juga cuma sementara aja. Setelah 6 bulan gue akan ajukan perceraian kita."
"Oke gue pegang omongan elo, kalau sampai elo ingkar gue nggak segan - segan hancurin hidup elo."ancam Gisel.
"Halah kebanyakan gaya lo udah ah gue mau masuk pusing lama - lama deket sama elo."ucap Revan lalu berlalu meninggalkan Gisella di belakangnya.
Revan masuk lebih dulu lalu di susul oleh Gisella. Semua yang ada yang ada di ruangan menatap ke arah Revan dan Gisel, " Sayang kamu nggak papa kan?"tanya mama Sinta khawatir. Gisel tersenyum lalu menggelengkan kepalanya pelan. "Gisel nggak papa ma,maaf udah buat mama dan yang lain khawatir." Balasnya sembari memeluk mama Sinta. "Aku juga minta maaf sama om dan tante udah bikin kalian nggak nyaman. Aku tadi cuma kaget aja dengan semua ini."tambahnya lagi.
Bunda Diana mendekat lalu ikut memeluk calon menantunya. " Nggak papa sayang, kita paham kok kamu pasti kaget dengan rencana ini tapi kita semua sudah pikirkan ini matang - matang sayang. Dan ini semua demi kebaikan kita semua."ucapnya dengan lembut.
"Iya tan, aku ngerti dan aku..aku setuju.."
Semua yang di sana tampak diam dan saling pandang. Dan sesaat kemudian mereka semua merasa lega dan bahagia.
"Kalau begitu mulai sekarang tante bunda dan panggil om ayah,oke."pintar bunda Diana.
"I..iya bunda.."