NovelToon NovelToon
Nobis

Nobis

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Komedi / Tamat
Popularitas:11.9M
Nilai: 5
Nama Author: Anna

(Proses Revisi) Kaisar adalah salah satu gelar penguasa monarki, kedudukannya bahkan lebih tinggi dari seorang raja. Namun, Kaisar Wira Atmadja adalah penguasa kegelapan di muka bumi ini. Sebut saja, berkelahi, mabuk-mabukan, dan seks bebas. Itu semua sudah menjadi kebiasaannya.

Status sebagai cucu pemilik yayasan membuat Kai sangat ditakuti di sekolah. Siapapun yang mengganggu kesenangannya, dia yakin orang itu tidak akan selamat.

Kai tumbuh dewasa tanpa cinta. Baginya hidup ini hanya miliknya. Tidak peduli pada ayah, ibu ataupun teman-temannya. Kai hanya mencintai dirinya sendiri.

Namun... semua itu berubah saat seorang gadis kutu buku bernama Krystal menciumnya di tengah lapangan.

"Jadi pacar aku."

Adakah yang lebih mengerikan daripada menjadi kekasih seorang Kaisar Wira Atmadja?

Bagaimana caramu untuk merubah Iblis, menjadi Malaikat?

Non Nobis Solum

Kita diciptakan tidak untuk diri kita sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Peduli

NOBIS

Chap 28

Kai tidak pernah berpikir jika dia akan memasuki ruangan dimana tempat itu adalah hal terakhir yang ingin dia kunjungi. Jika bukan karena sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh Ayahnya, Kai akan berpikir ribuan kali untuk menginjakan kakinya ke dalam ruangan ini.

Dalam hidupnya ada beberapa tempat yang sangat Kai hindari, yaitu tempat dimana dia bisa bertemu dengan sang ayah. Namun, kali ini Kai harus mematahkan prinsipnya itu, karena hanya seorang Kevin Wira Atmadja yang dapat membantu dirinya saat ini.

Begitupun Kevin, lelaki itu menatap heran ke arah anaknya yang kini sedang berdiri di depan meja kerjanya. Pasalnya, Kai tidak pernah sekalipun datang berkunjung ke gedung perusahaan ini, bahkan jika anak lelakinya itu membutuhkan sesuatu.

"Kenapa kamu?" Kevin bertanya dengan nada dingin tanpa mengalihkan pandangannya dari beberapa dokumen yang berada di atas meja.

"Saya butuh bantuan papa." Jawab Kai.

Kevin berdecak pelan, lalu tersenyum miring seolah sedang meremehkan anaknya. "Masalah apalagi yang kamu buat?" Dia menutup satu dokumen dan beralih menatap Kai yang berada di depannya. "Berantem? Mukulin orang? Balapan liar?"

Kai menggeram dalam hati. Tidak bisakan ayahnya berpikiran baik tetangnya, setidaknya sekali saja. Apapun yang dia lakukan akan selalu terlihat buruk di mata Kevin, tidak peduli jika itu sesuatu yang baik sekalipun.

"Saya mau papa menjadi Donatur di salah satu panti asuhan." Sahut Kai tegas.

Dengan dahi berkerut, Kevin menatap anaknya yang terlihat serius atas ucapannya itu. Adalah permintaan pertama Kai setelah dia tumbuh dewasa, baru kali ini Kevin melihat Kai meminta padanya dengan wajah serius, seolah hanya dirinya yang mampu memenuhi kemauan Kai.

"Apa yang bisa papa dapat dari kamu?" Tawar Kevin.

"Saya akan menuruti semua kemauan Papa."

"Sekalipun itu harus pulang ke rumah?"

Kai terdiam. Tidak terlalu terkejut dengan permintaan ayahnya, bahkan dia sudah menyiapkan hal terburuk sekalipun dari sekedar permintaan itu. Kai tahu, sang ayah tidak akan memberikan apa yang dia minta secara cuma-cuma.

Lantas Kai Memejamkan matanya, lalu menghela napas pelan. "Iya."

• • •

Krystal meneliti selembar kertas yang berisikan jawaban dari soal yang dia berikan untuk dikerjakan oleh Kai, sesekali matanya mencuri pandang pada sosok Kai yang kini sedang duduk di depannya dengan sebuah handphone di tangan.

Rasanya sangat gugup untuk berhadapan dengan Kai setelah kejadian di panti tempo hari. Dia masih mengingat dengan jelas semuanya, saat dirinya menutup mata erat, mencoba menetralkan dentuman jantungnya yang tidak beraturan. Ketika itu juga dia bisa merasakan hembusan napas Kai yang menerpa wajahnya.

