NovelToon NovelToon
Masuk Ke Dunia Kultivasi Lebih Dahulu Dari Teman Sekelasku

Masuk Ke Dunia Kultivasi Lebih Dahulu Dari Teman Sekelasku

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Transmigrasi / Fantasi Isekai / Time Travel / Sistem / Iblis
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: EGGY ARIYA WINANDA

Lu Changzu dan teman temannya terlempar ke dimensi lain, Namun Tanpa Lu Changzu sadari ia masuk ke dunia tersebut lebih awal dari teman teman sekelasnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EGGY ARIYA WINANDA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kekaisaran Great Ming 1

Aula Administrasi Sekte Demon Refining hari itu berbau seperti biasanya: campuran antara kertas tua yang lapuk, tinta berkualitas rendah, dan aroma samar darah kering yang menempel pada jubah para murid yang baru kembali dari misi. Ini adalah tempat di mana birokrasi bertemu dengan kebrutalan.

Di balik meja mahoni hitam yang penuh dengan goresan senjata tajam—tanda protes dari murid yang tidak puas di masa lalu—Tetua Chu sedang menguap lebar. Kacamata monokelnya yang retak sedikit berembun. Dia sedang memilah tumpukan laporan kematian murid luar ketika bayangan seseorang jatuh di mejanya.

"Halo tetua chu , bagaimana hasil korupsi dana murid hari ini"suara pelan namun mematikan dan penuh humor.

"Bajingan mana yang menuduhku korupsi!!"teriak tetua chu tapi tidak melihat siapapun , ia pun menghiraukannya menganggapnya salah dengar.

"Apa ada misi bagus tetua chu?"suara tersebut pun muncul lagi namun melalui telepati , ke jiwa tetua chu.

"Anak sialan mencoba sok misterius , Misi tingkat rendah sudah habis, Nak. Pergi ke kandang babi iblis jika kau butuh poin kontribusi," gumam Tetua Chu tanpa mendongak akibat terlalu malas, melambaikan tangannya seperti mengusir lalat.

"Kandang babi sedang penuh, Tetua. Dan saya rasa babi-babi itu akan tersinggung jika saya yang memandikan mereka. Aura saya terlalu... menekan untuk kulit sensitif mereka."

Suara itu kini berada di depan tetua chu suara yang tenang, sopan, namun memiliki nada geli yang khas.

Tetua Chu membeku. Dia mulai mengenali suara itu. Perlahan, dia mendongak.

Di hadapannya berdiri Lu Changzu. Pemuda itu mengenakan jubah hitam murid dalam, namun kerapiannya membuatnya tampak seperti seorang sarjana muda yang tersesat di sarang iblis. Di pinggangnya, lencana besi hitam dengan ukiran api hijau berayun pelan.

Namun, bukan lencana itu yang membuat mata Tetua Chu membelalak di balik lensa retaknya.

Itu adalah tekanannya.

Tetua Chu adalah seorang Grandmaster tahap 9 awal yang sudah tua. Dia bisa melihat aura seseorang. Dan saat ini, melihat Lu Changzu seperti melihat sebuah bendungan yang menahan lautan logam cair. Aura Body Tempering Tahap 9 Puncak milik pemuda itu begitu padat, begitu berat, hingga udara di sekitar meja administrasi bergetar halus.

"Kau..." Tetua Chu menelan ludah, kacamata monokelnya hampir jatuh. "Demi Iblis Agung... Kau benar-benar gila bahkan lebih gila dari gurumu. Chen Xuan memberimu makan apa? Besi tua dan petir?"

Lu Changzu tersenyum tipis, menarik kursi di depannya dan duduk tanpa dipersilakan. Sikapnya santai, seolah sedang berkunjung ke kedai teh.

"Tetua aku jarang makan makanan belakangan ini, tapi mungkin disebut diet seimbang dari harta rampasan perang dan sedikit 'donasi' dari teman-teman di sekte tetangga, Tetua," jawab Lu Changzu ringan. "Saya bosan. Saya butuh misi Tingkat Master."

"Misi Tingkat Master?" Tetua Chu mendengus, kembali mendapatkan ketenangannya. "Kau masih di ranah Body Tempering, paling tidak master tahap menengah tapi misi yang ada tinggal master mendekati tingkat grandmaster itu seperti aku membunuh dirimu jika aku berikan misi ini padamu ."

