Takdir membawaku dalam keadaan yang sungguh tak kuduga akan terjadi.
Widuri Lidyaningrum terpaksa menerima tawaran dari mantan kekasihnya bernama Bisma Arya Mahendra untuk menjadi simpanannya. Semua dilakukan Widuri demi menolong kakak kandungnya bernama Alamsyah agar tak dipenjara.
"Akan kubuat hidupmu menderita seperti di neraka, Wid. Kakakmu sudah membuat Vivian keguguran. Calon bayiku meninggal dan Vivian lumpuh. Karir serta mimpi Vivian hancur!" geram Bisma dalam hati.
Benci dan cinta bercampur dalam pekatnya permainan takdir keduanya.
"Sampai kapan aku harus jadi simpananmu?" tanya Widuri.
"Sampai aku benar-benar membuangmu dari muka bumi ini. Selamanya," jawab Bisma dengan raut wajah yang terlihat jelas kilat penuh amarah kebencian mendalam pada Widuri.
Bagaimana kehidupan Widuri menjadi wanita simpanan dari mantan kekasihnya yang sudah beristri?
Widuri dan Bisma juga melakukan sebuah pernikahan rahasia yang tidak diketahui oleh siapapun.
Bagian dari novel : Bening🍁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 - Mengigau
Bisma tak menjawab apapun pertanyaan Widuri yang sepertinya tengah berhalusinasi alias mengigau. Namun Bisma membalas pelukan Widuri, bahkan telapak tangannya mengelus lembut punggung Widuri.
"Aku mencintaimu, Mas Bisma. Sangat," gumam Widuri dengan suara lirih.
Bisma pun terpaku mendengar ungkapan cinta Widuri padanya. Ia sedikit melirik ke arah wajah Widuri yang seakan masih nyaman berada di alam bawah sadarnya, namun bibirnya terus berceloteh.
"Aku tak pernah berselingkuh atau tidur dengan Kak Erlan seperti yang kamu kira. Percayalah padaku," ucap Widuri terdengar sendu.
Bibir Widuri tanpa jeda mengeluarkan segala unek-unek di hatinya. Kala Bisma marah besar padanya lima tahun yang lalu perihal bukti-bukti yang didapat lelaki itu. Hingga berakhir putusnya jalinan cinta mereka secara sepihak di mana Bisma tak mau mendengar penjelasannya.
"Aku tak serendah itu, Mas. Aku bukan wanita murahan," gumam Widuri lirih terdengar sendu.
Bahkan di alam bawah sadarnya, air mata pun pada akhirnya keluar menetes membasahi pipi cantiknya. Tak berselang lama, gumamam Widuri perlahan berganti suara dengkuran halus. Terlelap.
Setelah itu, Bisma melepaskan pelukan Widuri yang memang sudah mengendur. Dengan penuh kelembutan, ia tata selimut serta bantal agar Widuri tidur lebih nyenyak dan nyaman.
Cup...
Seketika Bisma mendaratkan bibirnya di kening Widuri yang sudah terlelap. Bahkan jari-jemari Bisma juga merapikan rambut Widuri yang terjatuh menutupi wajah cantik itu.
"Selamat tidur, Sayang." Batin Bisma.
Tak lama rasa kantuk menyergap dirinya. Bisma pun ikut terlelap menyusul Widuri ke alam mimpi.
☘️☘️
Keesokan harinya.
Jam saat ini menunjukkan pukul lima pagi, Bisma terbangun lebih dahulu. Kedua matanya perlahan terbuka. Tiba-tiba pupil matanya terkejut setelah melihat kondisi tidurnya saat ini yang sungguh belang_sak alias tidak karuan.
"Astaga, bagaimana bisa bibirku nyasar ke area terlarang ini? Haissh !!" gerutu Bisma dalam hatinya.
Tidur belang_sak yang terjadi ketika Bisma terbangun yakni bibirnya mendadak mirip seperti bayi yang tengah meminum sumber kehidupan pada pucuk mahoni kembar milik Widuri yang entah bagaimana aset berharga tersebut bisa keluar dari baju tidurnya.
