NovelToon NovelToon
Ibu Susu Bayi Kembar Tuan Barra

Ibu Susu Bayi Kembar Tuan Barra

Status: tamat
Genre:Duda / Anak Kembar / Menikah Karena Anak / Ibu susu / Tamat
Popularitas:2.3M
Nilai: 5
Nama Author: Buna Seta

Aryani Faizah yang sedang hamil tua mengalami kecelakaan tertabrak mobil hingga bayi yang ia kandung tidak bisa diselamatkan.
Sang suami yang bernama Ahsan bukan menghibur justru menceraikan Aryani Faizah karena dianggap tidak bisa menjaga bayinya. Aryani ditinggalkan begitu saja padahal tidak mempunyai uang untuk membayar rumah sakit.

Datang pria kaya yang bernama Barra bersedia menanggung biaya rumah sakit, bahkan memberi gaji setiap bulan, asalkan Aryani bersedia menjadi ibu susu bagi kedua bayinya yang kembar.

Apakah Aryani akan menerima tawaran tuan Bara? Jika mau, bagaimana kisah selanjutnya? Kita ikuti yuk.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

Di tengah malam yang sunyi, Barra berbaring di tempat tidur, tetapi tetap terjaga. Pikiranya kembali mengingat sang mama yang menyayangi dengan tulus. Pria yang nampak tegar itu ternyata hanya di luar saja, sejatinya hatinya menyimpan luka masa lalu yang begitu berat. Nasehat-nasehat bijak mama yang selalu memberi kekuatan tidak ada lagi sejak usianya menginjak 18 tahun. Dan Chana lah penyebab sang mama pergi. Walaupun Barra percaya dengan takdir, tapi Chana lah orang sudah membuat mama sakit hati.

Malam berlalu begitu lambat, Barra keluar dari kamar dengan wajah lelah ketika pagi tiba. Dia tatap meja makan di sana sudah ada Abdullah.

"Abang sakit?" Tanya Abdullah ketika menoleh Barra yang menarik kursi.

"Tidak" hanya itu jawaban Barra, dia seruput sedikit kopi yang bibi buatkan. "Hari ini aku tidak ke kantor Dul" Barra minta adik sepupu sekaligus asisten itu menghandle pekerjaan.

"Beres Bang, sebaiknya Abang berobat dulu" Saran Abdullah.

Barra hanya mengangguk, walaupun sebenarnya dia tidak sakit hanya lelah karena semalaman tidak tidur, bayangan terakhir mama sebelum meninggal terus membayangi.

"Faiz belum ke luar kamar, Dul?" Barra menoleh ke arah pintu kamar Faiz dan anak-anak.

"Belum Bang" Abdullah kali ini tidak berani slengean menggoda Barra seperti biasanya, karena tahu abangnya sedang tidak baik.

"Sarapannya mana?" Chana yang baru keluar dari kamar, memandangi meja makan yang masih kosong.

"Belum mateng kali, Tan" Abdullah yang menjawab.

Sementara Barra seperti biasanya melirik Chana pun tidak. Apa lagi ingat pertengkaran tadi malam masih terasa panas.

Chana pun akhirnya ke dapur melihat apa yang dilakukan bibi hingga jam tujuh pagi sarapan belum matang. "Apa yang kamu kerjakan sejak pagi? Sampai jam segini sarapan belum matang?" Chana menatap bibi yang masih memasak dari pintu dapur sambil marah-marah.

"Maaf Nyonya, saya bangun kesiangan" Bibi menjawab. Tangannya yang sedang mengaduk nasi goreng gemetar karena takut.

Chana melengos lalu kembali ke meja makan. Tiba di tempat itu hatinya tambah kesal, karena Faiz duduk di sebelah Barra. Sebab kursi yang biasanya Faiz gunakan diduduki oleh Abdullah.

"Kamu kenapa duduk di situ? Sudah bagus diizinkan bergabung, tapi lama-lama ngelunjak" Chana rasanya ingin mengusir Faiz dari meja makan.

