NovelToon NovelToon
Time Travel Raja Perang Memburu Istrinya

Time Travel Raja Perang Memburu Istrinya

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita / Transmigrasi / Agen Wanita
Popularitas:887.4k
Nilai: 5
Nama Author: Lily Dekranasda

Novi adalah seorang wanita seorang agen mata-mata profesional sekaligus dokter jenius yang sangat ahli pengobatan dan sangat ahli membuat racun.

Meninggal ketika sedang melakukan aktivitas olahraga sambil membaca novel online setelah melakukan misi nya tadi malam. Sayangnya ia malah mati ketika sedang berolahraga.

Tak lama ia terbangun, menjadi seorang wanita bangsawan anak dari jendral di kekaisaran Dongxin, yang dipaksa menikah oleh keluarga nya kepada raja perang Liang Si Wei. Liang sangat membenci keluarga Sun karena merasa mencari dukungan dengan gelar nya sebagai salah satu pangeran sekaligus raja perang yang disayang kaisar.

Tepat setelah menikah, Novi melakukan malam pertama, ia menuliskan surat cerai dan lari. Sayangnya Liang, selalu memburu nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Berdengung

Seekor ayam dari kandang dapur, entah bagaimana bisa lolos, berlari menabrak kaki kuda nya dari samping.

Kuda meringkik dan bergerak tak stabil.

Liang Si Wei kehilangan keseimbangan sepersekian detik.

Dan...

“BRUK!”

Kakinya terpeleset. Tapi sebelum tubuhnya menyentuh tanah, ia memutar tubuh dengan kecepatan luar biasa, bersalto satu putaran di udara, dan mendarat dengan satu lutut menyentuh tanah, satu tangan menahan tubuh.

Pasukan dan bawahannya menahan napas.

Mo Han langsung menghampiri. “Yang Mulia! Anda tidak...”

Liang Si Wei mengangkat satu tangan, tanda bahwa ia baik-baik saja.

Ia berdiri perlahan, menepuk debu di jubah panjangnya dengan wajah datar, tapi sorot matanya seperti membunuh.

Matanya menatap tajam pada ayam tak bersalah yang sekarang berkokok, seolah menertawakannya.

“Tangkap ayam itu,” kata Liang Si Wei, lirih tapi mengandung aura mengancam. “Potong. Bakar. Biarkan ayam itu menjadi makan siang ku nanti.”

Mo Ci langsung bergerak. “Segera, Yang Mulia.”

Liang Si Wei melompat naik ke kudanya dalam satu gerakan halus. Ia menatap semua yang hadir.

Semua prajurit menunduk dalam.

“Berangkat,” ujar Liang Si Wei, menghentakkan tali kendali kudanya.

Begitu Liang Si Wei dan Mo Han menghilang di balik gerbang utama, suasana di halaman kediaman utama menjadi lebih santai. Para prajurit yang semula berdiri tegap mulai mengendurkan posisi. Beberapa di antaranya melonggarkan baju zirah, sementara yang lain mengambil kantong air minum dari pelana kuda mereka.

Dua prajurit muda berjalan berdampingan, sambil berbisik pelan.

“Apa kau juga merasakannya?” bisik prajurit pertama, suaranya nyaris tertelan oleh hembusan angin pagi. “Semenjak beberapa bulan terakhir, sikap Yang Mulia berubah-ubah.”

Prajurit kedua mengangguk kecil. “Benar. Kadang ia melamun. Kadang sangat bersemangat. Lalu tiba-tiba murka hanya karena hal kecil, seperti tadi. Belum lagi permintaan aneh setiap saat.” ucapnya sambil menggelengkan kepalanya.

Yang pertama menoleh, waspada. “Jangan terlalu keras! Nanti kita yang jadi ayam bakar.”

Mereka berdua tertawa kecil, menahan diri.

“Tapi, menurutmu kenapa?” tanya si prajurit pertama. “Dulu, saat di medan perang, Yang Mulia dingin dan tegas. Tapi sekarang, seperti ada yang mengganggu pikirannya terus-menerus.”

“Entahlah.” jawab si kedua sambil mengangkat bahu. “Mungkin karena Nyonya?”

Prajurit pertama berpikir sejenak, lalu mendesis. “Ah. Benar juga, mungkin karena itu. Nona Sun Yu Yuan bukan?”