Namun, saat dirinya mulai pasrah dengan apa yang akan lakukan Kai padanya, cowok itu tiba-tiba membisikan sesuatu yang membuat pipinya merona.

"Nggak usah tutup mata, gue nggak mau nyium lo."

Krystal dengan cepat membuka matanya, mengerjap pelan sambil menatap wajah Kai yang tersenyun miring di depannya. Dia tau, Kai hanya mencoba untuk mengerjainya karena setelah kalimat itu terlontar, kekehan yang terdengar penuh ejekan.

"Kenapa lo?"

"Hah?" Krystal terkesiap, mendongak ke arah Kai. Jantungnya kembali berdebar kencang, mendadak tubuhnya menegang.

"Kenapa lo ngeliatin gue?" Tanya Kai lagi.

"E-nggak." Krystal menunduk, menenggelamkan wajahnya lebih dalam pada selembar kertas yang ada di tangannya.

Kenapa dia jadi salah tingkah?

Pipi Krystal memerah, entah karena udara di ruangan kelas itu yang terasa panas, atau karena efek dari debaran jantung Krystal yang menggila. Rona merah itu membuat wajah Krystal terlihat menggemaskan. Tanpa sadar Kai ingin sekali untuk menyentuh itu. Jadi, kini dia mulai mencondongkan tubuhnya, lalu mengangkat tangannya dan mengusap pipi Krystal pelan.

Cewek itu tentu terkejut dan mengerjap kecil. Sapuan halus di pipinya malah semakin membuat wajah Krystal menjadi semakin merah.

"Muka lo merah." Ujar Kai saat melihat Krystal bergerak gugup. "Lo sakit?"

"N-nggak kok ... aku nggak apa-apa, cuma kalo kegerahan suka kayak gini, jadi merah pipinya."

Kai masih mengusap pipi Krystal dengan punggung tangannya, Krystal pun tidak menghindar, dia membiarkan Kai melakukan itu karena kenyamanan yang tiba-tiba dia rasa.

"Lucu." Kai menatap matanya. "Muka lo lucu kalo lagi merah kayak gitu."

Krystal kemudian menyentuh pipi satunya, "aneh ya? Dari kecil udah kayak gini."

"Besok nggak usah belajar di kelas,"

"Kenapa?"

"Kasian gue ngeliat lo kepanasan kayak gitu." Balas Kai sambil menurunkan tangannya.

Krystal terkekeh, "nggak apa-apa kok, aku udah biasa."

"Di tempat kerja juga kayak gini?"

Krystal mengangguk, "iya, kerjaan aku kan nganter ayam pake sepedah. Pasti kena sinar matahari, terus kepanasan ya kayak gini."

Kai tertegun, jika biasanya semua gadis selalu berusaha menutup wajahnya agar tidak terkena sinar matahari, Krystal seolah tidak peduli.

Cewek itu kembali menunduk menatap lembar jawaban Kai yang berada di tangannya. Semua soal yang dikerjakan oleh Kai hasilnya benar semua, sebenarnya Krystal sudah yakin akan hal itu.

"Jawabannya benar semua." Krystal tersenyum menatap lembar jawaban itu. "Kamu tuh sebenernya pinter, cuma males aja buat belajar."

"Tanpa belajar juga gue udah pinter." Ujarnya percaya diri.

"Mau kamu sepinter apapun, kalo males dateng ke sekolah tetep aja kamu nggak akan naik kelas." Krystal menatap Kai lagi. "Kenapa sih kamu nggak suka masuk kelas?"

"Bosen," jawabnya santai. "Gue juga nggak ngedengerin tuh orang ngomong apa, percuma. Bawaannya gue pengen tidur mulu."

"Itu guru Kai."

"Bodo amat, gue nggak peduli."

Krystal menghela napas, "gini nih kalo sekolah cuma nyempit-nyempitin kantin, nggak peduli sama sekitarnya."

"Ngapain peduliin orang lain?!" Balasnya cuek.

Belum sempat Krystal menyaut, ponsel ketinggalan jamannya berdering. Nama Rekha tertera di atas layarnya.

"Hmm.. iya, Kha?"

"Hari ini kamu izin nggak masuk kerja? Kenapa?"

Krystal melirik Kai sekilas. "Nggak apa-apa kok, cuma ada sedikit masalah di panti."

"Mau aku bantu?"