"Maaf Nyonya..." Faiz pun bangun hendak pindah ke dapur saja.

"Duduk Faiz, jangan ada yang merusak mood saya pagi ini!" Barra menyindir Chana tapi tidak menoleh ke arahnya.

Faiz pun duduk kembali, walaupun sebenarnya memilih sarapan di dapur bersama bibi, tapi tidak mau membantah Barra. Dia menatap Abdullah, memberi isyarat agar tukar tempat. Tapi Abdullah menolak, ia duduk di tempat itu sebenarnya memberi ruang Barra agar bisa berdekatan dengan Faiz. Abdullah tahu jika Barra menyukai Faiz.

Chana pun akhirnya diam menarik kursi dengan wajah masam.

Bibi datang tergopoh-gopoh sembari membawa masakan. Membelah tempat duduk antara Chana dengan Abdullah meletakkan nasi goreng di atas meja.

"Loh, kenapa hanya nasi goreng." protes Chana lagi-lagi marah dengan bibi.

"Maaf Nyonya" bibi mengatakan hanya nasi goreng lah yang cepat matang.

"Sudahlah, makan saja apa yang dibuat bibi, tinggal makan saja banyak aturan." Barra membela bibi, melempar tatapan sinis ke wajah Chana. "Bi,yang penting jangan lupa sayur katuk" titah Barra.

"Sebentar Tuan, saya ambil." bibi kembali ke dapur ambil sayur katuk yang sudah dia masak. Karena sayur tersebut mudah dibuat.

"Ngantuk Barra, masa sarapan nasi goreng" Chana kesal. Biasanya di meja makan banyak menu walaupun sarapan. Ia melirik Faiz jengkel, hanya Faiz terus yang Barra perhatikan.

"Ngantuk ya tidur, memang Anda ini mau kemana? Bekerja menjadi sekretaris? Hah, sudah tidak laku." Barra memukul Chana dengan sindiran-sindiran.

"Sudah Bang, kita sarapan" Abdullah melerai Barra. Ia bingung, biasanya Barra tidak pernah menyahut ucapan Chana yang memang membuat yang mendengar darah tinggi, tapi entah mengapa sejak malam tadi, Barra selalu melawan.

Barra akhirnya membalik piring mengisi satu centong nasi goreng lalu makan. Faiz yang duduk di sebelah Barra merasa ngeri, karena sejak kemarin tuanya itu selalu marah-marah.

"Faiz, cepat kamu makan, nanti si kembar keburu bangun" Barra memperhatikan Faiz yang bengong angkat bicara.

"Baik Tuan" Faiz semangat menyendok nasi goreng, karena masakan ini menu andalan. Jika di rumah pun sering memasak walaupun tidak jarang wadah nasi goreng tersebut dibanting Ahsan hingga hancur. Lantaran mantan suaminya tidak suka masakan itu. Dan ternyata di rumah ini pun mendengar keributan hanya gara-gara makanan yang sebenarnya disukai banyak orang. Faiz melirik Chana yang pada akhirnya ikut sarapan bahkan sampai nambah. Faiz mengulum senyum, kadang ada orang yang munafik bilang tidak suka tapi sebenarnya hanya gengsi.

"Kenapa kamu cengar cengir" Chana rupanya tahu jika Faiz tersenyum. Ucapkan Chana membuat Barra dan Abdullah yang sedang menikmati nasi pun menoleh.

"Tidak apa-apa Nyonya, nasinya enak."

Drama di meja makan pun selesai, karena semua fokus ke makanan di piring, walaupun ribut-ribut toh ludes juga.

Abdullah pamit meninggalkan meja makan lebih dulu, karena akan segera berangkat ke kantor. Hanya tinggal tiga orang di meja makan. Faiz pun ikut berdiri hendak ke kamar agar Dilla gantian sarapan.

"Sebentar Faiz" Barra minta Faiz duduk kembali, sepertinya ada hal penting yang akan dia bicarakan. "Rohman dan Rohim sudah empat puluh hari, tapi belum aqiqah, bagaimana kalau kita adakan hari minggu?" Tanya Barra, mengajak berunding Faiz seperti dengan istri saja.

