#ruang ajaib
Cinta antara dunia tidak terpisahkan.
Ketika Xiao Kim tersedot melalui mesin cucinya ke era Dinasti kuno, ia bertemu dengan Jenderal Xian yang terluka, 'Dewa Perang' yang kejam.
Dengan berbekal sebotol antibiotik dan cermin yang menunjukkan masa depan, yang tidak sengaja dia bawa ditangannya saat itu, gadis laundry ini menjadi mata rahasia sang jenderal.
Namun, intrik di istana jauh lebih mematikan daripada medan perang. Mampukah seorang gadis dari masa depan melawan ambisi permaisuri dan bangsawan untuk mengamankan kekasihnya dan seluruh kekaisaran, sebelum Mesin Cuci Ajaib itu menariknya kembali untuk selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black _Pen2024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 Tugas suci di gadis laundry.
Letnan He membalikkan badan dan batuk, hampir menghadap tumpukan cucian. Kim membeku, wajahnya terbenam dalam material sintetik Abad ke-21, lalu ia melesat ke Ruang Ajaib hanya sepersekian detik untuk meraih kotak amoxicillin terkuat di kotak P3K di tempat dia bekerja di tempat Laundrynya.
Tarikan gravitasi menyakitkan, tetapi keinginan Xian tetap hidup menjadi perintah mutlak.
Xiao kim tidak akan menyia-nyiakan waktunya lagi. Ia kembali dengan cepat, tanpa He menyadarinya—fokus He kini teralih ke kondisi Xian yang sempat mencengkeram lengannya di tengah ketidaksadaran.
"Hei kau, cepat berikan air pada jendral Xian," bisik He kepada prajurit lain.
Kim yang baru masuk kembali ke dunia Xian, menarik lengannya keluar dari cucian, melihat prajurit mengarahkan obor. Xian masih berdetak lemah, napasnya berat sebagai tanda sisa kehidupan. Tanpa memedulikan tatapan tajam prajurit, Kim berlutut di sisi Xian, meraba nadi yang melemah.
"Saya sudah mendapatkannya, berikan saya jalan. Antibotik harus segera bekerja," kata Kim dengan tenang. He terkejut melihat sekantong botol pil plastik yang tidak pernah ada di Kerajaan Naga Langit.
"Ini obat darurat dari tanah leluhurku di seberang samudra," jawab Kim cepat, mengabaikan pertanyaan He dan fokus memasukkan pil ke mulut Xian. Meskipun mulutnya terkunci, Xian refleks menelan—bukti sistem pencernaannya masih bekerja.
"Dia butuh air mineral modern ini," kata Kim, menampilkan botol plastik. Prajurit menolak, menawarkan air rebusan, tetapi Kim tegas: "Air biasa akan menambah kuman dan membunuhnya."
He akhirnya mengalah, meskipun syak wasangka masih ada. "Selesaikan pekerjaanmu! Jika dia tetap jatuh dan tidak sadarkan diri atau lebih parahnya dia tidak bisa bangun lagi, kepalamu jadi milikku," desisnya dalam geraman dan gemeletuk giginya yang kasar terdengar jelas di telinga Xiao Kim
Kim melanjutkan: menyuntikkan vitamin dan cairan antibotik melalui IV yang berisiko tetapi diperlukan. Tubuh Xian gemetar, dan He hanya melihat terheran-heran. Setelah tiga menit, semua selesai, tetapi Xian masih koma. He marah dan hendak memotong leher Kim, tetapi Kim berteriak, "Ini bukan sulap! Dia akan bangkit setelah empat puluh delapan jam tidur—saya jamin dia tidak akan wafat malam ini!"
He memejamkan mata, tertekan antara ketaatan dan logika. Selama sisa malam, dia duduk di sisi Kim, menyaksikan demam Xian perlahan turun. Bahu Xian tidak lagi berasap—racun mulai dikuras. "Dia telah hidup," gumam He dengan syak wasangka. "Siapakah dirimu sebenarnya?"
Kim mengarang narasi: "Saya menembus gerbang dimensi melalui Mesin Cuci Ajaib, berasal dari seribu tahun mendatang. Semua pakaian ini adalah artefak yang tertarik masuk bersama saya." He semakin bingung, mengira Kim penyihir gila, tetapi tetap patuh pada perintah terakhir Xian.
Ketika He merobohkan botol pil kosong, Kim menggunakan cermin saku ajaib dan melihat prediksi: Xian tewas di meja bedah kuno, dan He membunuhnya karena marah. Napas Kim terhenti. Dia berteriak pada He: "Saya melihat masa depan suram—kamu dan dia akan wafat dalam sepuluh hari jika dia tidak mendapat obat dari duniaku! Percayalah pada apa yang aku katakan, dirimu harus percaya padaku!"
