NovelToon NovelToon
Demi Semua Yang Bernafas

Demi Semua Yang Bernafas

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Kelahiran kembali menjadi kuat / Budidaya dan Peningkatan / Perperangan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Ilmu Kanuragan
Popularitas:7.9k
Nilai: 5
Nama Author: Babah Elfathar

Kisah Seorang Buruh kasar yang ternyata lupa ingatan, aslinya dia adalah orang terkuat di sebuah organisasi rahasia penjaga umat manusia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Babah Elfathar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33

Bab 33

Setelah menutup pintu warnet, Vela menunjuk pada mobil yang diparkir di sebelahnya dan berkata,

“Cepat masuk ke mobil. Aku akan mengajakmu makan makanan yang lezat.”

Mata Rangga berbinar-binar menandakan kegembiraannya. Ia sudah lapar dan tidak sabar untuk makan.

Vela menyalakan mesin mobil dan mulai menyetir. Tidak lama kemudian, Rangga merasa mengenali bangunan-bangunan di sekitarnya. Ia menatap keluar jendela lagi dengan saksama—ternyata mereka berada di dekat Komplek Pondok Indah.

Selama ini, selain makan sarapan di luar, Rangga jarang sekali pergi makan ke restoran.

Liana dan ibunya, Miriam, juga tidak pernah mengajaknya. Menurut mereka, itu hal yang memalukan bagi keluarga mereka.

Ia hanya pernah makan di restoran saat Tahun Baru. Jadi, Rangga benar-benar tidak tahu restoran apa yang ada di sekitar Komplek Pondok Indah.

Tak lama, Vela menghentikan mobilnya di depan gerbang kompleks.

“Makanan yang kamu maksud ada di dalam kompleks ini?” tanya Rangga heran.

“Bukan, ada sesuatu yang terjadi di depan,” jawab Vela.

Rangga melihat ke arah pintu masuk kompleks. Saat ini, sudah ada banyak orang berkumpul di sana.

Di depan gerbang kompleks, sebuah mobil mewah berhenti. Di depan mobil itu, seorang wanita cantik sedang berusaha menarik seorang pria agar masuk ke dalam mobil.

Akibatnya, kendaraan lain tak bisa lewat untuk sementara waktu.

“Rafael Voss?” Vela mengerutkan kening.

Rangga juga langsung mengenali dua orang itu. Pria itu adalah Rafael, dan wanita yang menyeretnya adalah Liana. Rambut wanita itu berantakan, air matanya terus mengalir tanpa henti.

“Si Rafael pasti mempermainkan wanita lagi,” ujar Vela dengan yakin.

Hati Rangga tetap tenang saat melihat Liana yang tampak menyedihkan itu. Vela menurunkan kaca jendela agar bisa mendengar dengan lebih jelas.

“Rafael, kamu tidak bisa memperlakukanku seperti ini! Kamu tidak boleh meninggalkanku!” teriak Liana sambil menangis.

“Kamu yang mengejarku lebih dulu. Aku bahkan menceraikan Rangga demi kamu. Aku tidak punya apa-apa sekarang, kamu tidak boleh meninggalkanku begitu saja!”

Vela tertegun mendengarnya, lalu menatap Rangga. “Wanita itu menyebut namamu, ya?”

Rangga mengangguk pelan. “Ya. Dia mantan istriku. Kami bercerai beberapa hari lalu.”

Vela menatap Rangga tanpa sadar, tercengang.

“Ya, aku tahu dia berselingkuh dengan pria lain. Aku menikahinya juga bukan karena keinginanku. Selama tiga tahun kami menikah, aku bahkan tidak pernah menyentuh tangannya,” ujar Rangga datar.

“Haha… mana mungkin,” Vela tertawa kecil, jelas tidak percaya.

Rangga tidak berusaha menjelaskan. Ia hanya menatap adegan di depan mereka.

“Memang aku yang mengejarmu dulu, tapi bukankah kamu cuek waktu itu?” suara Rafael terdengar keras. “Setelah kamu lihat aku datang dengan mobil sport, barulah kamu berubah sikap. Kita sudah putus. Keluargaku tidak setuju dengan hubungan ini. Jadi berhenti menggangguku!”

Ia berusaha menarik lengannya dari genggaman Liana.

“Tidak! Kamu tidak boleh memutuskanku!” jerit Liana semakin histeris.

Rafael mengertakkan gigi, “Kamu cuma peduli uang! Jangan pura-pura bodoh. Aku sudah memberimu banyak tas mahal, barang-barang ibumu juga. Totalnya lebih dari dua ratus juta. Itu cukup!”

Semakin banyak orang datang menonton. Ekspresi Rafael sudah tidak sabar. Ia mendorong Liana dengan kasar. Wanita itu jatuh ke tanah, tersungkur.