"Bagus Tuan" Faiz sebenarnya ingin mengatakan tentang aqiqah sejak tiba di rumah ini, tapi ia takut dianggap lancang.

"Lalu rencananya kita akan bagikan ke mana?" Barra minta pendapat, daging kambing empat ekor tentu lumayan banyak.

"Di yayasan yatim piatu saja Tuan." Faiz memilih membagikan ke anak-anak tersebut karena mereka lebih membutuhkan.

"Ide kamu bagus, Faiz" Barra pun setuju.

"Kenapa kamu lebih memilih berunding dengan pembantu Barra, aku ini Mama kamu" Chana tiba-tiba nyolot, dia marah merasa tidak dianggap.

"Tidak ada urusan dengan kamu, Mama saya sudah meninggal, dan itu gara-gara kamu. Jadi kamu jangan mengaku-ngaku Mama saya. Ngerti!" Barra pun beranjak meninggalkan meja makan.

Faiz tercengang mendengar kata-kata Barra, menyebut nyonya Chana 'kamu-kamu dan kamu. Tetapi ia tidak mau ikut campur ingin melanjutkan ke kamar.

"Heh! Faiz. Jangan mentang-mentang kamu dekat dengan Barra lantas ngelunjak. Sikap Barra begitu sama saya pasti gara-gara pengaruh buruk kamu agar melawan saya bukan? Selama kamu tinggal di rumah ini saya jadi sering ribut dengan Barra."

...~Bersambung~...

1
Nur Hidayah
Lama2 Barra juga ada hati ama Faiz 😁
Nur Hidayah
Chana Chana 😠😠
Nur Hidayah
Yg sabar Faiz 😭
Nur Hidayah
Sabar dulu Faiz 😢
ahyuun.e
mata mu barra serahin ke Allah, kasian istrimu udah ke susahan begitu sampe ga sempet ngerawat diri, knp sih ada laki" model barra ini hidup dan bnyak lagi 😂
Maryami
nampaknya aku dah baca ini novel
ahyuun.e
mau maunya si barra nampung orang yg udah buat ibunya menderita lahir batin klo aku udah tak usir jdi glandnagan dia
Nur Hidayah
Sabar Faizah 😢
Nur Hidayah
Sabar ya Faziah 😢
Ruk Mini
mengharukan biru..tq thorr suguhan yg sgt epik, semangat trs berkarya, 🙏👍👍👍
Eka Novariani
ihhh... betul2 ga tau malu ya di Chana ini.... pengen banget meremasnya...😡
Eka Novariani
good job Faiz... perempuan ga tau malu mmg harus digitukan...
Siti Aminah
ceritanya bagus thor
Eka Novariani
gara2 ibumu Faiz... makanya kamu diletakkan di panti asuhan..
Eka Novariani
pasti ada sebabnya Faiz... dengarkan dl ceritanya...
Bahari Sandra Puspita
ceritanya bagus kak..
suka bacanya, alurnya jelas, gak muter2..
konfliknya jg gak terlalu berat, penyelesaiannya jg gak bertele-tele..
dan yg paling penting, finally happy ending..
(kecuali Alesha deh kayaknya, semoga dia bisa berubah setelah keluar dari penjara)
dan buat Dilla, segera meluncur ke sana..

makasih kakak, udah buat cerita yg bagus..
semoga selalu diberi kesehatan..
tetap semangat berkarya dan semoga sukses selalu..
🙏🏻💪🏻😘🥰😍🤩💕💕💕
Buna Seta: Aku terharu 😭 Terima kasih 🙏❤
total 1 replies
Sastri Dalila
👍👍👍
Rahmat
ternyata memelihara rubah berwujud manusia ckckck
Opung Nava
habis uang tp persoalan blm jaln
Opung Nava
hati2 alesaseperti kamu mn bisa lawan Barra nati kau gigit jari lm2stres sendiri Barra dilawan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!