Jangan Rubah Takdirku !

Pagi ini, sepasang pengantin baru sedang menikmati sarapan bersama. Ah, salah. Lebih tepatnya Ansel lah yang sedang sarapan. Sedangkan Diana, wanita itu begitu telaten menyuapi bayi besarnya.

Semalam, setelah Ansel memutuskan kembali ke kamar dan melakukan kegiatan suami istri. Dia memberikan banyak peraturan pada Diana selama menjadi istri nya. Tak peduli Diana setuju atau tidak, tetapi jika Diana memilih tidak setuju maka akan menanggung konsekuensinya.

Malam itu Ansel memberi selembar kertas kecil, namun saat kertas itu mulai dibuka, ternyata memiliki banyak lipatan-lipatan mengular begitu panjang hingga menyentuh lantai. Diana sangat shock melihat semua tulisan yang berisi tugas di kertas itu.

Dan semua yang ada di tulisan itu kebanyakan adalah peraturan-peraturan dirinya melayani Ansel. Mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi

Huh, semoga Diana kuat menjalani nya. Entah sebab apa Ansel membuat peraturan konyol tentang aturan makan nya. Bahkan makan pun harus menunggu Ansel makan lebih dulu baru saja Diana diperbolehkan makan.

Jika Diana melanggar, maka itu berarti dia harus siap menerima hukuman. Sebuah hukuman yang tentunya sangat menguntungkan Ansel, karena dalam catatan itu, Ansel menuliskan jika Diana melakukan kesalahan atau melanggar perintah maka akan mendapat hukuman dengan cara memuaskan Ansel tanpa dibayar selama seminggu penuh. Dan itu artinya, kapan pun dan dimana pun Ansel menginginkan maka Diana harus bersedia.

"Kwenwapwa twidak adaw awyam nya?" Tanya Ansel sembari terus mengunyah makanan di mulut nya uang sangat penuh. Dia merasakan makanan yang masuk tadi belum ada ayam kremes kesukaannya.

Hah, Diana hanya bisa pasrah sembari menghela nafas nya berat. Dia memutar bola matanya jengah, ingin sekali Diana mengumpat dengan kata-kata kotor tetapi tak seberani itu. Nyawanya hanya satu, kalau dia wassalam tidak mungkin bisa kembali ke dunia. Padahal kan sekarang masih tahap bertaubat, mana mungkin Diana berani mati begitu saja sebelum sia benar-benar memohon ampun pada Tuhan.

Akhirnya Diana memilih pasrah dan kembali menyuapi Ansel dengan ayam kremes kesukaannya itu. Padahal sejak tadi Diana sudah merasa sangat kelaparan akibat mengurus bayi besar ini mulai dari memandikan, membantu menggunakan pakaian, mengeringkan rambut, dan yang paling menjengkelkan nya lagi Diana masih harus masak untuk si bayi. Katanya si bayi tidak mau makan kecuali masakannya, benar-benar memuakkan!

Sebenernya bukan hanya itu alasan Diana yang harus masak, karena memang di mansion sebesar ini sudah tak ada satu koki pun karena ulahnya yang meliburkan seluruh pekerja selama satu bulan.

"Sekarang buka mulut mu." Perintah Ansel setelah menelan habis makanannya. Dia bahkan sudah merebut sendok dari genggaman Diana. Sedangkan wanita itu hanya terheran dengan perkataan Ansel. Apakah pertanyaan itu ditujukan untuk nya? Kenapa disuruh membuka mulut? Jangan-jangan Ansel sudah menyiapkan sambal super pedas dan dimasukkan ke mulut nya? Atau mungkin yang lebih ngeri nya lagi Ansel ingin membunuhnya dengan racun mematikan ? Oh my god! ini tidak masuk akal! Diana bahkan sudah berusaha menjadi istri dan budak yang baik dari semalam.

Kurang tidur karena melayani Ansel yang tidak puas hanya satu kali dua kali putaran, dan paginya masih melayani semua keperluan si bayi. Kurang baik apalagi coba? Nyesel deh pokoknya kalau sampai Ansel berniat membunuhnya.

"Buku mulutmu!" Ansel mengulangi perkataan nya dengan sedikit keras.

Dengan penuh keragu-raguan dan kecurigaan yang teramat, Diana memberanikan diri membuka mulut.