Vela spontan mengerutkan kening. “Si Rafael benar-benar brengsek!” katanya.

“Apakah kamu tidak akan menolongnya?”

Rangga menggeleng. “Dia sudah bukan siapa-siapaku. Pernikahan kami adalah kesalahan besar.”

Setelah mendorong Liana, Rafael merapikan jasnya dan membentak orang-orang, “Apa yang kalian lihat?! Jangan ikut campur urusan orang lain!”

Ia menatap Liana dingin. Dalam hatinya, ia kesal karena belum sempat “menikmati” wanita itu, tapi sudah ingin putus.

Kerumunan mulai berbisik.

“Kasihan sekali wanita itu.”

“Pria-pria kaya sekarang memang seenaknya.”

Namun seorang satpam di gerbang tiba-tiba bersuara, “Kalian pikir wanita itu baik? Mantan suaminya tinggal di kompleks ini juga. Pria sederhana, kerja di proyek bangunan. Wanita ini meninggalkannya demi pria kaya!”

Satpam itu menambahkan, “Aku sendiri pernah melihat mereka berdebat di depan gerbang. Ibunya dan wanita itu mengusir suaminya waktu itu.”

“Kalau begitu, pantas saja dia diperlakukan seperti itu,” kata seseorang.

Rangga yang duduk di dalam mobil mendengar semuanya. Ya, ia memang pernah bertengkar dengan Miriam di depan kompleks. Tapi tak menyangka, satpam itu masih mengingat kejadian itu.

Liana duduk di tanah, menangis tersedu-sedu.

Rafael tak peduli lagi. Ia masuk ke mobil dan tancap gas, meninggalkan tempat itu.

Vela menatap wanita yang masih di tanah. “Kamu benar-benar tidak akan membantunya?”

“Mari kita pergi. Jadi, kita makan apa?” jawab Rangga tenang.

“Kamu benar-benar kejam. Bagaimanapun, dia pernah jadi istrimu,” kata Vela kesal.

“Kalau kamu tahu bagaimana keluarganya memperlakukan aku saat menikah dengannya, kamu tak akan bilang begitu,” ujar Rangga. “Ayo, pergi.”

Vela terdiam, lalu menekan pedal gas. Mobil bergerak pelan melewati gerbang kompleks yang mulai sepi.

Rangga duduk tanpa menoleh sedikit pun. Tapi Liana, yang masih duduk di tanah, melihat ke arah mobil itu tanpa sengaja. Matanya membulat.

Ia melihat Rangga dan Vela di dalam mobil.

Setelah perceraian, Liana yakin hidupnya akan lebih baik—menikahi Rafael, hidup kaya, dan bahagia. Sementara Rangga, pikirnya, akan tetap jadi buruh bangunan.

Namun semuanya berbalik. Rafael meninggalkannya, sementara Rangga justru menjadi pria sukses, pemilik perusahaan, dikelilingi wanita-wanita cantik.

Rasa tidak rela menusuk hatinya. Ia berdiri perlahan, merapikan rambutnya, lalu berjalan masuk ke kompleks dengan langkah gontai.

Vela menepikan mobil di pinggir jalan, lalu keluar dan mengajak Rangga berjalan ke gang kecil di sebelah.

“Apakah ada tempat makan di dalam gang ini?” tanya Rangga heran. “Jangan-jangan kamu mau menculikku?”

“Bagaimana mungkin! Aku tidak tertarik pada pria yang sudah pernah menikah!” seru Vela kesal.

“Tempat ini milik mantan kepala koki Hotel Marquess. Kepala koki di sana sekarang adalah muridnya. Setelah pensiun, dia buka usaha kecil di rumah. Tapi karena usianya dan tangannya cedera, dia hanya masak sedikit setiap hari,” jelas Vela.

“Aku ajak kamu ke sini untuk coba peruntungan. Belum tentu kita kebagian.”

Rangga mengangguk, mulai penasaran. Makanan Hotel Marquess memang terkenal lezat. Mereka berjalan melewati beberapa gang sampai tiba di halaman kecil.

Halaman itu sederhana, ada beberapa meja kayu tapi bersih. Beberapa orang sedang makan di sana.

“Windy! Kamu juga di sini?” seru Vela tiba-tiba.

Orang-orang di halaman itu menoleh. Ada Windy Syam, Gadis, dan Dika.

Windy melihat ke arah mereka dengan heran. “Vela, kenapa kamu bersama Rangga?”

Gadis menatap keduanya dengan ekspresi datar, tapi Dika, yang berdiri di sebelahnya, mendengus sinis.

“Bertemu lagi rupanya…” ucapnya dingin.

Lalu Dika mengeluarkan ponselnya, membuka pesan, mengetik cepat pada Elang Dirgantara:

“Rangga ada di sini.”

Bersambung

1
・゚・ Mitchi ・゚・
mampir thor..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!