"Tetua , Ranah hanyalah label pada botol. Yang penting adalah seberapa memabukkan isinya," Lu Changzu mencondongkan tubuh ke depan, matanya yang memiliki cincin biru-ungu berkilat tajam. "Saya ingin menerobos dinding master secepat mungkin. Saya butuh tekanan eksternal. Tekanan hidup dan mati yang nyata, bukan main-main di taman belakang."

Tetua Chu menatap mata pemuda itu. Dia tidak melihat arogansi buta. Dia melihat kalkulasi dingin dari seorang predator yang sedang lapar. Dia menghela napas panjang, menyadari bahwa berdebat dengan murid Chen Xuan adalah kegiatan yang sia-sia.

"Baiklah," Tetua Chu merogoh laci tersembunyi di mejanya yang dilindungi segel . Dia mengeluarkan sebuah gulungan merah gelap. "Jika kau ingin mati, setidaknya matilah demi kejayaan sekte."

Dia melemparkan gulungan itu ke arah Lu Changzu.

"Penyusupan dan Intelijen. Wilayah Utara. Dinasti Great Ming."

Lu Changzu menangkap gulungan itu, alisnya terangkat. "Great Ming? Tetangga kita yang fanatik , pembantai kultivator iblis dan tidak punya selera humor itu?"

"Tepat," Tetua Chu bersandar di kursinya, ekspresinya menjadi serius. "Kau tahu geopolitik benua ini, bukan? Di sini, di Barat, Kekaisaran Great Yan dan Empat Sekte Besar berkuasa. Di sini, menjadi kultivator iblis adalah profesi yang sah, selama kau membayar pajak dan tidak membantai warga sipil di siang bolong."

"Tapi di Utara," lanjut Tetua Chu, suaranya merendah, "Kekaisaran Great Ming berbeda. Mereka berbatasan dengan Laut Roh Jiwa. Mereka memegang teguh ortodoksi 'Jalan Lurus' yang ekstrem. Bagi mereka, kultivator iblis bukan manusia. Kita adalah hama. Di sana, hanya dengan memiliki sedikit Qi Iblis di tubuhmu, kau akan diburu oleh Divisi Exorcist mereka, kepalamu mungkin di penggal dan dibakar hidup-hidup di alun-alun kota."

Lu Changzu membuka gulungan itu. Peta wilayah perbatasan Great Ming terhampar.

"Intelijen kami mengatakan bahwa Great Ming sedang memobilisasi pasukan di perbatasan. Ada rumor tentang perang besar antara Great Yan dan Great Ming dalam waktu dekat. Empat Sekte Besar harus tahu di mana posisi kami: Mengambil keuntungan, atau bersiap bertahan."

"Tugasmu," Tetua Chu menunjuk peta, "Masuk ke sana. Bertahan hidup selama dua bulan. Kumpulkan informasi tentang pergerakan militer, logistik, dan jika bisa, daftar nama jenderal kultivator mereka. Jangan membuat keributan. Jangan tertangkap."

Lu Changzu tersenyum lebar. Senyum yang tulus.

"Dua bulan di wilayah musuh yang membenci eksistensi kita? Terdengar seperti liburan yang menyenangkan."

"Jangan sombong, Nak," peringat Tetua Chu. "Di bulan ketiga, kau harus kembali. Aku tahu Chen Xuan mendaftarkanmu untuk perebutan posisi Murid Inti yang kosong akibat... 'kecelakaan' Zhao Yun dan Zuan Feng."

"Tentu saja. Saya tidak akan melewatkan pesta itu," Lu Changzu berdiri, menyimpan gulungan itu ke dalam cincin penyimpanannya.

Dia membungkuk hormat—sedikit lebih dalam dari biasanya karena misi ini memang menarik baginya.

"Terima kasih, Tetua. Saya akan membawakan oleh-oleh kepala jenderal Great Ming jika koper saya muat."

Puncak Iblis Hijau, Tebing Keberangkatan.

Angin pegunungan bertiup kencang, mengibarkan jubah hitam Lu Changzu. Di belakangnya, Chen Xuan berdiri dengan tangan bersedekap. Wajah sang guru tampak rumit—bangga, tapi juga sedikit khawatir.

"Great Ming adalah kolam naga, muridku," kata Chen Xuan berat. "Mereka memiliki artefak pendeteksi aura iblis di setiap gerbang kota. Teknik 'Napas Iblis' biasamu tidak akan lolos."

