Siapa yang menyangka permohonan yang berada di ujung nyawanya terkabulkan. Arum, gadis cantik yang merupakan salah satu gundik gubernur jenderal Belanda kembali ke masa lalu.
"Aku tidak mau mati dalam keadaan mengenaskan! Dicampakkan dan kehilangan anakku! Terlebih, kepada mereka!"
Mampukah Arum merubah masa depan nya? Apakah semuanya berjalan seperti yang diharapkan nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Nilam Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Menyukai Kegilaan ini
Pintu akhirnya tertutup rapat. Caroline dengan wajah angkuhnya menatap Arum yang sedang bersimpuh di hadapan nya. Wanita itu, wanita yang membuat hari-hari nya tidak tenang dan juga hatinya merasakan perasaan yang membuat nya tersiksa. Entah sampai kapan, suaminya selalu ingin dengan wanita ini.
Tapi dibalik itu, Caroline menepisnya sejenak. Tangannya sudah gatal untuk melayangkan cambuk pada Arum. Pada wanita dihadapannya ini, dia akan melihat wajah kesakitan dan juga suara rintihan karena rasa pedih akibat cambukan di tangannya.
"Kau harus tau Arum, dimana posisi mu. Hanya wanita yang menjadi p3muas suamiku. Kau harus tau diri! Rasanya aku tidak perlu lagi bicara, aku tidak tahan untuk mencambuk mu. Rasakan ini! Rasakan setiap cambukan yang akan kau ingat setiap saat, sehingga kau berpikir ulang untuk membuatku marah!" Caroline melayangkan cambuk itu, tapi dengan cepat Arum bergerak mengelak sehingga melesat.
"Kau!" Geram Caroline. Dia melakukannya lagi, tapi kembali melesat.
"Ayo nyonya, apa hanya itu kemampuan mu?" Arum tersenyum miring melihat nya.
"Kau! Hah! Hah! Hah! Hah!" Caroline seperti kes3tanan melayangkan cambuk agar mengenai tubuh Arum. Tapi nyatanya, tidak. Meksipun Arum tidak merubah posisinya, tapi dia mengelak, seolah tubuhnya lentur bukan main. Dan Caroline tidak suka dengan itu, dia semakin meradang.
"Arum! Rasakan ini! Aku akan membunuhmu!"
"Aku a-kan.... Me...."
"Akan apa nyonya?" Arum tersenyum tipis melihat Caroline yang kelelahan, napasnya tersengal-sengal dengan cambukan yang mulai meregang dari tangannya.
"Nyonya? Apa nyonya lelah? Aku sudah menghitung berapa cambukan yang melayang. Tapi, tampaknya tidak berhasil. Satupun melesat, aku tidak pindah tempat loh nyonya. Nyonya lihat kan?"
"Kau ..... Kau, kau ingin mempermainkan ku? Iya? Hah!" Caroline bangkit kembali seolah api yang ada dalam dirinya kembali membara.
"Kalau berani, dan tidak menggunakan cara licik dan permainan kata-kata mu itu! Maka jangan mengelak! Tetap disana!" Mata Carolina menyala memberikan ancaman pada Arum. Apakah itu berhasil?
"Baiklah nyonya. Aku lakukan." Caroline menyunggingkan senyumnya. Dia kembali mengumpulkan tenaga dan menyeret cambuk itu kembali.
"Ya, aku akan......"
"Tapi sayang sekali nyonya. Aku tidak mau, dan tidak merelakan kau menggores tubuh indah ku. Aku tidak suka. Nyonya terlihat sangat lelah, bagaimana kalau istirahat? Hmmmm?" Ujar Arum lembut.
Gigi Caroline sudah menggerutuk, tangannya bergetar, tangan kirinya mencoba membantu tangan kanannya yang menahan beban berat yang membuat cambuknya terhenti di tempat.
Arum menahan cambuk itu dengan tangannya. Pandangan keduanya bertemu dengan kilatan mata yang masing-masing memiliki makna yang menyiratkan hati mereka.
"Nyonya, kau sungguh lelah. Aku akan bantu nyonya beristirahat."
"Aggh!" Arum berhasil merebut cambuk itu dan membuat Caroline terjengkang. Dia bangkit dari posisinya dan mulai tersenyum jahat.
"Arum, kau.... Jangan berpikir untuk ....."
"Untuk mencambuk mu nyonya? Kenapa tidak? Sayang sekali, dia sudah dibawa kemari tapi tugasnya belum selesai. Nyonya sudah membuat kamarku berantakan, tapi tidak apa. Aku bisa bilang pada Tuan Frans. Dia akan mendengarkan ku, mendengarkan gundik nya ini."
"Arum..... Kau...." Caroline beringsut menjauh, dia melihat senyuman smirk Arum dengan cambuk di tangannya.
"Kenapa nyonya takut begitu? Aku hanya meniru yang nyonya lakukan tadi padaku saja. Apakah itu salah? Nyonya?"
"Aku peringatkan kau Arum! Kalau tubuhku tergores sedikit saja, Frans tidak akan memaafkan mu! Dia akan ..... Aghh!" Caroline berteriak saat layangan cambuk tepat disebelahnya.
"Arum, agghh!" Arum terus melayangkan cambuk dan itu tidak mengenai Caroline. Dia sengaja melakukan nya, dia hanya ingin melihat wajah ketakutan dari wanita itu.
"Lucy! Lucy! Lucy! Segera kemari! Pe-nja-ga.... Aghhh!"
"Ayo nyonya berteriak lebih keras lagi. Dari luar, tidak akan terdengar jelas. Karena mereka berpikir, aku yang berteriak."
"Kau gilaaaaaa!"
"Ya, dan aku menyukai nya. Menyukai kegilaan ini!"
"Arum! Tidakkk!"
Bersambung.....
Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiahnya ya terimakasih banyak 🥰🥰🥰