Menikah dengan orang yang aku cintai, hidup bahagia bersama, sampai akhirnya kami dikaruniai seorang putra tampan. Nyatanya setelah itu justru badai perceraian yang tiba-tiba datang menghantam. Bagaikan sambaran petir di siang hari.
Kehidupanku seketika berubah 180 derajat. Tapi aku harus tetap kuat demi putra kecilku dan juga ibu serta adikku.
Akankah cinta itu kembali datang? Sementara hatiku rasanya sudah mati rasa dan tidak percaya lagi pada yang namanya cinta. Benarkah cinta sejati itu masih ada?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Iin Nuryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Bukan Halangan
"Lagi mikirin apa?" tanya Awan kepada Shofi yang tampak sedang melamun.
"Hmm,,, enggak kok, Mas," jawab Shofi dengan bergumam, setelah sempat sedikit tersentak tadi karena kaget.
Saat ini keduanya sedang duduk di bangku taman di dekat air mancur. Tempat yang sama seperti ketika mereka bertemu beberapa kali kemarin. Tentu saja juga dengan waktu yang sama, sore hari setelah Shofi pulang kerja.
"Pasti lagi mikirin kakek dan neneknya Keinan, ya?" tebak Awan yang memang tepat sasaran.
Shofi tersenyum kecil. Dia merasa kalau Awan sekarang jadi semakin bisa memahami jalan pikirannya saja.
"Jadi bener nih kamu lagi mikirin beliau berdua itu?" tanya Awan lagi.
Shofi hanya menjawab dengan menganggukkan kepalanya beberapa kali.
Ya, sesuai dugaan Awan sebelumnya, kedua mantan mertua Shofi itu pasti tidak akan mudah untuk menerima kabar tentang rencana pernikahan Shofi dengan Awan. Dan hal itu terbukti benar.
Saat kemarin sore Awan datang ke rumah Shofi dan memperkenalkan dirinya sebagai calon suami Shofi, kedua mantan mertua Shofi nampak begitu sangat terkejut.
Setelah berbincang-bincang beberapa saat, dapat Awan lihat kalau Arya, kakeknya Keinan, berusaha untuk bersikap lapang dada dan menerima keputusan Shofi untuk kembali membina rumah tangga yang baru dengan Awan.
Tetapi tidak begitu dengan Winna, istrinya. Nenek dari Keinan itu menyuarakan keraguannya secara terang-terangan. Dia khawatir kalau setelah Shofi menikah dengan Awan nanti dirinya jadi kesulitan untuk menemui Keinan lagi, cucunya itu.
Awan dan Shofi tentu saja sudah memberi penjelasan dan meyakinkan Winna bahwa tidak ada yang akan berubah meski setelah Shofi menikah lagi nanti. Arya dan Winna tetap adalah kakek dan nenek Keinan. Dan mereka berdua tetap boleh menemui Keinan, kapanpun mereka berdua menginginkannya.
Tapi tetap saja, Winna sepertinya masih belum bisa menerima rencana pernikahan Shofi dengan Awan tersebut. Dan hal itulah yang saat ini sedang menjadi beban pikiran Shofi.
"Jangan terlalu dipikirkan," kata Awan.
"Aku tau, Mas. Tapi kok tetep aja aku jadi kepikiran gini, ya? Kayak ada yang mengganjal di hati aku, Mas," balas Shofi pelan.
"Shofi, satu hal yang harus kamu tau, Om Arya dan Tante Winna tidak punya hak apapun untuk melarang kamu menikah lagi. Mereka berdua memang adalah kakek dan nenek dari Keinan. Tetapi mereka berdua sudah bukan mertua kamu lagi. Sekarang status kalian hanya sekedar untuk menjalin tali silaturahmi dan kekeluargaan saja. Jadi, restu dari mereka berdua bukanlah sebuah halangan bagi kita untuk tetap melanjutkan rencana pernikahan kita atau tidak," kata Awan panjang lebar, mencoba memberi pengertian kepada Shofi.
Shofi terdiam, memikirkan semua perkataan dari Awan tersebut. Ah, benar juga semua yang sudah dikatakan oleh calon suaminya itu. Hati Shofi seketika merasa plong. Rasanya seperti menemukan sebuah oase di tengah padang pasir.
Senyum Shofi akhirnya terkembang juga. Jujur saja, perasaan Shofi sekarang menjadi lebih lega setelah mendengar semua perkataan dari Awan tadi.
"Mas Awan benar. Makasih banyak ya, Mas, udah ngingetin aku. Maaf kalau aku sempat terhanyut dalam kekhawatiran yang seharusnya tidak perlu ini," kata Shofi menyesal.