Tanpa disangka, Ansel menyodorkan sesuap nasi beserta lauk sisa makanan yang dimakan Ansel.

"Kunyah." Seakan terhipnotis dengan perkataan Ansel, Diana mengikuti perintah nya. Dia mengunyah makanan itu pelan dengan tatapan masih tertuju pada Ansel dengan tatapan tak percaya.

Diana benar-benar tak menyangka Ansel berbaik hati padanya dan mau-mau nya menyuapi dirinya.

Andai Diana tak tahu bahwa Ansel sangat membenci nya, mungkin saat ini Diana sudah menjatuhkan hati pada laki-laki di depan nya. Dia tak memungkiri bahwasanya Ansel itu sangat tampan, siapa pun wanita yang disukai Ansel seratus persen yakin akan menerima nya.

"Duduk sini." Ansel menepuk-nepuk paha kanannya memberi isyarat agar Diana duduk di pangkuan nya.

"Hah?" Seketika otak Diana ngeleg seperti kehilangan sinyal. Mulut nya terbuka lebar dengan bola matanya tak berhenti menatap Ansel. Ditatap sedalam dan seintens itu membuat Ansel sedikit kehilangan kepercayaan diri, tetapi tentu saja hanya dirasakan dirinya. Diana mana mungkin tahu kalau Ansel salah tingkah dipandang seperti itu.

Ehm

Ansel berdehem sejenak lalu kembali menatap Diana yang masih menatap nya dengan tatapan tak percaya.

"Duduk sendiri atau aku paksa!" Perintah nya tegas. Membuat Diana seketika tersadar dan menghela nafasnya dalam. Untung saja Ansel selalu memperlakukan nya kasar, andai Ansel berkata-kata lembut maka Diana takut dia akan terbawa suasana dengan semua perlakuan Ansel.

Bahkan tadi saja dia sempat mengira kalau Ansel menyuapi karena ada perasaan atau setidaknya ada rasa kasihan. Tetapi sekarang Diana tahu, Ansel menyuapi nya itu agar Diana mau menghabiskan bekas Ansel. Jika Diana makan sendiri mana mungkin dia mau makan bekas orang. Jahat memang!

"A-aku duduk disini saja." Cicit nya.

Jujur saja Diana takut terbawa suasana. Ketampanan Ansel benar-benar membuat nya khilaf. Apalagi saat semalam mereka melakukan hubungan itu, Ansel tak henti-hentinya memanggil nama Diana. Dan hal itu cukup membuat nya salah sangka jika Ansel benar-benar menikmati tubuhnya bukan karena membayangkan wanita lain. Dan hal itu cukup menyalakan suatu percikan hingga menyala di hati Diana.

Dan percikan yang sangat kecil itu, takutnya akan berubah menjadi besar. Jika sudah seperti itu, yang ditakutkan Diana tak akan bisa mengendalikan perasaan nya hingga akhirnya terluka. Diana cukup sadar diri, meskipun menjatuhkan hati dan mengabdikan seumur hidup nya, Ansel belum tentu mencintai nya. Mengingat semua perbedaan diantara mereka seperti antara langit dan bumi. Dan Diana tak mau jika nantinya hanya akan sakit hati.

"Kau benar-benar ingin aku yang membopong mu, hm?" Ansel yang geram karena tak ada pergerakan apapun pada tubuh wanita nya, langsung membopong tubuh Diana dan memindahkan di atas pangkuan. Setelah berhasil, Ansel menarik piring berisi makanan yang sedang di makan agar lebih dekat.

Ansel bahkan menambah nasi dan lauk nya dengan porsi banyak. Dia mengambil satu sendok nasi beserta lauk ke sendok. Diana yang sejak tadi hanya menurut tanpa melakukan pemberontakan karena yakin hanya percuma memberontak, memilih membuka mulut karena tahu Ansel akan kembali menyuapi nya.

Namun tak disangka, entah Ansel sengaja ingin mempermalukan Diana atau tidak, Ansel justru memakan sendiri, sedangkan mulut Diana sudah terbuka sedari tadi. Membuat Diana lagi-lagi mengumpat. Sedangkan laki-laki itu bahkan masih bersikap biasa-biasa saja sembari mengunyah makanan seperti tak memiliki dosa.