Bisma segera memasukkan kembali salah satu mahoni kembar Widuri yang tadi sempat keluar dari bajunya, lalu merapikannya seolah tak terjadi sesuatu. Bisma juga mengangkat kakinya dari tubuh Widuri yang tanpa sadar ia dekap hangat.
"Untung dia belum bangun. Gawat kalau sampai dikira aku gre_pe - gre_pe tanpa izin," batin Bisma.
Saat Bisma sudah terbangun dan hendak pergi ke kamar mandi, mendadak urung setelah telinganya mendengar suara Widuri menyapanya.
"Mas Bis_ma," sapa Widuri dengan suara terbata-bata.
Deg...
Bisma seketika mematung dalam kondisi masih terduduk di atas ranjang dengan kaki sudah menjuntai ke lantai. Bahkan ia sudah memakai sandal rumahannya, namun tak jadi melangkah.
"Kamu sudah bangun?" balas Bisma seraya menoleh ke arah Widuri.
"Ini beneran Mas Bisma?" Widuri seakan masih tak percaya sepagi ini Bisma sudah ada bersamanya.
"Memangnya aku punya kembaran atau kloningan!" omel Bisma.
Senyum seketika terbit di wajah Widuri mendengar Bisma mengomel padanya. Artinya, ia tidak sedang bermimpi pagi ini.
Saking senangnya, Widuri mendadak menerjang tubuh Bisma yang masih kondisi setengah duduk di ranjang. Berniat ingin memeluk, namun justru kebablasan.
Seakan pagi ini melihat Bisma bersamanya menjadi mood booster tersendiri bagi Widuri. Alhasil tenaganya yang semalam lesu karena merasa Bisma tak hadir ke apartemennya, mendadak on fire. Bagaikan baterai ponsel yang telah diisi daya penuh hingga seratus persen.
Grepp...
Bisma yang terkejut akan terjangan dadakan dari Widuri, tak mampu menjaga ketahanan tubuhnya sendiri. Justru kini Bisma berada di bawah kung_kungan daksa Widuri.
Jangan ditanya kondisi jantung Bisma kali ini. Berdegup sangat kencang.
"Selamat ulang tahun, Mas Bisma."
"Hem,"
Cup...
Widuri mencium sekilas pipi Bisma tanpa basa-basi. Tentu hal ini membuat jantung Bisma semakin tak karuan degupnya. Walaupun sejatinya rasa kecewa dan marah pada Widuri masih timbul tenggelam di hatinya. Namun pagi ini seakan rasa cintanya yang lebih mendominasi.
Seketika Widuri tersadar akan posisi tubuhnya saat ini yang berada di atas Bisma. Mendadak ia merasakan sesuatu di bawah sana yang seakan perlahan bergerak dan terasa keras seperti kayu panjang. Tentu Widuri tau benda apa tersebut.
Semburat merah mendadak muncul di wajah Widuri. Ia langsung menyingkir dari tubuh Bisma detik itu juga.
"Maaf, Mas. Aku terlalu melampaui batasan," cicit Widuri seraya tersipu malu.
Namun Widuri benar-benar tulus meminta maaf pada Bisma atas tindakannya barusan. Khawatir membuat Bisma marah padanya yang dianggap kurang ajar karena hanya sebatas wanita simpanan.
"Ah, tidak apa."
Bisma dan Widuri kini sudah duduk di atas ranjang dalam kondisi kaki menyentuh lantai kamar.
Widuri baru menyadari jika dirinya tidak berada di kamarnya melainkan kamar utama. Seingatnya, semalaman ia masih menunggu kedatangan Bisma hingga ketiduran di sofa ruang tamu.
"Apa Mas Bisma yang gendong aku ke kamar?"
"Ya iya aku. Memangnya se_tan!"
Widuri sama sekali tak marah melihat Bisma mengomel seperti ini padanya. Lima tahun berpacaran dengan Bisma, ia cukup paham karakter mantan kekasihnya itu.
"Maaf jika aku lancang. Apa boleh aku panggil Mas Bisma jika kita hanya berdua, bukan sekedar nama saja?" pinta Widuri.
"Terserah kamu!"
"Kenapa semalam Mas Bisma enggak bangunin aku?" tanya Widuri dengan nada suara sedikit melayangkan protes. "Kan kita bisa tiup lilin bersama," imbuhnya.
