Li Fei Yang adalah seorang anak berusia 8 tahun yang lolos dari maut, akibat rombongannya di serang oleh sekelompok perampok bertopeng.
Li Fei Yang yang lolos dari maut tanpa sadar membawa langkah nya ke suatu lembah.
Di mana dia bertemu dengan dua orang sakti sedang bertempur dengan sengit.
Li Fei Yang yang bermaksud baik ingin melerai kedua orang tersebut.
Malah terseret dalam pusaran tenaga kedua orang itu. Secara ajaib kedua tenaga raksasa itu tersedot dan berpindah ke dalam tubuh Li Fei Yang.
Kedua orang yang kehabisan tenaga, setelah menceritakan masa lalu mereka dan menerima Li Fei Yang sebagai murid mereka.
Kedua orang itu akhirnya menghembuskan nafas terakhir mereka sambil tertawa gembira.
Li Fei Yang sendiri sangat tersiksa dengan kedua kekuatan yang saling bertentangan di dalam tubuhnya.
Akhirnya pingsan tidak sadarkan diri ditempat tersebut.
Bagaimana kelanjutan nasib Li Fei Yang Si Bocah yang lolos dari maut, menemukan berkah Kekuatan dahsyat tak terhingga, tapi justru membawa petaka besar bagi dirinya.
Silahkan ikuti petualangan Li Fei Yang di PENDEKAR API DAN ES
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MING2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PUNCAK PHOENIX API
Sepanjang mata memandang, hanya piring mangkok sumpit yang terlihat berserakan di atas meja, dan bekas sisa kuah yang tumpah di sana.
Bahkan sebutir nasi putih pun tidak tersisa di Periuk nasi nya, Fei Yang hanya bisa menghela nafas panjang dan berpikir, kelihatannya malam ini dia harus menahan lapar.
Saat Fei Yang sedang melamunkan nasibnya, tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya.
Ternyata yang menepuk pundaknya adalah Ta Su, si tompel kanan.
"Fei Yang kamu di sini rupanya, di cari kemana mana gak ketemu."
"Kemana saja kamu ? kenapa baru sekarang kamu kemari..? semua makanan sudah ludes..kamu baru datang.."
ucap Ta Su pura-pura bersimpati.
Fei Yang di dalam hati memaki maki dan mengutuki si tompel yang sok baik ini.
Bila bukan karena menjalankan tugas dari nya, yang begitu banyak dan tidak ada habisnya.
Dia juga tidak akan sampai bernasib menyedihkan seperti saat ini, sudahlah bekerja habis habisan, hingga siang gak makan.
Kini bahkan malam pun juga tidak dapat makanan, dan kelihatannya kedatangan Ta Su ini juga jelas tidak ada maksud baiknya.
Baru saja Fei Yang berpikir, Ta Su sudah berkata,
"Sudahlah apa boleh buat, ayo kita bereskan bekas peralatan makan ini dan bawa pergi mencucinya.."
"Bila sampai terlihat oleh team inspeksi kebersihan, entah hukuman apalagi yang akan kita terima.."
ucap Ta Su mulai bergerak membereskan mangkuk dan Piring, serta sumpit dan sendok yang berserakan di atas meja.
Melihat hal ini, mau tidak mau Fei Yang terpaksa ikut turun tangan membereskannya.
Tapi baru bekerja sebentar, Siau Su sitompel kiri muncul dan berkata ,
"Ta Su ternyata kamu di sini, kamu dipanggil Guru Tak Mao tuh, ayo ikut dengan ku.."
Ta Su menatap Fei Yang dengan tatapan tak berdaya dan berkata,
"Maaf Fei Yang, aku di panggil guru ku, kamu tolong bereskan semuanya, jangan lupa mejanya juga di lap dengan bersih.."
"Mangkuk piring sumpit sendok setelah di cuci di kembalikan lagi ketempatnya."
"Kain lap juga harus di cuci bersih dan di jemur,.. aku tinggal dulu ya?.."
"Oh ya ruangan ini juga harus di sapu dan di pel bersih ya..?"
ucap Ta Su yang tiba-tiba kembali membalikkan badannya dan kembali berpesan pada Fei Yang, sebelum akhirnya dia ikut dengan Siau Su meninggalkan tempat tersebut.
Fei Yang tidak menjawabnya, dia hanya bekerja dan terus bekerja tanpa banyak bicara.
Dia hanya bisa mengomel di dalam hati, akan kekejaman prilaku pendeta yang ada di gunung ini.
Mereka seperti iblis yang menyamar menggunakan jubah pendeta, benar'benar tidak punya moral dan tidak punya belas kasihan.
Fei Yang hanya bisa menahan lapar, sambil mengangkuti semua peralatan makan itu, pergi ke sungai kecil di halaman belakang, untuk mencucinya.
Setelah semua selesai, Fei Yang membawanya kedapur, untuk di susun dengan rapi.
