Di dunia yang dipenuhi oleh para gamer kompetitif, Kenji adalah sebuah anomali. Ia memiliki satu prinsip mutlak: setiap game yang ia mulai, harus ia selesaikan, tidak peduli seberapa "ampas" game tersebut. Prinsip inilah yang membuatnya menjadi satu-satunya pemain aktif di "Realms of Oblivion", sebuah MMORPG yang telah lama ditinggalkan oleh semua orang karena bug, ketidakseimbangan, dan konten yang monoton. Selama lima tahun, ia mendedikasikan dirinya untuk menaklukkan dunia digital yang gagal itu, mempelajari setiap glitch, setiap rahasia tersembunyi, dan setiap kelemahan musuh yang ada.
Pada sebuah malam di tahun 2027, di dalam apartemennya di kota metropolitan Zenith yang gemerlap, Kenji akhirnya berhasil mengalahkan bos terakhir. Namun, alih-alih layar ending credit yang ia harapkan, s
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nocturnalz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27: Hati dari Tungku yang Hidup
Beberapa hari berikutnya di stasiun pemadam kebakaran terasa seperti sebuah awal yang baru. Di bawah bimbinganku, Ryo mengubah garasi yang luas menjadi sebuah bengkel yang sesungguhnya. Ia menggunakan [Perkakas Presisi]-nya untuk membongkar mesin-mesin truk pemadam yang rusak, memanen komponen-komponen berharga. Elara, dengan pengetahuannya yang luas tentang sihir alam, membantu Anya menanam [Herba Suria] di petak-petak tanah di atap, menciptakan kebun alkimia kecil kami. Nephie, di sisi lain, menjadi bayangan kecilku, mengamatiku dengan mata emasnya yang cerdas, mencoba memahami dunia melalui tindakanku.
Kami telah menjadi lebih kuat, lebih terorganisir. Tapi saat aku mengamati sesi latihan kami, aku melihat sebuah celah yang menganga dalam formasi kami.
Ryo, dengan zirah Ogre-nya, memang jauh lebih tangguh. Tapi ia tetaplah seorang non-kombatan. Dalam pertarungan, perannya terbatas pada bertahan dan melindungi Elara. Ia adalah sebuah dinding, ya, tapi dinding yang pasif. Setiap kali musuh yang gesit berhasil melewatinya, Elara, jantung support kami, akan langsung terekspos. Kami butuh lebih dari sekadar dinding. Kami butuh benteng yang bisa melawan balik.
Saat aku sedang merenungkan masalah ini, sebuah ingatan yang sangat samar, terkubur di bawah ribuan jam grinding, muncul ke permukaan berkat [Ingatan Sempurna]. Itu bukanlah ingatan tentang pertarungan bos atau dungeon. Itu adalah sebuah percakapan.
Aku sedang berada di sebuah kedai minuman terpencil di sudut dunia "Realms of Oblivion", berbicara dengan seorang NPC penambang tua yang misterius. Ia mabuk dan mengoceh tentang legenda-legenda yang ia dengar di dalam tambang. Salah satunya adalah tentang "Master Pengrajin"—seorang pandai besi legendaris yang tidak hanya menciptakan senjata, tetapi juga menjadi senjatanya. Seorang pengrajin yang bisa mengubah pertahanannya menjadi serangan, yang tubuhnya sekeras logam yang ia tempa. Waktu itu, aku mengabaikannya. Class produksi? Tidak berguna bagi pemain solo sepertiku.
Tapi sekarang... sekarang aku punya Ryo.
Aku langsung memanggil Ryo ke kantor. "Ryo, aku punya pertanyaan. Class-mu, [Teknisi Mana], apa jalur evolusinya?"
Ryo membuka jendela statusnya. "Menurut sistem, jalur standarnya adalah menjadi [Insinyur Golem] atau [Ahli Rune]. Keduanya fokus pada kerajinan, bukan pertarungan."
"Seperti yang kuduga," kataku. "Tapi ada jalan ketiga. Sebuah class tersembunyi. Namanya... [Master Artificer]."
Aku menjelaskan legenda yang kudengar dari si penambang tua. Sebuah class yang mengubah seorang pengrajin menjadi benteng berjalan, seorang tank sejati yang juga merupakan seorang master kerajinan.
Mata Ryo melebar, dipenuhi harapan dan keraguan. "Itu... kedengarannya luar biasa. Tapi... bagaimana caranya?"
"Si penambang tua itu menyebutkan sebuah ritual," jelasku, ingatanku kini sejernih kristal. "Untuk menjadi seorang Master Artificer, seorang pengrajin harus menempa kembali jiwanya sendiri. Dan untuk melakukan itu, mereka butuh bahan yang tepat: [Hati dari Tungku yang Hidup]."