"Kamu m0lor udah kayak ke_bo kena sun_tik obat bius. Ngapain aku bangunin. Takutnya malah tantrum gak jelas malam-malam!" desis Bisma.
"Mas Bisma yang sering tantrum, bukan aku. Wlekk..." Widuri balas meledek Bisma seraya menjulurkan lidahnya. Bergegas Widuri kabur dari kamar utama menuju dapur, khawatir Bisma beneran tantrum.
Nyatanya, Bisma justru terkekeh sendiri setelah melihat Widuri yang tertawa lepas pagi ini.
☘️☘️
Kring...
Ponsel Bisma berbunyi menandakan ada panggilan masuk untuknya. Ia pun segera melihatnya. Senyum seketika terbit di wajahnya ketika melihat siapa yang menghubunginya pagi ini.
"Selamat pagi, Ibunda Kanjeng Ratu Bening Putri Prasetyo. Di sini dengan Bisma Arya Mahendra, pria paling tampan sedunia. Ada yang bisa saya bantu, duhai wanita tercantikku di dunia?" goda Bisma menyapa sang ibu di sambungan telepon.
"Ngapain kamu pagi-pagi gombalin istriku? Cari mati!" sahut Arjuna.
"Loh, piye toh iki. Nomor Mama kenapa jadi ada suara Pak Komandan tua?" balas Bisma.
"Enak saja Pak Komandan tua! Gini-gini Papa masih sanggup bikin adik buatmu,"
"Bikin terus tapi gak pernah jadi-jadi tuh adonannya. Udah turun mesin ya, Pak Komandan. Ngaku saja deh," Bisma semakin meledek ayahnya.
Terdengar suara Bening terkikik geli di belakangnya.
"Sini Pa, teleponnya. Aku mau bicara sama Bisma," pinta Bening seraya mengambil ponsel di tangan sang suami.
"Kalau ada kirim paket ke Mars, tolong Mama segera kirim putra bungsumu itu ke sana!" pinta Arjuna pada Bening.
"Jangan dong, Pa. Dulu kita bikin dia susah-susah, masa dilempar ke Mars begitu saja!"
"Ngeselin banget, tapi aku sayang. Huft !!" keluh Arjuna.
"Katanya Papa mau ke kamar mandi," ucap Bening seraya mengingatkan suaminya.
"Jangan ditutup teleponnya. Aku nanti masih mau bicara sama anak bungsumu yang nakal itu!"
"Iya. Buruan ke kamar mandinya daripada Papa ng0mpol. Hehe..."
"Anterin, Ma."
"Jangan mulai k0lokan deh, Pa."
Arjuna mengerucutkan bibirnya pada Bening, lalu ia berjalan masuk ke kamar mandi.
"Halo, Bisma."
"Iya, Ma. Aku masih di sini. Pagi-pagi sudah mendengar polusi udara cinta lansia bengek," ledek Bisma sengaja menggoda orang tuanya.
"Selamat ulang tahun, Nak."
"Iya, Ma."
"Semoga kamu selalu diberi kelimpahan sehat dan bahagia. Doa khusus dari Mama pada Tuhan, semoga segera hadir Bisma junior. Aamiin..."
Hati Bisma seketika mencelos usai mendengar doa serta harapan sang ibu padanya, tepat di hari ulang tahunnya kali ini.
Tiba-tiba terdengar suara Widuri dari arah dapur yang memanggil Bisma. Secara kebetulan pintu kamar utama masih dalam kondisi setengah terbuka.
"Mas Bisma, ayo sarapan. Aku udah hangatkan opor ayam kesukaanmu sekalian tiup lilin dan potong kue tartnya!" panggil Widuri dengan nada suara yang sedikit naik satu oktaf agar Bisma yang masih berada di dalam kamar utama bisa mendengarnya.
Widuri tak tau jika Bisma sedang berbicara di sambungan telepon dengan keluarganya. Widuri pikir Bisma sedang berganti baju di kamar utama.
"Suara siapa itu, Bis? Sepertinya bukan suara Vivian. Kamu sekarang ada di mana?" cecar Bening tiba-tiba.
Deg...
Bersambung...
🍁🍁🍁