Rio Baswara diceraikan istrinya karena dianggap bangkrut dan gagal. Satu hari kemudian, dia dapat sistem informasi paling akurat. Seminggu setelahnya, dia jadi miliarder.
Mantan istri yang sombong kini hanya bisa menangis menyesal. Sementara Rio sibuk bangun kerajaan bisnis dan dekat dengan adik kandung mantannya yang jauh lebih baik—cantik, baik hati, dan setia.
Saatnya dunia tahu, pria yang mereka remehkan kini jadi penguasa baru.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chal30, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22: PERAMPOKAN DI APARTEMEN
"Pak Rio, terima kasih banyak, kalau bukan karena Bapak, film kami entah kapan bisa selesai," ucap Hendrik sambil jabat tangan Rio erat-erat.
Beberapa tahun terakhir ini Happy Twist emang udah dapet cuan lumayan, tapi buat film ini, mereka all-in total. Gak ngejar viral atau terkenal mendadak, yang penting balik modal, mereka udah pede bisa lanjutin bisnis ini. Rio juga seneng. Masalah yang dikira susah ternyata gampang banget diselesaikan.
Setelah makan minum kenyang, Hendrik sama yang lain satu-satu pamit pulang, tapi Jasmine dengan santainya tetep tinggal.
Setelah nganterin mereka sampe ke mobil, Jasmine berbalik sambil senyum manis ke Rio. "Temen lama, kali ini lu beneran ngebantu gue banget. Kalau nanti filmnya sukses pas tayang, gue janji traktir lu makan enak sebagai tanda terima kasih," ucap Jasmine dengan nada ceria.
Rio memutar bola mata. "Lu sendiri bilang gue udah bantu gede, terus cuma mau bales pake traktiran doang?"
"Terus lu maunya gimana? Jangan-jangan mau gue nikah sama lu?" tanya Jasmine sambil cengengesan.
"Kalau lu mau sih, gue gak nolak," balas Rio enteng.
"Ih, mimpi kali! Tapi nemeni lu minum lagi sih gue masih mau," jawab Jasmine sambil langsung merangkul lengan Rio.
Setelah kena banting dunia nyata, Jasmine udah paham banget: gak ada makan siang gratis di dunia ini. Mau dapet sesuatu, harus bayar dengan sesuatu juga. Selain tampang sama body, Jasmine gak punya apa-apa. Lagipula dia juga gak mau nikah. Bukan karena patah hati atau trauma, cuma emang gak tertarik nikah, lebih pengen fokus karir aja. Tapi namanya juga manusia, tetep punya kebutuhan biologis kan?
Di usia segini, Jasmine udah gak terlalu peduli soal gengsi atau idealis, daripada ditindih sama orang-orang gak jelas yang dia gak suka, mending cari yang kelihatannya oke dan ada perasaan positif. Rio di mata Jasmine masuk kategori itu. Tinggi, ganteng, badan bagus. Kalau di industri hiburan, Rio bisa masuk jajaran cowok tampan. Meskipun sekarang badannya udah agak berisi, tapi tampangnya masih oke banget, yang paling penting Jasmine yakin Rio bisa support karir dia di industri hiburan.
Meskipun Jasmine gak tau persis berapa kekayaan Rio, insting ceweknya bilang: dekatin cowok ini pasti gak bakal salah. Tentu aja, Jasmine gak bakal gampang kasih diri ke Rio. Harus ada proses dulu.
Rio gak mikir panjang, langsung aja dia setuju ajakan Jasmine. Mereka berdua pergi ke bar di kawasan Kemang, minum beberapa gelas sambil cerita pengalaman hidup masing-masing. Jasmine cerita, sejak lulus dari institut seni drama, dia terus keliling audisi di berbagai produksi. Meskipun sering merasa gak ada masa depan jelas, dia tetep yakin kalau punya skill pasti bisa sukses suatu saat. Rio juga cerita pengalamannya, tapi pas Jasmine maksa tanya detail, Rio akhirnya cerita soal perceraiannya sama drama dikeluarin dari grup alumni.
Setelah denger cerita Rio, Jasmine gak marah atau gimana. Malah mukanya jadi aneh gitu.
"Mantan istri lu tau lu tajir, gak ada usaha buat balikan?" tanya Jasmine sambil main-main gelas di tangannya.
"Ya jelas ada, tapi menurut lu gue bakal maafin dia?" balas Rio sambil senyum tipis.
