Seorang pria tampan yang tidak sengaja bertemu dengan wanita cantik namun jutek , pertemuan pertama mereka membuat si pria sangat penasaran ,sampai pada akhirnya mereka jadi sering bertemu karna sesuatu,kira kira apa yah alasan mereka sering bertemu,dan apa yang terjadi diantara mereka?
yuk ikuti ceritanya ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iqueena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 Ternyata Aku Mencintainya
Kelvin membuka pintu ruang perawatan Wilona dan melangkah keluar. Tatapannya tajam, langkahnya mantap.
Di ujung lorong rumah sakit, Gifa hampir menghilang di balik belokan.
"Gifa!".
Suaranya rendah, tapi cukup keras hingga menggema. Tegas. Tak perlu berteriak untuk membuat orang berhenti.
Gifa menghentikan langkah, lalu menoleh pelan.
Kelvin mendekat, berdiri dengan jarak yang cukup dekat, tapi tidak terlalu dekat.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanyanya pelan, tapi nadanya penuh tekanan.
Gifa menatap balik.
"Aku, cuma pengen bicara baik-baik sama Wilona."
Kelvin mengangguk pelan, lalu menatap mata sahabatnya itu lurus-lurus.
"Mulai hari ini, jangan pernah datang lagi ke hadapannya".
"Tapi Vin—"
"Dia gak butuh penjelasan dari kamu. Dan aku gak akan kasih ruang buat kamu nyakitin dia lagi". ucap Kelvin dengan tenang.
Gifa menarik napas.
"Aku tau, aku memang salah. Tapi aku punya alasan".
Kelvin menahan tatapan. "Alasanmu gak akan mengubah apa pun".
Gifa membuka mulut, hendak bicara lagi.
"Vin, aku berkhianat dengan Viona bukan karena—"
Kelvin mengangkat tangan, menghentikannya. "Cukup, Gif".
Nada suaranya turun satu tingkat. Lebih pelan, tapi lebih dingin.
"Apa pun yang mau kamu jelaskan … aku gak tertarik untuk mendengarkan".
Kelvin lalu membalikkan badan. Tanpa amarah. Tanpa ekspresi.
Sikapnya jelas, ini bukan lagi ruang untuk diskusi. Ini peringatan. Final.
Gifa terdiam di tempatnya. Tak ada lagi yang bisa dikatakan.
Kelvin berjalan kembali ke ruang perawatan Wilona, menutup pintu perlahan.
Di balik pintu, Wilona menoleh. "Sayang ...?".
Kelvin kembali ke sisinya.
"Mulai sekarang, kamu nggak perlu khawatir. Aku yang akan pastikan dia nggak akan pernah punya kesempatan untuk ganggu kamu lagi".
Wilona mengangguk pelan. Lalu menggenggam tangan Kelvin, diam-diam bersyukur karena laki-laki di sampingnya kali ini berdiri sepenuhnya untuknya tanpa ragu, tanpa suara tinggi, tanpa goncangan.
Di sisi ranjang, Mira, yang dari tadi duduk menemani Wilona. Berdiri sambil mengambil tas
"Wil … aku pulang dulu, ya" ucap Mira sambil tersenyum kecil. "Akhirnya lo dijagain juga".
Wilona menoleh cepat.
"Ra … makasih banget ya. Seandainya waktu itu kamu gak datang, aku gak tau apa yang akan terjadi".
Mira tersenyum miris sambil meraih pegangan tasnya lebih erat.
"Udahlah, gak usah dibahas lagi. Yang penting sekarang kamu aman".
Ia menepuk lembut lengan Wilona, lalu melirik sekilas ke arah Kelvin yang berdiri di samping tempat tidur.
"Dan lo", kata Mira sambil menatap Kelvin dengan nada setengah serius, telunjuknya terangkat, mengarah tepat ke arahnya,
"Jangan cuma datang pas udah terlambat, ya. Kalau dia sampai nangis lagi, gue yang turun tangan".
Kelvin tersenyum tipis, mengangguk.
"Iya, sekali lagi terima kasih Mira"
Mira menghela napas kecil, dan mengangguk. Lalu kembali menatap Wilona.
"Aku pulang dulu, Wil. Istirahat yang cukup, jangan kebanyakan mikir. Dan kalau butuh apa-apa, kasih tau aku yah".
Wilona mengangguk pelan.
"Iya, Ra. Hati-hati di jalan ya".
Mira mengangguk dan tersenyum. Ia menunduk sebentar, lalu melangkah pelan ke pintu.
Pintu tertutup perlahan. Dan begitu ruangan kembali tenang, Kelvin duduk di tepi ranjang, menggenggam tangan Wilona lebih erat.
"Kita tunggu hasil dari dokter, ya sayang. Aku gak sabar bawa kamu pulang dari rumah sakit ini."
Wilona mengangguk pelan, lalu menatap Kelvin.
Mereka saling tersenyum hangat, tenang, tanpa banyak kata.
Cukup satu tatapan untuk saling paham setelah semua yang terjadi.
...---------------...