Mata He berkaca-kaca. Dia adalah orang sensitif yang tunduk pada hirarki. Akhirnya, dia menaruh pedangnya kembali. "Jika dia pulih dalam dua hari, aku akan jadi pengawalmu," janjinya. Kim lega—ia akhirnya diakui.
Malam memudar, dan Kim meminta izin kembali ke Ruang Ajaib untuk mencari air bersih dan peralatan kebersihan.
He mengangguk, kelelahan mengalahkan kecurigaan.
Kim yang sekarang tahu bahwa cermin ajaibnya dan M19 adalah dua benda yang bisa menghubungkan dia dengan dua dunia yang berbeda itu, mulai menggunakan dengan bijak.
Kim lenyap dalam tiga detik, memasuki gudang M19 yang hangat lewat cermin dan M19 miliknya. Saat dia keluar dan tiba di ruangan medis milik tuan bosnya, Kim mulai meraih kantong sterilisasi, masker N95, dan handuk microfiber. Ia kembali segera, tepat di sisi Xian.
"Aku memiliki lebih banyak bahan darurat," bisik Kim pada Xian yang tak sadarkan diri. "Aku akan menjagamu." He protes, "Jangan berbicara dengan mayat!" tetapi Kim tegas, "Tubuhnya tidak dapat dihancurkan dengan logika atau racun sederhana."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pagi menjelang, cahaya jingga menyelinap ke tenda. Tiba-tiba, Xian menggerakkan bahunya, mengambil napas lebih panjang. Matanya perlahan terbuka, terkejut melihat tenda, lalu fokus pada Kim. "Air," bisiknya dengan suara serak. Kim memberinya botol plastik, dan Xian menelannya dengan cepat.
"Aku berhasil! Kau tidak tewas!" jerit Kim gembira. Xian memulihkan akalnya dalam lima detik, menatap Kim dengan intens. "Siapakah dirimu?" tanyanya. "Aku Xiao Kim, petugas laundry dari seberang dimensi—dimana Dewa Perang tidak boleh kotor dan mati karena racun yang dapat disembuhkan," jawab Kim bangga.
Xian tersenyum, "Engkau istri saya yang nyasar." celetuk sang jendral penuh humor.
Dia menyapa He, "He! Persiapkan, kita kembali ke Ibukota Kerajaan malam ini. Dia harus ikut bersamaku!" He terkejut, "Ini tidak logis! Perdana Menteri Yong akan anggap dia mata-mata!"
Xian mencibir, "Yong adalah pengecut yang tidak tahu kesalahan dia. Aku akan menjadikannya penolong abadi!" Ia merangkul Kim, lalu memerintahkan: "Seluruh kerajaan harus tahu dia menyelamatkan kita. Ini tugas suci baginya, Gadis Laundry!" perintah sang Jendral pada semua anggotanya.
Mereka berangkat ke ibukota, kuda Xian bergerak cepat meskipun ia masih lemas. Kim tetap di dekatnya. Saat memasuki gerbang kota megah, penjaga memberitahu ada urusan penting dengan Perdana Menteri Yong. Xian meraih tangannya: "Kami akan melindungimu—aku bersumpah di atas kehormatanku! Aku hidup kembali untukmu!"
Mereka memasuki Kediaman Jenderal yang elegan. Xian memerintahkan pelayan membawa dia ke kamar tidur utama, dan menunjuk Kim: "Dia harus berada di sini untuk melindungiku—perintah dariku!" He membelalak tetapi tidak berani menolak.
Xian dihempaskan di atas tikar bersih, jantungnya kembali berdetak kencang. Ia mencengkeram bahu Kim: "Jangan tinggalkan aku. Mereka tidak akan mempercayaimu." Tiba-tiba, ia memuntahkan darah gelap dan jatuh ke ambang koma. Kim segera mengurusnya, tetapi He datang lagi dengan pisau bedah kuno, ingin melakukan operasi.
"Tidak! Kita harus mulai dari pemulihan fisik!" teriak Kim. He menghela napas dan menaruh pisau kembali, melihat luka Xian yang kembali membuka dan merembes racun. Kim menyentuh tas cuciannya—cermin ajaibnya bergetar.
"Dia benar-benar menyerahkan nyawanya kepadaku," pikir Kim. "Jika aku gagal, seluruh dinasti ini akan hancur." Ia membuka paket sterilisasi modern, membungkuk di atas luka Xian yang berdarah. He terkejut dan berteriak, tangannya meraih pedangnya.
Tiba-tiba, Xian sadar dengan tarikan napas panjang. Ia mencengkeram tangan Kim dan membisikkan dingin: "Aku menyukaimu, Gadis Anehku. Kembali untukku—aku gagal bertahan tanpa mu!" Ia tersenyum, lalu menarik Kim ke pangkuannya. "Berikan aku satu cermin lagi, sekarang!" desaknya, napasnya memburu.