Prajurit kedua langsung mencubit lengan kawannya. “Sst! Jangan sebut nama itu sembarangan.”

“Kenapa? Memangnya salah?”

“Dia adalah wanita Yang Mulia, dan kau menyebut namanya sembarangan, bisa-bisa lidahmu dipotong.”

Keduanya diam sejenak, membayangkan kemungkinan buruk itu.

Lalu salah satu dari mereka berkata pelan, “Tapi sungguh. Sejak Nyonya m menghilang, Yang Mulia seperti kehilangan kendali.”

“Kalau kau tanya aku,” sela prajurit lainnya yang tiba-tiba bergabung dalam bisik-bisik mereka, “Aku rasa, cinta itu racun paling mematikan.”

Yang lain terkekeh pelan.

“Sudahlah. Ayo kembali ke tempat masing-masing. Nanti kalau atasan kita datang dan lihat kita masih berkeliaran, bisa-bisa kita disuruh latihan siang bolong.”

“Benar juga. Ayo!”

Mereka pun berjalan perlahan meninggalkan halaman utama.

Langkah-langkah kuda menggema perlahan saat Liang Si Wei dan Mo Han tiba di pelataran luar gedung aula utama. Langit pagi mulai menghangat, namun bukan itu yang membuat Liang Si Wei menyipitkan mata.

Ia turun dari kudanya dengan anggun, tapi begitu kedua kakinya menjejak halaman, sebuah sensasi aneh menjalari tubuhnya.

Telinganya berdengung.

“Tch, lagi,” desisnya dalam hati.

Sensasi itu seperti semut yang merayap di balik kulit telinga, lalu bergemuruh seperti drum halus dalam kepala. Liang Si Wei berhenti sejenak, memijit pelipis dan telinganya dengan dua jari.

Mo Han yang berdiri satu langkah di belakangnya menatap dengan bingung. “Yang Mulia?”

Liang Si Wei mengangkat tangannya pelan.

Dengan jubahnya yang menjuntai megah, Liang Si Wei melangkah menuju aula, menuruni koridor panjang dengan lukisan dan tiang-tiang emas di kiri kanan. Suasana hening, hanya suara sepatu bot kulitnya yang menyentuh lantai batu bergema.

Telinganya masih berdengung, membuatnya sesekali mengedip dan mengerutkan kening. Tapi, ia menegakkan tubuh, menenangkan napas, dan memasuki aula utama.

Di dalam, Sang Kaisar sudah duduk di atas singgasananya. Di sisi kanannya bawah, Putra Mahkota berdiri gagah dengan jubah biru gelap berhias benang emas. Di samping kanan kiri, beberapa pejabat tinggi kekaisaran berdiri dalam keheningan, menunggu dimulainya pertemuan.

Liang Si Wei melangkah maju dengan penuh wibawa.

Ia menekuk lutut, bersujud dengan satu tangan di dada dan kepala sedikit menunduk. “Hamba, Raja Liang Si Wei, memberi hormat pada Yang Mulia Kaisar. Hormat pada Yang Mulia Putra Mahkota.”

Kaisar mengangguk ringan, suaranya berat dan mengandung otoritas. “Bangkitlah, Raja Liang. Kami sudah menantimu.”

Kaisar memandang Liang Si Wei dengan tatapan tajam namun bijaksana. Usianya telah senja, namun sorot matanya masih menyala seperti bara api.

“Raja Liang,” panggilnya perlahan namun dalam. “Kau sudah mendengar tentang insiden perbatasan timur?”

Liang Si Wei mengangguk, matanya bersinar tajam. “Hamba menerima laporan tentang pergerakan mencurigakan dari sisa-sisa kelompok bandit yang dulunya berafiliasi dengan Kerajaan Wang Qian.”

Putra Mahkota angkat bicara, suaranya tenang namun menyiratkan ketegasan.“Informasi terakhir menyebutkan mereka telah menjarah dua desa kecil di dekat perbatasan.”

Kaisar menyandarkan punggungnya. “Apakah menurutmu ada sisa pasukan dari Kerajaan itu?”

Liang Si Wei tidak langsung menjawab. Ia menimbang sejenak, lalu berkata pelan, “Yang Mulia, dalam situasi kacau seperti ini, satu api kecil saja bisa membakar satu wilayah. Kita tidak boleh hanya memadamkan apinya. Kita harus tahu siapa yang menyulutnya.”