"Saya punya trik baru, Guru. Jangan khawatir," jawab Lu Changzu santai.

Chen Xuan mendengus, lalu mengeluarkan sebuah pedang terbang dari balik jubahnya. Pedang itu bersinar dengan aura hijau, artefak tingkat tinggi yang mampu menempuh ribuan mil dalam sehari.

"Ambil ini. Pedang Terbang Angin Hijau. Kau belum mencapai Ranah Master, jadi kau tidak bisa terbang dengan memadatkan aura. Ini akan membantumu melarikan diri jika kau dikejar."

Lu Changzu menatap pedang itu, lalu menggeleng pelan.

"Terima kasih, Guru. Tapi itu terlalu... mencolok. Dan tapi aku tidak terlalu suka bergantung pada benda eksternal."

"Jangan bodoh! Perjalanan ke perbatasan memakan waktu dua minggu dengan kuda! Kau mau lari maraton ke sana?!" bentak Chen Xuan.

Lu Changzu tersenyum misterius.

"Siapa bilang saya akan lari?"

Dia berjongkok, menyingsingkan celana jubahnya. Di sana, di kulit betis dan pergelangan kakinya, ukiran rune rumit yang menyalah redup. Itu bukan tato . Itu adalah rangkaian rune mikroskopis yang dia salin dan modifikasi dari Gelang Ouroboros—teknik levitasi kuno yang memanipulasi tekanan udara, bukan menggunakan dorongan Qi murni.

Ini adalah aplikasi praktis dari pengetahuannya tentang 'Darah Logam'. Dia menjadikan tubuhnya sendiri sebagai artefak terbang.

"Aku menamakan teknik ini dari Pelajaran fisika , Sistem aerodinamika internal, aktif," bisik Lu Changzu , sambil menjentikan jarinya memusatkan energi jiwa pada rune di pergelangan kakinya.

DUM.

Tanah di bawah kakinya retak sedikit.

Lalu, tanpa peringatan, tubuh Lu Changzu terangkat ke udara. Tidak ada pedang di bawah kakinya. Tidak ada sayap di punggungnya. Dia hanya... berdiri di udara kosong.

"Apa?!" Chen Xuan melotot, rahangnya hampir jatuh. "Kau... Kau terbang? Tanpa memadatkan aura Master? Bagaimana bisa?! Hukum alam melarang Body Tempering untuk terbang!"

Beberapa murid lain yang kebetulan berada di sekitar tebing itu berhenti, mulut mereka ternganga melihat pemandangan mustahil itu.

"Itu... itu raja roh iblis , Lu Changzu!"

"Dia terbang! Apakah dia sudah menerobos ke Master diam-diam?!"

"Mustahil! Auranya masih Body Tempering! Sihir macam apa itu?!"

Lu Changzu melayang setinggi sepuluh meter, menatap gurunya dengan senyuman jenaka.

"Hukum alam itu seperti peraturan sekolah, Guru. Mereka ada untuk dilanggar oleh murid yang kreatif. Saya hanya... memanipulasi gesekan udara dan membalikkan gravitasi lokal menggunakan rune darah saya. Ini Fisika sederhana."

"Fisika sederh—Bocah gila! Apa itu?" Chen Xuan tertawa, menggelengkan kepala tak percaya. "Kau benar-benar monster. Pergilah! Jangan permalukan aku!"

"Siap, Guru!"

WUSSH!

Lu Changzu melesat ke utara. Bukan dengan keanggunan burung bangau, tapi dengan kecepatan peluru meriam. Dia membelah awan, meninggalkan jejak sonik yang menggelegar, menuju cakrawala.

Perjalanan menuju perbatasan Great Ming bukanlah piknik. Wilayah antara Great Yan dan Great Ming adalah tanah tak bertuan yang dipenuhi oleh kultivator iblis liar (Rogue Cultivators) yang ganas, perampok, dan binatang buas hasil mutasi perang masa lalu.

Bagi Lu Changzu, ini adalah prasmanan.

Di hari ketiga perjalanannya, dia dihadang oleh sekelompok kultivator iblis liar di atas langit ngarai tandus.

"Berhenti, Bocah!" teriak pemimpin perampok itu, seorang pria bermata satu dengan aura Body Tempering Tahap 9 Awal. "Serahkan cincin penyimpananmu dan teknik terbangmu, dan kami akan membiarkanmu mati dengan cepat!"