"Nggak usah." Serobot Krystal langsung. "Nggak usah, aku nggak mau ngerepotin siapa-siapa."

Lagi, Krystal melirik ke arah Kai yang kini juga sedang menatap tajam ke arahnya.

"Ini nggak ngerepotin."

"Tapi bener nggak usah." Balas Krystal lagi.

"Kamu beneran nggak mau aku bantu?"

"Hm..." Krystal mengigit bibir bawahnya, gugup saat Kai melihat ke arahnya seolah dirinya sedang melakukan kesalahan di depan cowok itu. "Kha, aku tutup ya ... nanti aku kabarin lagi."

"Iya, kamu hati-hati."

"Hm.."

Krystal memasukan kembali ponsel ke dalam tas, lalu menatap Kai dengan ragu-ragu.

"Cowok kemarin?" Suara Kai yang terdengar dingin membuat Krystal hanya mampu menganggukan kepalanya. "Ngapain?"

"Tanya kenapa aku nggak masuk kerja," Krystal diam sesaat. "Dia juga bilang mau bantuin aku."

"Peduli banget sama lo,"

"Rekha memang seperti itu, bukan cuma sama aku, sama yang lain juga. Rekha itu baik, dia satu-satunya yang paling peduli sama aku." Ujar Krystal sambil tersenyum.

Kai mendelik, "Lo nggak nyadar?" Lalu berdiri dan menyampirkan tasnya. "Kemarin ngapain gue balik lagi buat nyamperin lo kalo bukan karena gue peduli sama lo!" Kesal Kai seraya berjalan meninggalkan Krystal.

Krystal berjengit kaget. Ada dua hal yang bersarang di pikirannya saat ini, kenapa Kai marah padanya? Lalu apa dia tidak salah dengar saat Kai mengatakan jika cowok itu peduli kepadanya?

Dia buru-buru merapihkan peralatan sekolahnya dan memasukan itu ke dalam tas. Lalu, dengan cepat dia berlari menyusul langkah Kai yang sudah lebih dulu pergi dari kelas itu.

Krystal dapat melihat tubuh Kai yang berbelok ke arah lorong kelas menuju parkiran sekolah, dengan napas yang memburu akibat berlari Krystal akhirnya berhasil meraih tangan Kai dan membuat cowok itu berbalik ke arahnya.

"Kenapa?" ucap Krystal sambil mengatur napasnya. "Aku salah bicara?"

"Gue kesel! Lo bilang cuma dia yang peduli sama lo!" Ketus Kai.

"Rekha?" Krystal menarik napasnya dalam, lalu menghembuskannya pelan. "Iya, maksud aku di antara teman kerja yang lain,

"Maaf kalo kamu tersinggung, aku nggak bermaksud buat bilang seperti itu." Krystal menghela, "aku nggak mungkin ngelupain rasa peduli kamu sama aku, Kai udah banyak bantu aku,

"Aku juga selalu bilang kan kalo Kai itu baik, walaupun banyak yang bilang Kai seperti Iblis, tapi di mata aku, Kai itu Malaikat yang selalu bantuin aku."

Mata mereka bertemu pada satu garis lurus. Kai bisa melihat ketulusan dari mata Krystal yang memandangnya. Di mata itu, Kai merasa tidak bisa untuk tidak menatapnya. Keteduhan yang terpancar membuat Kai meredakan kemarahannya.

"Kamu mau kan maafin aku, jangan marah ya?"

Apa yang bisa dilakukan seorang Kaisar saat melihat sorot mata penuh kepolosan itu sedang menatapnya sambil berkaca-kaca. Hanya sebatas itu mampu membuat Kai melupakan marahnya.

"Jangan natap gue kayak gitu," Kai menjauhkan tangan Krystal, membuat cewek itu merasa kosong dan bingung. "Gue nggak marah ... gue cuma laper, mau makan."

Lantas Kai berbalik dan melanjutkan langkahnya, namun merasa tidak ada langkah lain yang mengikutinya, Kai kemudian berbalik dan mendapati Krystal masih terdiam di tempatnya dengan pandangan kosong.

"Kenapa?" Teriak Kai.

"Kamu nyautnya kayak nggak ikhlas gitu." Krystal cemberut.

"Gue ikhlas ... ayo buru gue laper."

"Bo'ong."

Kai menggeleng frustasi. Sementara Krystal masih bergeming di tempatnya. Melihat itu justru membuat Kai kembali menghampirinya lalu menarik tangannya hingga membuat Krystal mau tak mau mengikuti langkah kakinya.