Jasmine angkat gelasnya, pelan-pelan clink sama gelas Rio. "Syukur lu gak balikan, kalau sampe balikan, seumur hidup gue bakal nganggep lu cowok lemah," ucap Jasmine dengan nada tegas tapi senyum.
Rio cuma senyum, gak ngomong apa-apa.
Dia kan gak goblok, masa iya cerita semua rencana ke Jasmine?
Rio emang udah cerai sama Vanya, tapi bukan berarti Rio bakal putus hubungan total sama Vanya. Cewek itu udah nyakitin Rio banget, kalau gak bales dendam, rasanya ada yang mengganjal di hati. Lagipula Rio gak bakal biarin Vanya hidup bahagia gitu aja, bagaimanapun juga, Vanya itu ibu kandung Kenzie. Nanti pas Kenzie gede dan mulai urus bisnis keluarga, tiba-tiba ada anak tiri muncul gimana? Ribet kan?
Cara paling aman: kontrol Vanya. Bikin dia hidup sesuai kemauan Rio.
Setelah ngobrol panjang lebar sama Jasmine, Rio liat udah malem banget, dia nawarin antar Jasmine pulang. Rio kira Jasmine nginep di hotel. Ternyata bukan.
"Gue punya sepupu yang punya apartemen di sini, kebetulan dia lagi liburan. Dia titip apartemennya ke gue, sekalian jagain hewan peliharaannya. Lumayan juga sih, jadi gue bisa hindarin gangguan-gangguan gak penting," jelas Jasmine sambil nyaman duduk di taksi.
Gangguan macam apa, Jasmine gak jelasin, tapi Rio udah paham. Cewek cantik di industri hiburan atau bahkan di kantoran biasa pasti sering diganggu cowok-cowok gak jelas.
Naik taksi, Rio baru kepikiran nanya Jasmine tinggal di mana.
"Di kompleks Green Valley. Tau gak?" tanya Jasmine sambil ngasih alamat ke driver.
"Green Valley?"
Rio langsung kaget, keringat dingin keluar. Dia merasa ada sesuatu yang kelupaan, tapi gak bisa inget apa. Begitu Jasmine sebut Green Valley, Rio langsung inget. Ada satu info dari sistem yang belum dia tangani, info terakhir yang nyebutin soal streamer cewek yang bakal kena rampok.
Rio jarang nonton live streaming, jadi dia gak terlalu paham industri itu, tapi bagaimanapun juga ini kasus perampokan. Bukan masalah kecil, apalagi korbannya cewek. Kalau si perampok tiba-tiba nafsu, bisa bahaya banget.
Kalau Rio gak tau ya udah, tapi sekarang udah tau, dia gak bisa diemin aja. Ini soal hati nurani.
Masalahnya, sistem cuma bilang di Green Valley, gak bilang gedung mana, lantai berapa. Mau nyari susah banget. Lapor polisi juga gak bisa kasih lokasi pasti.
'Andai aja sistem bisa kasih petunjuk,' pikir Rio dalam hati.
Begitu pikiran itu muncul, tiba-tiba panah merah muncul di penglihatan Rio. Dia refleks mau megang, tapi tangannya cuma nyentuh udara kosong. Rio lirik Jasmine, dia keliatan biasa aja. Berarti dia gak bisa liat panah itu. Rio agak lega. Sistem itu rahasia terbesar Rio, dia gak mau ada yang tau.
Dengan panah penunjuk jalan, sekarang jadi gampang. Rio langsung suruh driver ngebut. Jasmine liat Rio kayak buru-buru, dia kira Rio mau cepet-cepet pulang setelah anterin dia.
Setengah jam kemudian, taksi berhenti di depan kompleks Green Valley. Rio turun bareng Jasmine, masuk ke dalam kompleks. Awalnya Rio mau anterin Jasmine dulu, baru nyusul ke lokasi si streamer, tapi ternyata arah panah merah sistem justru searah sama jalan ke apartemen Jasmine.
Pas sampe depan pintu apartemen Jasmine, muka Rio udah aneh banget.
Pintu apartemennya gak tertutup rapat.
Jasmine ngerutkan dahi, gumam pelan, "Aneh deh, gue yakin tadi udah nutup pintu pas keluar."
Jasmine mau dorong pintu masuk, tapi tangannya ditahan Rio.
"Tunggu dulu, ada yang gak beres. Lu telpon polisi sekarang," bisik Rio dengan nada serius.
"Ha? Serius?" tanya Jasmine dengan suara pelan tapi panik.
Meskipun kaget, tangan Jasmine langsung keluarin ponsel dan nelpon polisi.