Ada tujuh orang. Mereka mengelilingi Lu Changzu di udara dengan menggunakan artefak terbang murah—permadani usang dan pedang berkarat.

Lu Changzu berhenti melayang. Dia tidak terlihat takut. Dia justru terlihat... kecewa.

"Kalian Hanya tujuh?" gumamnya, melihat sekeliling. "Dan yang terkuat hanya Tahap 9 Awal dengan fondasi yang retak? Kualitas Rogue Cultivator jaman sekarang benar-benar menurun, kalian bahkan tidak sebanding dengan kentutku."

"Bocah biadab! Jangan kira karena kau tampan kau bisa Sombong! Bunuh dia!"

Mereka menyerang serentak. Bola api hijau, rantai beracun, dan jarum tulang melesat ke arah Lu Changzu.

Lu Changzu menguap.

"Mode: Heavenly Demon."

Seketika, aura di sekelilingnya berubah. Langit di sekitar ngarai itu menjadi gelap. Dari punggung Lu Changzu, bayangan hitam raksasa berbentuk sayap iblis yang sobek bermanifestasi , itu adalah mutasi dari jarum darah logam yang dipadatkan.

Dia tidak menghindar. Dia menerjang masuk ke tengah serangan mereka.

Tubuhnya yang sekeras artefak tingkat tinggi menabrak teknik-teknik itu dan menghancurkannya begitu saja.

"Teknik Pedang Kekacauan: Tarian Jarum Darah."

Dia merentangkan jarinya. Darah dari ujung jarinya menyembur keluar, memadat menjadi ratusan jarum merah yang berputar liar.

SPLAT! SPLAT! SPLAT!

Itu bukan pertarungan. Itu adalah pembantaian sepihak. Jarum-jarum itu menembus tengkorak dan jantung para perampok itu dengan presisi bedah. Tubuh mereka jatuh dari langit seperti lalat yang disemprot racun.

Lu Changzu menyusul mayat pemimpin mereka yang sedang jatuh bebas. Dia mencengkeram kepala mayat itu di udara.

"Heavenly Demon Swallowing Breath."

Sebuah pusaran hitam muncul di telapak tangannya. Jiwa si perampok, yang baru saja hendak melarikan diri, menjerit saat ditarik paksa. Bersamaan dengan itu, sisa esensi darah dan kepingan Akar Spiritual yang kotor tersedot keluar.

"Rasa sampah," komentar Lu Changzu, melepaskan mayat kering itu. "Tapi sampah pun mengandung kalori."

Energi itu mengalir ke dalam Dark Dimension-nya, dimurnikan, dan disalurkan ke dinding pembatas ranah Master di dalam tubuhnya.

DUM.

Dinding itu bergetar sedikit, tapi tidak retak.

"Masih belum cukup," desis Lu Changzu, mendarat di tebing untuk istirahat sejenak. "Tubuh Seribu Domain ini... nafsu makannya seratus kali lipat orang biasa. Aku sudah memakan puluhan kultivator liar sepanjang jalan ini, tapi dinding ke Master masih sekokoh benteng baja."

Dia melihat ke arah utara, di mana garis perbatasan Great Ming mulai terlihat di kejauhan.

"Mungkin aku butuh kualitas, bukan kuantitas. Darah para jenderal Great Ming yang memiliki aura suci itu... mungkin rasanya lebih lezat."

Dia kembali melesat ke udara, meninggalkan jejak mayat kering di ngarai tandus itu.

Sementara itu, di Wilayah Timur. Sekte Giok Abadi (Immortal Jade Sect).

Suasana di sekte yang mengklaim diri sebagai "Jalan Lurus" ini sedang penuh sukacita. Lonceng giok berbunyi sepulu kali, menandakan sebuah perayaan besar.

Di Aula Utama yang megah, dihiasi oleh sutra putih dan emas, Lin Yuwen berjalan keluar dari ruang pengasingan.

Dia cantik. Sangat cantik. Kulitnya memancarkan cahaya putih kemerahan, dan di sekelilingnya, udara berdistorsi karena panas dan dingin yang bergantian. Ini adalah tanda dari konstitusi tubuhnya yang unik: Es Mendidih.

"Selamat, Putriku!" Lin Chen, Ayahnya yang juga seorang Tetua dari Sekte giok abadi, menyambutnya dengan senyum lebar.