Menurut si NPC, itu adalah inti dari golem kuno yang sangat langka, golem yang tidak terbentuk dari batu atau logam, melainkan dari panas dan tekanan inti bumi itu sendiri.
"Dan aku tahu di mana menemukannya," kataku. "Sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi tua yang sudah dinonaktifkan. Di dalam game, tempat itu adalah sarang monster elemen api dan tanah. Dan di ruang reaktor utamanya, bersemayam seekor [Penjaga Tungku Abadi]."
Rencana itu terbentuk seketika. Ini bukan lagi hanya tentang upgrade untuk Ryo. Ini adalah tentang evolusi fundamental bagi party kami.
Perjalanan menuju pembangkit listrik itu membawa kami ke area yang belum pernah kami jamah, sebuah zona industri berat yang kini sunyi senyap. Menara-menara pendingin raksasa menjulang seperti batu nisan, dan pipa-pipa uap besar meliuk-liuk di sepanjang jalan seperti ular-ular logam. Udara di sini panas dan berbau belerang.
Kami memasuki kompleks itu melalui gerbang utama yang telah roboh. Bagian dalamnya adalah labirin pipa dan platform logam. Monster-monster kecil—[Mephit Uap] dan [Lumpur Mendidih]—menyerang kami, tetapi dengan mudah kami atasi. Elara merapalkan mantra perlindungan api minor pada kami, sementara Anya, dengan anak panah peraknya, menjatuhkan para Mephit dari udara sebelum mereka bisa mendekat.
Kami akhirnya tiba di pintu baja raksasa yang bertuliskan 'RUANG KONTROL REAKTOR'. Saat aku membukanya, gelombang panas yang menyengat menerpa kami.
Ruangan itu adalah sebuah katedral industri. Sebuah reaktor geothermal raksasa yang retak mendominasi pusat ruangan, memancarkan cahaya oranye yang menyilaukan dari celah-celahnya. Platform-platform melingkar mengelilingi reaktor itu di berbagai ketinggian. Dan berdiri di depan reaktor, seolah-olah menyerap kekuatannya, adalah penjaganya.
Tingginya empat meter, tubuhnya tidak terbuat dari logam padat, melainkan dari batuan obsidian yang berdenyut-denyut dengan urat-urat magma cair. Di tangannya ada sebuah palu raksasa yang kepalanya adalah inti reaktor kecil yang membara.
[Penjaga Tungku Abadi - Level 15]
HP: 3000/3000
Skill: [Erupsi Magma], [Pukulan Tempa], [Zirah Panas] (Pasif)
Kelemahan: Serangan Es yang terkonsentrasi.
Masalahnya: kami tidak punya serangan es.
"Formasi!" teriakku. "Elara, fokus pada [Aria Fokus] untukku dan Anya! Kita butuh semua kerusakan yang bisa kita dapatkan! Ryo, jangan melawannya! Perhatikan sekeliling! Cari sesuatu yang bisa kita gunakan!"
Aku menerjang maju, [Gada Tiang Lampu Ogre]-ku siap. Penjaga itu meraung, dan tubuhnya mulai bersinar lebih terang. [Zirah Panas]. Serangan fisik akan menerima kerusakan balik.
Aku mengabaikannya dan menghantamkan gadaku ke kakinya. CLANG! Gada itu memantul, dan aku merasakan sensasi terbakar di tanganku. [-30 HP]. Sial.
"Dia terlalu keras!" teriak Anya, anak panahnya juga hanya meninggalkan goresan kecil di kulit obsidiannya.
Penjaga itu mengayunkan palu magmanya. [Pukulan Tempa]. Aku menangkisnya, tetapi kekuatannya begitu besar hingga membuatku terlempar mundur beberapa meter, zirh Ogre Ryo adalah satu-satunya hal yang mencegah lenganku patah.
Sementara itu, Ryo, mengikuti perintahku, tidak panik. Ia memindai ruangan dengan mata seorang insinyur. Ia melihat pipa-pipa pendingin besar yang mengarah ke reaktor, ditandai dengan katup-katup darurat berwarna biru.
"Kenji-san!" teriaknya. "Pipa pendingin! Jika aku bisa membuka katupnya, mungkin kita bisa mendinginkannya!"
Itu adalah ide yang brilian. Sebuah solusi teknis untuk masalah magis.
"Lakukan!" balasku. "Kami akan memberimu waktu!"
Rencana kami berubah seketika. Aku dan Anya kini memiliki satu tujuan: mengalihkan perhatian Penjaga itu, menjauhkannya dari Ryo. Ini menjadi tarian yang mematikan di sekitar reaktor. Aku menahan pukulannya yang dahsyat, sementara Anya terus bergerak, menembakkan panah ke matanya yang membara untuk membuatnya marah. Elara, dari posisi aman, terus-menerus menyanyikan [Himne Menenangkan], memulihkan HP-ku yang terus terkuras oleh [Zirah Panas].