Setelah itu, dia pun kembali lagi keruangan makan, merapikan meja kursi, mengelap meja, menyapu ngepel hingga bersih.
Baru dia bisa kembali ke kamarnya untuk sekedar duduk bersila melatih pengendalian Qian Kun Im Yang Sen Kung..
Fei Yang terus berlatih untuk mengembalikan kebugaran tubuhnya,.
Dengan susah payah Fei Yang melewati semua nya, dengan kondisi perut kosong.
Saat terdengar bunyi ayam berkokok, Fei Yang pun menghentikan latihannya.
Dia berjalan keluar dari kamarnya, pergi ke hutan mencari kayu bakar dan mengumpulkannya ke dapur, setelah itu dia baru mulai mengisi air, di Tong Tong air di dekat dapur.
Beberapa juru masak yang cukup puas dengan hasil pekerjaan Fei Yang, mereka sengaja menyisakan beberapa macam sarapan buat Fei Yang, dan mengajaknya makan di dapur bersama mereka.
Selesai sarapan, Fei Yang membantu para juru masak menyiapkan bahan bahan masak, seperti mengambil sayur di kebun mencuci dan memotongnya.
Membantu menggiling kacang kedelai, untuk di ambil airnya, sebagai bahan dasar pembuatan tahu.
Di sini Fei Yang bekerja dengan cukup gembira.
Bahkan dia bisa ikut minum air susu kedelai dan makan dengan puas tanpa khawatir ke habisan.
Selesai Sarapan, Fei Yang pun menjalankan satu persatu pesan dari Ta Su dan Siau Su hingga tuntas.
Saat jam makan siang usai, Fei Yang tanpa banyak cakap langsung datang membereskan semua perlengkapan dan peralatan makan murid lainnya.
Bila ada waktu senggang, Fei Yang akan pergi ke perpustakaan harimau putih, melihat dan membaca, buku buku yang di simpan di dalam perpustakaan tersebut.
Sebagian besar buku yang ada di perpustakaan ini adalah buku tehnik formasi dan ilmu seni militer.
Fei Yang cukup tertarik untuk membaca dan mempelajarinya, hanya saja karena keterbatasan waktu, Fei Yang memilih menghapal nya, untuk nanti dia teliti pelan pelan bila ada waktu.
Sesekali Fei Yang diikutkan dalam pelatihan ilmu golok dasar.
Fei Yang yang pada dasarnya tidak begitu menyukai ilmu golok yang kaku, jadi dia hanya melatihnya dengan setengah hati dan tidak terlalu fokus.
Semakin lama tinggal di sana, dan sempat beberapa kali berpapasan dengan kakak seperguruan keduanya.
Fei Yang pun menyadari, Fei Yang di beri tempat tinggal jelek, di suruh bekerja bagaikan pembantu, tidak diberi makan, hingga di latih dengan tehnik golok dasar yang tak berguna. tapi kakak seperguruan keduanya memilih diam saja, tidak menegur muridnya.
Fei Yang pun sadar, Zhou Lei memang ikut terlibat dalam hal ini, yang Fei Yang tidak mengerti adalah, baik Li Mu Bai dan Zhou Lei, mereka baru pertama kali bertemu.
Mengapa mereka terlihat tidak menyukainya dan ingin mengerjainya, tanpa sebab yang jelas.
Hari hari berlalu dengan cepat, tidak terasa 3 bulan pun berlalu.
Kini giliran Zhou Lei yang mengantar Fei Yang menuju puncak gunung Phoenix api.
Puncak gunung api di pimpin oleh Malini seorang gadis India, yang sangat cantik, meski sudah berusia 50 tahunan, dia masih terlihat seperti masih berusia 20 an tahun.
Malini adalah bayi yang di temukan oleh Yi Han Tao Se secara tidak sengaja, dalam perjalanan memberikan pertolongan kepada siapapun yang membutuhkannya.
Yi Han Tao Se, kemudian di bantu oleh muridnya Li Sian Sian merawat bayi ini hingga dewasa.
Karena Malini sangat berbakat dalam melatih tenaga Api dan sangat tertarik dan berminat dengan ilmu pengobatan.
Setelah dewasa dan memiliki kemampuan cukup, bahkan dia hampir menandingi Li Sian Sian, dia pun di serahkan tugas untuk mengurus puncak Api Phoenix.
Berkat kepintarannya dalam mengurus murid muridnya, yang seluruhnya adalah murid wanita..
Malini akhirnya berhasil mendirikan sebuah kekuatan tandingan dengan jumlah murid tidak kalah dari ketiga kakak seperguruannya.
Meski dalam hal tenaga dalam dan kematangan ilmu silat, dia jelas masih kalah jauh dari ketiga kakak seperguruannya.
Tapi dalam hal ilmu pengetahuan pengobatan, dia jelas jauh melampaui ketiga kakak seperguruannya itu.