Kisah yang menceritakan tentang keteguhan hati seorang gadis sederhana, yang bernama Hanindya ningrum (24 tahun) dalam menghadapi kemelut rumah tangga, yang dibinanya bersama sang suami Albert kenan Alfarizi (31 tahun)
Mereka pasangan. Akan tetapi, selalu bersikap seperti orang asing.
Bahkan, pria itu tak segan bermesraan dengan kekasihnya di hadapan sang istri.
Karena, bagi Albert Kenan Alfarizi, pernikahan mereka hanyalah sebuah skenario yang ditulisnya. Namun, tidak bagi Hanin.
Gadis manis itu, selalu ikhlas menjalani perannya sebagai istri. Dan selalu ridho dengan nasib yang dituliskan tuhan untuknya.
Apa yang terjadi dengan rumah tangga mereka?
Dan bagaimana caranya Hanin bisa bertahan dengan sikap dingin dan tak berperasaan suaminya?
***
Di sini juga ada Season lanjutan ya say. Lebih tepatnya ada 3 kisah rumah tangga yang akan aku ceritakan. Dan, cerita ini saling berkaitan.
Selamat menikmati!
Mohon vote, like, dan komennya ya. Makasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shanayra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27
Suara ketukan pintu membangunkan Hanin dari tidurnya. "Iya, sebentar." Dia menjawab ketukan orang yang ada diluar. Dan segera bergerak menuju pintu.
"Pagi, sayang...!" Kenan sudah berdiri di sana.
Hanin sedikit terkejut, melihat kedatangan Kenan sepagi itu. "Pagi mas, apa mas perlu sesuatu?" Hanin bertanya.
"Tidak, aku hanya ingin mengatarkan ini untukmu." Pria itu menunjuk dengan gerakan bibir kearah nampan yang sedang dipegangnya.
"Oh, masuklah!" Hanin memberi jalan. "Apa itu?" Hanin bergumam.
Kenan menaruh nampan tadi di atas meja. "Duduklah, aku akan melayanimu" Kenan menarik tangan Hanin. Menuntunnya duduk di sofa.
"Ini sarapan spesial buatmu, aku yang memasaknya sendiri." Kenan membuka penutup piring. Terlihat sebuah roti sandwich dan secangkir teh hangat tersaji disana.
Hanin sedikit tersanjung dengan perlakukan manis yang di berikan Kenan pagi ini. Sudut bibirnya mulai terangkat. Membentuk satu senyuman kecil. "Kenapa dia berubah sok romantis gini sih. Bukankah harusnya dia marah. Karena semalam, aku sudah menolaknya." Gadis itu bergumam.
"Lo, kok malah bengong, ayok cicipi dulu!" Kenan menyodorkan piring yang berisi sandwich.
Hanin gugup, dia menerima piring yang di sodorkan Kenan. Matanya melihat ke arah pria itu, seakan mencari sesuatu didalamnya.
"Kenapa melihatku seperti itu? Aku tidak menaruh racun didalamnya." Kenan dan Hanin serentak tersenyum.
"Bukan itu maksudku mas. Aku hanya heran, kenapa akhir-akhir ini mas terlihat berbeda" Hanin mulai meraih roti isi yang dibuatkan pria itu.
Kenan membelai rambut Hanin lembut. "Bukankah aku sudah memgatakannya padamu. Aku ingin menjadi suamimu yang sesungguhnya. Karena itu, bersiaplah untuk menerima kasih sayangku." Pria itu berucap lantang.
Hanin menundukkan kepala, sengaja menyembunyikan wajahnya yang sudah mulai merona. Dia mulai mengigit sandwich yang sudah di pegangnya dari tadi.
"Hm... enak sekali." Hanin berucap di sela kunyahannya.
Kenan terlihat tersenyum puas. "Benarkah? Itu sandwich buatan pertama ku. Aku baru belajar membuatnya dari internet tadi malam."
"Hm.. Ternyata, selain marah-marah. Mas masih punya bakat terpendam lainnya." Hanin mengejek.
Kenan tertawa. "Oh,, kamu sudah mulai berani mengejekku ya?" Pria itu mencubit hidung Hanin. Membuat mereka tertawa bersama.
"Tunggu!" Wajah ceria Kenan berubah serius. Membuat Hanin ikut terdiam.
Pria itu tiba-tiba mendekatkan wajahnya kearah Hanin, memangkas jarak antara mereka. Hingga hanya tersisa beberapa senti. Hanin mulai memejamkan matanya, dia merasakan benda basah menyentuh sudut bibirnya. Yang ternyata adalah bibir kenan yang sedang menyapu saus cabe yang menempel disana.
"Kamu kalau makan selalu berlepotan." Kenan sudah menarik kembali wajahnya menjauh.
Hanin membuka mata. Wajah yang tadi sudah merona, sekarang semakin memerah padam. Dia merasa malu. "Aduh, Hanin... Kenapa kamu membayangkan yang aneh-aneh sih? Malu kan..." Dia merutuk dalam hati.
"Apa kau mengharapkan ciumanku?" Kenan mulai menggodanya. Dia melihat sang istri mulai kikuk.
Hanin segera menunduk. "Eh.. e.. Nggak kok. Apaan sih. Mas keluar sana, aku mau mandi dulu" Dia menarik tangan Kenan menuju pintu.
Tapi langkahnya terhenti. Karena Kenan menarik tangannya, membuat gadis menabrak dada bidang pria itu. "Muach." Kenan mencium bibir Hanin singkat. "Aku sudah mengabulkan harapanmu" Pria itu mengedipkan sebelah matanya.