Ryo mencapai katup pertama. Katup itu macet karena karat. Ia mengeluarkan [Perkakas Presisi]-nya dan mulai bekerja dengan cepat, memutar baut-baut yang macet. Penjaga itu menyadari apa yang ia lakukan dan berbalik untuk menyerangnya.
"Tidak akan kubiarkan!" aku meraung, mengaktifkan [Sumur Gravitasi] yang kupinjam dari Nephie. Bola gravitasi itu memperlambat Penjaga itu, memberiku waktu untuk menghalangi jalannya.
"Sedikit lagi!" teriak Ryo. Dengan satu putaran terakhir yang kuat, katup itu terbuka.
HSSSSSSSSSS!
Semburan cairan kriogenik yang membekukan menyemprot keluar dari pipa, mengenai kaki si Penjaga. Zirah magmanya mendesis dan retak, sebagian berubah menjadi batu obsidian yang rapuh. Kelemahannya telah tercipta!
"SEKARANG!" teriakku.
Aku dan Anya memfokuskan semua serangan kami pada kaki yang membeku itu. Dengan satu ayunan [Earthshaker] terakhir, aku berhasil menghancurkan salah satu kakinya. Penjaga itu terhuyung dan jatuh berlutut.
Sebelum ia bisa pulih, Ryo telah berhasil membuka katup kedua. Semburan es yang lain menghantam punggungnya, memadamkan sebagian besar aura panasnya. Kini ia rentan.
Kami menghujaninya dengan serangan tanpa henti hingga akhirnya, dengan satu erangan terakhir yang terdengar seperti gunung berapi yang sekarat, Penjaga Tungku Abadi itu runtuh dan hancur menjadi debu obsidian dan magma yang mendingin.
Di tempatnya, sebuah batu seukuran jantung manusia tergeletak, berdenyut dengan cahaya oranye yang hangat dan kuat. [Hati dari Tungku yang Hidup].
Ryo mendekatinya, tangannya gemetar. Ini adalah momennya. Ia mengambil batu itu. Batu itu bersinar lebih terang di tangannya, seolah-olah mengenalinya sebagai pemilik yang layak.
"Aku... aku harus melakukannya sekarang," katanya.
"Kami di sini bersamamu," kata Elara lembut.
Ryo memejamkan matanya dan menghancurkan batu itu di tangannya. Bukannya pecah, batu itu justru meleleh menjadi logam cair yang mengalir ke seluruh tubuhnya, menyelimutinya dalam kepompong cahaya yang menyilaukan.
Ia terangkat ke udara, tubuhnya berkedut saat energi yang luar biasa membentuk kembali dirinya dari dalam. Notifikasi sistem membanjiri pandanganku, tapi aku hanya fokus pada satu hal: transformasi temanku.
Saat cahaya itu mereda, Ryo turun kembali ke tanah. Zirah Ogre-nya telah menyatu dengan tubuhnya, kini tampak lebih ramping dan dihiasi dengan rune-rune perak yang rumit. Di satu tangan, ia memegang sebuah perisai menara yang kokoh, dan di tangan lainnya, sebuah palu perang yang berat. Ia tampak... tak tergoyahkan.
[Class Ryo Sakamoto telah berevolusi menjadi Class Tersembunyi: Master Artificer!]
[HP dan Pertahanan telah meningkat secara drastis!]
Ryo menatap tangannya, lalu pada kami. "Aku... aku merasa..."
Aku menggunakan [Mata Sang Penamat]. HP-nya telah meroket hingga lebih dari 1000, melampaui milikku. Statistik Pertahanannya kini menjadi yang tertinggi di party.
Skill Baru Diperoleh (Pasif): [Benteng Penempa] - Mengurangi semua kerusakan fisik yang diterima sebesar 20%. Saat menangkis dengan perisai, ada kemungkinan untuk memantulkan sebagian kerusakan kembali ke penyerang.
Skill Baru Diperoleh (Aktif): [Pukulan Resonan] - Hantam perisai dengan palu, melepaskan gelombang sonik yang membuat musuh di depan tertegun dan mengurangi pertahanan mereka.
Dia bukan lagi seorang teknisi yang bersembunyi di belakang. Dia adalah benteng itu sendiri. Dinding yang tadinya pasif kini telah diberi meriam.
Ryo mengangkat palunya, ekspresi keraguan di wajahnya telah lenyap selamanya, digantikan oleh kepercayaan diri yang tenang. "Kurasa... sekarang giliranku untuk melindungi kalian."