"Nggak perlu bilang makasih. Mas justru seneng kalau bisa sedikit meringankan beban kamu. Ya, anggap aja Mas lagi berlatih untuk menjadi seorang suami yang baik. Biar nanti setelah menikah dengan kamu, Mas jadi sudah ahli dan terbiasa untuk selalu menjadi tempat berkeluh kesah kamu," balas Awan dengan sedikit menggoda Shofi, berusaha untuk membuat calon istrinya itu bisa tersenyum kembali.
Dan berhasil. Wajah Shofi seketika bersemu merah dengan sedikit salah tingkah juga.
"Mas Awan iiihhh," rajuk Shofi, merasa malu karena digoda oleh Awan seperti itu.
Awan langsung tertawa kecil.
"Hahaha, dibiasakan aja. Pokoknya, sama Mas nanti, kamu harus siap untuk selalu tersenyum bahkan tertawa. Dan tentunya juga harus siap dengan semua gombalan dan perkataan manis Mas ke kamu. Maka dari itu, biasakan mulai dari sekarang, oke?"
"Mas,,," protes Shofi dengan memanjangkan kata.
Awan justru tertawa semakin lebar melihat Shofi yang tersipu dan salah tingkah seperti itu.
☘️☘️☘️
"Bu, bukannya dari dulu kita selalu menyuruh Shofi untuk menikah lagi dan membangun rumah tangga kembali? Lalu kenapa sekarang setelah Shofi benar-benar berniat untuk menikah dan membangun rumah tangga yang baru, ibu malah keberatan?" tanya Arya kepada Winna.
"Rasanya kok hati ibu kayak nggak rela gitu, Pak. Ibu takut kalau setelah Shofi menikah nanti kita jadi sulit untuk bertemu dengan Keinan lagi," keluh Winna seraya bersandar pada headboard tempat tidur mereka berdua.
"Kan Shofi dan calon suaminya juga sudah berjanji, Bu, kalau hal itu nggak akan terjadi."
"Tapi tetep aja ibu masih belum rela, Pak."
"Jangan egois, Bu. Kalau Bayu saja juga sudah menikah lagi dengan Alya, bahkan sesaat setelah perceraiannya dengan Shofi. Lalu kenapa Shofi tidak bisa untuk menikah kembali?"
"Tapi Bayu dan Alya bahkan sampai sekarang masih belum punya momongan juga loh, Pak. Dan sekarang Keinan malah mau punya ayah baru. Kasihan Bayu dong, Pak. Putra kandungnya mau punya ayah baru sementara dia sendiri masih belum dapat anak lagi sampai sekarang," keluh Winna.
"Ibu kok mikirnya gitu, sih? Itu namanya ibu egois dong, Bu. Bayu boleh nikah lagi sementara Shofi nggak boleh, gitu maksud ibu?" tanya Arya tidak habis pikir dengan jalan pikiran istrinya itu.
"Tau ah, Pak. Ibu mau tidur aja. Ibu pusing mikirin ini semua," ketus Winna yang kemudian membaringkan tubuhnya dan membelakangi suaminya itu.
Arya hanya bisa geleng-geleng kepala melihat sikap dan cara berpikir sang istri.
☘️☘️☘️
📞: Hallo, Bu.
📞: Langsung aja, ibu cuma mau ngasih tau sama kamu. Shofi mau menikah lagi, dua bulan lagi. Dan putra kamu, Keinan, akan punya ayah baru.
📞: Apa? Ibu serius? Dengan siapa?
📞: Namanya Awan. Kalau kamu mau tau, kamu pulang aja kesini.
📞: Oke, Bu. Nanti aku cari alasan buat ngomong sama Alya, biar diijinin untuk pulang ke Indonesia.
📞: Iiissshhh, kenapa sih istri kamu itu susah banget orangnya? Curigaan terus deh. Pantes aja sampai sekarang dia belum hamil juga.
📞: Ibu, jangan ngomong gitu dong. Minta do'anya aja ya, Bu, semoga Alya bisa segera hamil dan kita berdua juga segera memiliki momongan.
📞: Hmm. Ya udah, ibu tutup dulu kalau gitu. Ibu cuma mau ngasih tau kamu tentang masalah itu aja.
📞: Iya, Bu. Makasih ya udah ngasih tau Bayu. Ibu jangan lupa jaga kesehatan selalu. Bapak juga. Ya udah ya, Bu, assalamu'alaikum.
📞: Iya. Wa'alaikumsalam.