Hani makin salah tingkah karena ulah suaminya itu. "Pergilah mas, aku ingin segera mandi." Dia mendorong Kenan hingga ke pintu.
"Jangan terlalu lama menggantungku Hanin. Karena, aku sekarat tanpa cinta darimu." Pria itu berucap sebelum Hanin sempat menutup pintu kamarnya.
Gadis itu terdiam disana. Dia menarik nafas panjang. Berusaha menormalkan detak jantungnya yang sedang bertalu. "Uh...kalau begini, aku makin susah menyembunyikan perasaanku." Hanin menepuk kedua pipinya pelan.
Di tempat lain. Terlihat seorang gadis cantik, seksi, dan berambut pirang sedang mondar mandir di bandara. Tepatnya, di sebelah ruang yang bertuliskan kedatangan luar negri.
"Afril...Dia melambai pada seorang gadis lainnya. Wanita cantik berambut panjang, nan anggun. Gadis itu juga membalas lambaiannya. Lalu mereka pun berpelukan hangat.
"Gimana kabarnya sayang?" Nesya mengurai pelukan mereka.
"Alhamdulillah sehat, Kakak gimana?" Gadis itu tersenyum.
"Sehat.. Yuk kita ngobrol di mobil aja." Nesya membantu gadis yang bernama Afril itu mendorong tas rodanya.
Kembali ke rumah besar.
"Apa hari ini mas berangkat ke Bali?" Hanin bertanya ketika membantu sang suami memasukkan baju kedalam tas.
"Iya, besok pembukaan resort baruku disana. Jadi, aku harus menghadirinya." Kenan melirik Hanin. Dia dapat melihat kesedihan di mata istrinya.
Hanin tertunduk. Dia merasa sepi jika ditinggal oleh Kenan di rumah sebesar ini.
"Kenapa kau manyun seperti itu? Apa kau mau ikut denganku?" Kenan menawari.
Hanin menatap ke arah suaminya. Berpikir sejenak.
Kenan berjalan mendekati sang istri. "Sudah, tidak usah terlalu banyak berfikir. Sana, siapkan barang-barangmu. Temani aku disana." Kenan menarik Hanin menuju lemari. Guna menyiapkan barang bawaan gadis itu.
Hanin tersenyum dalam hati. "Lebih baik aku ikut dengannya, dari pada terperangkap di rumah besar ini seorang diri." Gumamnya dalam hati.
Tak lama Hanin pun sudah duduk di dalam mobil. Kenan masih berbicara dengan bik Ita, sang kepala pelayan.
"Bik, kami hanya pergi sekitar 4 atau 5 hari. Jaga rumah dengan baik." Ucap Kenan, lalu dia mulai membuka pintu mobil.
"Baik tuan, hati-hati di jalan" Ita menunduk hormat. Menyaksikan mobil tuannya yang sudah mulai menghilang di ujung jalan.
"Sore hari, menjelang malam. Terlihat 2 orang wanita cantik membunyikan bel rumah mewah itu.
"Selamat sore nona. Maaf anda mencari siapa ya?" Seorang pelayan yang membuka pintu bertanya hormat.
"Minggir kamu." Wanita yang memakai celana jeans panjang mendorong bahu sang pelayan. Membuat wanita itu tersandar ke dinding.
Dan mereka berdua pun melangkah masuk. Sang pelayan tak membiarkan mereka dengan mudah. "Maaf nona, anda tidak bisa masuk tanpa ijin dari pemilik rumah." Pelayan tadi menghadang langkah 2 wanita tadi.
"Eh, kamu pelayan baru ya. Ita.. Ita..." Terdengar teriakan kencang gadis itu. Tak lama, Ita datang tergopoh. Dia melihat siapa yang memanggilnya. Wajah wanita itu berubah serius saat melihat siapa yang berdiri disana.
"Ya.. ampun, nona Afril? Kapan nona pulang?" Perempuan paruh baya itu menunduk hormat.
"Eh, Ita. Kamu itu gimana sih. Masa cari pelayan yang seperti ini. Dia tidak punya sopan santun. Pecat dia." Afril terlihat sangat marah.
"Maaf nona, saya akan mendisiplinkan mereka" Ita kembali menunduk.
"Baiklah, suruh pelayan memasukkan barang kami kekamar." perintah wanita itu lagi.
"Ayok kak Nesya, ku antar kekamarmu." Afril menuntun Nesya kekamar tamu.
Meninggalkan 2 pelayan tadi. "Maafkan saya bik Ita, saya hanya berusaha menghentikan orang yang tidak dikenal masuk kerumah ini. Saya benar-benar tidak tau siapa nona itu. Tolong jangan pecat saya?" Gadis itu mulai terlihat berkaca.
"Iya, saya tau kau tidak bersalah. Hanya saja nona Afril berbeda dengan tuan Kenan. Dia sedikit lebih tempramen. Karena itu, untuk beberapa hari ini, jangan perlihatkan wajahmu di hadapannya." Ita menepuk bahu anak buahnya.
"Memangnya nona itu siapa bik?" Pelayan tadi bertanya.
"Dia adalah Afrilia Alfarizi. Dia adik satu-satunya tuan Kenan. Selama ini dia tinggal di Canada. Entah apa yang membawanya pulang mendadak seperti ini." Ita menjelaskan. Dia mulai mencium sesuatu yang mencurigakan. Tentang kedatangan mendadak adik dari majikannya itu.
TBC
...Selamat membaca, mohon bantu vote, like dan jadikan favorit. Supaya Author jadi semakin semangat untuk menulis....
sorry gwa baca sampe sini