Kaisar menarik napas dalam, kedua tangannya menggenggam pegangan kursi singgasana yang terukir naga emas.

“Kau benar. Dua desa hanyalah pergerakan awal mereka,” gumamnya, lirih namun menggema di aula yang tenang. “Jika kita biarkan, mereka akan merangkak masuk ke wilayah kita lebih dalam, seperti ular yang sabar menunggu celah.”

Liang Si Wei mengepalkan tangan, nadanya tegas.

“Hamba telah menyiapkan pasukan di dekat sana, dan saat ini sedang memetakan pergerakan mereka. Jika Yang Mulia memberi perintah, hamba akan berangkat malam ini.”

Namun sang Kaisar mengangkat satu tangan, membuat Liang Si Wei terdiam seketika. “Tidak, Raja Liang. Aku tidak memanggilmu ke sini untuk langsung menurunkan perintah perang. Aku ingin mendengarmu, sebagai panglima perang, sebagai raja muda, sebagai anakku juga. Pendapatmu.”

Liang Si Wei terdiam sejenak. Ia menatap lurus ke arah Kaisar, lalu perlahan melirik ke arah Putra Mahkota, yang membalasnya dengan pandangan penuh kewaspadaan.

“Menurut hamba,” ucapnya akhirnya, “Mereka ingin tahu seberapa cepat pasukan kita bisa bertindak.”

Putra Mahkota mengangguk pelan. “Itu sebabnya ayahanda memanggilmu.”

Liang Si Wei mengangkat dagunya sedikit, “Hamba akan menyusupkan mata-mata untuk menyusuri jejak mereka lebih dalam. Jika benar ini bagian dari strategi kerajaan Wang Qian yang tersisa, maka kita perlu siasat lain, bukan hanya kekuatan militer.”

Kaisar menatapnya lama, lalu tersenyum samar. “Pandanganmu masih setajam dulu, Raja Liang.”

Tiba-tiba..

“HAAACCHHUU!!”

Sebuah suara bersin menggema keras di aula megah itu, membuat seluruh pejabat menoleh terkejut.

Sabar ya Readers, jempol othor lagi nyut nyut bengkak nih, habis di gigit serangga 😭😭.

Minta vote nya dan like nya ya. 😁

1
Inez Putri
sangat bagus, puas sya sebagai pembaca,suka ma novel nya. smau sya membc punya nya thour.
vj'z tri
🎉🎉🎉🎉🎉🎉🎉huru hara huru hara aku sukaaa huru hara 🎉🎉🎉🎉
vj'z tri
kamu ingat dengan raja perang dan 4 anak macan yang manis ,tapi kamu lupa dengan Dewi pencabut nyawa yang menyamar sebagai malaikat 😈😈😈😈😈😈
Osie
hehehe kocak kembar 4
🟡SENJA
aaah jaringan informasi kalian jelek sekali 😂
🟡SENJA
wah wah wah 😳
SaRW
MoChi.........Tengkiuu Thor sdh update
Jane Nguyễn
/Smile//Smile/
Osie
filter pake saringan kopi lebih halus eeee/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
hani chaq
hancurkan 9asukan bar2 sampai ga ada sisa
hani chaq
omongan dan pikiran orang mabuk emang gila
hani chaq
pasukan grimhal mulai beraksi dengan senyap
Sania Mahira
orang mabuk ngeyel ya,gx sadar diserang,kwan mati dikira tidur,itulah terlalu sombong,lengah gx berpikir siapa lawannya,dianggapnya menang gx taunya malah binasa semua.
Biyan Narendra
Seruuuuu
SecretS
tolong up lagi kak author!!!
Lyvia
rasakan kehancuran Xan bawa itu kepala togar yg sombong
Lala Kusumah
rasain Lo toke eh toga 😡😡😡
Osie
syet dah nyanyian yu yuan..asli kram perutku/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Sob//Sob//Sob//Sob/
Tiara Bella
pasukan Grimhall itu pasti balas dendam atas apa yg telah mereka perbuat....membakar kediaman raja perang liang si Wei....
Ty Kurniawan
bantai sampai habis ke akar2nya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!