"Master Tahap 3 Menengah!" seru Paman Lin Dou, matanya berbinar bangga. "Dalam waktu tiga bulan setelah pemulihan! Ini adalah rekor! Bahkan Shang Tian dari sekte iblis itu tidak secepat ini di usiamu!"

Lin Yuwen tersenyum tipis, senyum yang anggun dan penuh percaya diri. Trauma masa lalunya di mana fondasinya dihancurkan oleh 'orang misterius' (Lu Changzu) , telah dia kubur dalam-dalam dengan tumpukan uang dan obat-obatan. Dia merasa terlahir kembali. Lebih kuat. Lebih sempurna.

"Terima kasih, Ayah. Paman," suaranya seperti lonceng perak. "Kali ini, aku tidak akan mengecewakan Keluarga Lin. Posisi Murid Inti di Sekte sekte ini... aku akan memenangkannya dan merebut kehormatan kita kembali."

"Bagus! Itu semangat Keluarga Lin!" puji Lin Chen.

Namun, senyum Lin Yuwen sedikit memudar saat dia melihat sekeliling.

"Di mana Xuya? Dia seharusnya yang pertama menyambutku. Dia berjanji akan membawakanku hadiah dari perburuannya."

Keheningan canggung melanda aula. Senyum Lin Chen dan Lin Dou kaku.

"Yuwen... ada hal yang perlu kita bicarakan," kata Lin Chen pelan. "Tetua Mo... bawa dia masuk."

Pintu samping terbuka. Tetua Mo, pengawas ujian Lembah Iblis Kematian, berjalan masuk dengan wajah pucat dan langkah gontai. Di belakangnya, beberapa murid luar membawa sebuah kotak kayu kecil.

Tetua Mo berlutut di hadapan Lin Chen dan Lin Yuwen.

"Lapor... Tetua Lin... Nona Lin..." suara Tetua Mo bergetar.

"Katakan," perintah Lin Yuwen, firasat buruk mulai merayapi hatinya.

"Tuan Muda Lin Xuya... dia... dia gugur dalam tugas di Lembah Iblis Kematian."

Wajah Lin Yuwen memucat seketika. "Gugur? Bagaimana? Siapa?!"

"Dia... dikhianati," Tetua Mo memulai kebohongan yang telah dia susun dengan rapi. "Seorang murid pengkhianat menjebaknya ke dalam formasi racun. Kami... kami hanya menemukan ini."

Tetua Mo membuka kotak itu. Di dalamnya, tergeletak sisa gagang pedang api Lin Xuya yang sudah terkorosi dan sepotong kain jubahnya.

"BOHONG!" teriak Lin Yuwen. Auranya meledak, membuat suhu ruangan turun drastis namun terasa membakar. "Xuya adalah Master! Dia membawa artefak pelindung! Bagaimana dia bisa mati oleh jebakan?! Siapa pelakunya?!"

"Kami... kami sedang menyelidikinya, Nona..." Tetua Mo menunduk, keringat dingin membasahi punggungnya.

Saat kemarahan Lin Yuwen memuncak, dia melihat sekelompok murid luar yang ikut masuk bersama Tetua Mo untuk membawa kotak itu. Salah satu dari mereka, seorang pemuda kurus yang tampak ketakutan, berdiri paling depan memegang kotak itu.

Itu adalah murid pembawa pesan yang dulu dilepaskan oleh Lu Changzu di lembah. Murid yang bahunya ditepuk dengan ramah oleh sang Raja Roh.

Lin Yuwen, dalam kesedihannya, melangkah mendekat untuk menyentuh sisa peninggalan sepupunya di dalam kotak itu.

Jaraknya dengan murid pembawa pesan itu kini kurang dari lima meter.

"Xuya..." bisik Lin Yuwen, air mata membeku di pipinya. Jiwanya yang terguncang tanpa sadar memancarkan fluktuasi aura yang tidak stabil.

Dan itulah kuncinya.

Di dalam pembuluh darah murid pembawa pesan itu, sebuah Rune Darah mikroskopis yang tertidur selama berminggu-minggu tiba-tiba "terbangun". Rune itu mengenali frekuensi jiwa Lin Yuwen—frekuensi yang sangat dikenal oleh Lu Changzu karena dia pernah membuat segel pada jiwanya.

Rune itu menyala.