"Maafin nggak?" Krystal masih berusaha walau di tengah tarikan tangan Kai.

"Iya bawel."

• • •

"Lo serius mau balik?" Tanya Sean saat Kai sedang merapihkan beberapa pakaiannya ke dalam tas.

"Ada angin apa nih?" Sambar Chandra yang duduk di pinggiran kasur. "Lo lagi minta sesuatu sama bokap lo ya? Apaan? Mobil baru?"

"Gue gak perlu itu dari uang bokap." Kai menutup resleting tasnya.

"Terus apaan dong? Lo bakalan dicoret jadi ahli waris?" Tanya Chandra lagi yang masih penasaran.

"Gue cuma mau balik aja," Kai menyampirkan tasnya di pundak. "Sekali-kali jadi anak baik." Lalu kekehan kecil terdengar dari mulutnya.

"Tayi! Mana ada tampang lo jadi anak baik." Chandra menyeringai, "udah diapain lo sama Krystal sampe bisa nurut gitu? Dikasih apa?hm..hm?" Lanjutnya dengan nada meledek.

Kai memutar matanya, malas menanggapi pertanyaan tidak berbobot dari mulut Chandra. Lebih baik dia cepat-cepat keluar dari kamar itu.

"Lo minta bokap lo buat jadi Donatur panti asuhannya Krystal?" Tanya Sean tepat sasaran.

Tangan Kai yang sudah berada di handle pintu terhenti, kemudian dia membalikan tubuhnya menatap Sean yang berdiri di belakang. Wajahnya datar, namun menyiratkan sesuatu atas kebenaran ucapan Sean barusan.

"Tolong, muka monyet lo dikondisikan." Sean terkikik geli melihat ekspresi Kai saat ini.

"Jadi bener lo pulang ke rumah demi Krystal?" Sambar Chandra yang juga langsung tergelak. "*****, kayaknya ada yang kemakan omongannya sendiri nih."

"Jangan ngaco! Gue cuma mau bantu dia!" Kai melengos lalu memutar handle pintu, "dan mengingatkan lo berdua, gue ngelakuin ini juga karena syarat warisan dari Kakek." Lalu dia keluar dari kamar, cepat-cepat menghindari tatapan meledek dua temannya.

Sean dan Chandra saling bertatapan, tak lama kemudian mereka berdua tergelak kencang menertawakan kewarasan Kai saat ini.

"Kalo ini gue berani nih, lima ratus ribu. Kai udah jatuh cinta sama Krystal." Celetuk Sean.

• • •

Hai genks!! ... terima kasih sudah membaca cerita ini.

Jangan lupa ya tekan Like, dan beri komentar. Kalau kalian suka dengan cerita yang aku buat, tolong beri rating bintang lima nya yaa..

terima kasih buat kalian yang sudah mendukung saya membuat cerita ini...

salam sayang,

anna ❤

1
scoup
kerenn
Enny Na70
lagi rindu ma kai dan kristal, dh beberapa kalinya D baca👍👍👍
𝖕𝖆𝖜𝖆𝖓𝖌 𝖙𝖚𝖆𝖓 𝖐𝖎m🐯
baca ulang
Yanni Santoso
duh author aq nyesek banget ikutan nyesek baca bab ini
Air
Luar biasa
Yulie Anti
halo aku dari 2025😁 kangen sama kaisar
Feny Kurniawati: sama kakak...😀nyari2 judul e..wkwk...dan memang novel baru bikin bosen.wkwkw
total 1 replies
Shee
pokoknya wajib baca novel ini, bagus ceritanya kosa katanya mudah di pahami
Ningning
bikin baper😍
Nitya Pradnyani
Luar biasa
Ahla Nayla
kisah yg plg buat aq nyesek..krn crtanya gntung.. bca brkali² pun gk kan bosan
Aisyah Pratama
belum bisa move on dari nobis,,,
sdh tidak terhitung berapa kali sudah membacanya... keren banget ceritanya
rian silviani
ending nybikin patah hati banget ya ampun 😭
Murni Asih
ka Anna kata2 nya Jd bikin sy pengen SMA lg.....
bunga cinta
salah satu karya yang luar biasa
Azaria Dwi
Luar biasa
Jeissi
kevin terlalu pengecut
Julia Rosdiana Dewi
Luar biasa
Neng Raishanum
Lumayan
Neng Raishanum
Biasa
Niaq HabibieShop
baru mampir dan ceritanya seenak ini😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!