"Hah?" Murid pembawa pesan itu merasakan panas di dadanya. "Apa in—"

Dia tidak sempat menyelesaikan kalimatnya dan.

BOOOOM!

Itu bukan ledakan api. Itu adalah ledakan tekanan darah.

Tubuh murid itu meledak dari dalam. Tapi alih-alih hancur berantakan, seluruh darah, tulang, dan dagingnya berubah menjadi ribuan Jarum Darah yang mengeras seketika karena teknik Lu Changzu.

Jaraknya terlalu dekat. Terlalu tiba-tiba.

"Yuwen AWAS!" teriak Lin Dou, tapi dia terlambat.

Ribuan jarum darah itu melesat dengan kecepatan suara, membentuk badai merah yang menargetkan satu titik: Lin Yuwen.

"AAAAHH!"

Lin Yuwen terpental ke belakang. Artefak pelindungnya aktif, tapi ledakan itu terjadi dari jarak nol. Perisai cahayanya retak.

Puluhan jarum darah yang mengandung 'Niat Membunuh' dan 'Energi Mental' Lu Changzu menembus pertahanannya.

Jarum-jarum itu tidak membunuhnya. Lu Changzu mendesainnya bukan untuk membunuh, tapi untuk mengirim pesan. Jarum-jarum itu menusuk bahu, lengan, dan paha Lin Yuwen.

Namun, serangan utamanya adalah mental.

Saat darah dari ledakan itu mengenai wajah Lin Yuwen, sebuah segel memori yang ditanamkan Lu Changzu dalam darah itu terbuka di dalam pikiran Lin Yuwen.

Dunia di sekitar Lin Yuwen menjadi gelap. Dia tidak lagi di aula mewah.

Dia berada di Danau Racun yang suram.

Di depannya, dia melihat visi dari sudut pandang orang ketiga. Dia melihat Lin Xuya, sepupunya, terbaring dengan dada tertembus tombak darah raksasa.

Dan di atas tubuh Xuya, berdiri seseorang.

Seseorang dengan jubah abu-abu, wajah tampan yang tersenyum ramah, dan mata dengan cincin biru-ungu yang mengerikan.

Orang itu menoleh, menatap langsung ke arah "kamera" memori itu—menatap langsung ke jiwa Lin Yuwen.

Mulut orang itu bergerak, tanpa suara, tapi Lin Yuwen bisa mendengarnya jelas di dalam otaknya.

"Halo, Nona Lin.ini surat cinta dan Hadiah untukmu."

Lalu orang itu—Lu Changzu—tertawa, dan menendang mayat Xuya ke dalam danau racun.

"TIDAK!!!"

Lin Yuwen menjerit di dunia nyata. Jeritan yang penuh horor dan keputusasaan.

"ITU DIA! LU CHANGZU! DIA MEMBUNUHNYA! IBLIS ITU!"

"PUAH!"

Lin Yuwen memuntahkan darah hitam yang sangat banyak. Visi itu, ditambah serangan mental mendadak dari jarum-jarum itu, menghantam jiwanya yang baru saja pulih.

KRAK.

Suara yang paling ditakuti oleh kultivator terdengar.

Fondasi kultivasi Lin Yuwen, yang dibangun ulang dengan susah payah menggunakan obat-obatan mahal, retak lagi. Trauma mental itu menghancurkan kestabilan Qi-nya.

Aura Master Tahap 3 Menengah-nya runtuh seperti istana pasir yang dihantam ombak.

Tahap 3... Tahap 2... Tahap 1...

Auranya berhenti di Master Tahap 1 Akhir, namun sangat tidak stabil. Wajahnya menjadi abu-abu, rambutnya memutih sebagian karena stres jiwa yang ekstrem.

"Yuwen!" Lin Chen menangkap putrinya yang pingsan. Matanya merah menyala karena murka. Dia memeriksa nadi putrinya dan merasakan kerusakannya.

Ini bukan hanya luka fisik. Ini adalah Cacat Hati (Heart Demon). Lu Changzu telah menjadi mimpi buruk abadi bagi putrinya.

Lin Chen mendongak, menatap sisa-sisa daging murid pembawa pesan yang meledak itu. Dia merasakan sisa aura iblis yang familiar di sana.

Lalu dia menatap Tetua Mo yang berdiri mematung, wajahnya pucat pasi karena kebohongannya terbongkar secara brutal di depan mata semua orang.

"Kau bilang..." suara Lin Chen rendah, seperti geraman binatang buas. "Kau bilang dia mati karena jebakan? Kau bilang tidak ada saksi?"

"Te... Tetua Lin... Ampun! Saya... Saya..." Tetua Mo mundur, gemetar hebat.

"KAU MEMBIARKAN PEMBUNUHNYA MENGIRIM BOM KE DALAM RUMAHKU?!"

Lin Chen meledak. Dia tidak menggunakan teknik. Dia menggunakan kemarahan murni seorang ayah dan seorang seorang kultivator King.

BUAGH!

Satu pukulan tangan kosong menghantam dada Tetua Mo.

Tetua Mo, seorang Grandmaster, terlempar menabrak pilar utama aula hingga pilar itu hancur. Tulang dadanya remuk. Dia memuntahkan organ dalam.

Lin Chen melesat, mencengkeram leher Tetua Mo dan mengangkatnya.

"Siapa?! Siapa orang yang ada di ingatan putriku?! Lu Changzu itu?!"

Tetua Mo, dengan darah mengalir dari mulutnya, tersenyum pahit. Dia tahu dia sudah tamat.

"Dia... dia adalah Iblis... Murid Chen Xuan... Dia... mimpi buruk..."

KRAK.

Lin Chen melempar tubuh sekarat Tetua Mo ke lantai. Dia tidak membunuhnya, tapi membiarkannya dalam kondisi lumpuh total, sebuah nasib yang lebih buruk dari kematian.

"Chen Xuan..." raung Lin Chen, suaranya mengguncang seluruh gunung Sekte Giok Abadi. "LU CHANGZU! AKU BERSUMPAH AKAN MENGULITIMU DAN MENJADIKAN TENGKORAKMU WADAH ARAK!!"

Ribuan mil jauhnya, di perbatasan utara yang dingin.

Lu Changzu sedang terbang santai di atas awan. Dia sedang memakan sebuah apel yang dia curi dari kebun petani di bawah.

Tiba-tiba, dia berhenti mengunyah. Dia merasakan sesuatu. Sebuah benang karma yang dia tinggalkan di kejauhan putus dengan cara yang spektakuler.

Dia merasakan gelombang kepuasan yang aneh mengalir di dadanya.

"Hmm," Lu Changzu menelan kunyahan apelnya. Sudut bibirnya terangkat membentuk seringai lebar yang mengerikan.

"Boom," bisiknya pelan.

Dia tertawa. Tawa yang renyah, terbawa angin dingin utara.

"Ah, Nona Lin. Semoga kau menyukai hadiah reuni kita. Itu adalah 'Surat Cinta' spesial yang kutulis dengan darah dan trauma."

Dia membayangkan wajah Lin Chen yang merah padam, kekacauan di aula suci itu, dan runtuhnya kultivasi sang putri jenius untuk kedua kalinya.

"Strategi yang efisien," analisisnya. "Menghancurkan musuh tanpa harus hadir di sana. Menghemat tenaga, memaksimalkan dampak psikologis."

Di depannya, tembok raksasa perbatasan Great Ming mulai terlihat, menjulang tinggi menghalangi cakrawala. Bendera-bendera kuning dengan lambang Matahari Suci berkibar, dijaga oleh prajurit-prajurit dengan zirah emas yang memancarkan aura anti-iblis.

Di sana, tidak ada toleransi. Di sana, Lu Changzu adalah buronan nomor satu bahkan sebelum dia mendarat.

Tapi Lu Changzu tidak merasa takut. Dia merasa seperti anak kecil yang baru saja sampai di taman bermain baru.

Dia mengubah teknik pernapasannya.

Universe Swallowing Breathing: Saint Mode.

Aura iblisnya lenyap total. Cahaya hitam di matanya meredup, digantikan oleh kejernihan kristal. Kulitnya memancarkan cahaya redup yang suci. Dia tampak seperti cendekiawan muda yang saleh dan polos.

"Halo, Great Ming," sapa Lu Changzu ramah pada tembok raksasa itu. "Mohon bantuannya. Saya hanya turis yang ingin mencari... inspirasi untuk menerobos."

Dia melesat turun, menyusup ke dalam bayang-bayang tembok suci itu, siap untuk memulai babak baru dari kekacauan yang akan dia tulis.

Bersambung...

1
EGGY ARIYA WINANDA
🔥🔥🔥🔥🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!