NovelToon NovelToon
PAH, AKU TIDAK BERNAFSU LAGI

PAH, AKU TIDAK BERNAFSU LAGI

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Beda Usia / Dokter / Nikahmuda / Penyesalan Suami / Hamil di luar nikah
Popularitas:933
Nilai: 5
Nama Author: Ada Rasaku

Tiga tahun yang penuh perjuangan, Cathrine Haryono, seorang gadis desa yang memiliki ambisi besar untuk menjadi seorang Manager Penjualan Perusahaan Top Global dan memimpin puluhan orang dalam timnya menuju kesuksesan, harus menerima kenyataan pahit yang enggan dia terima, bahkan sampai saat ini.

Ketika kesempatan menuju mimpinya di depan mata, tak sabar menanti kehidupan kampus. Hari itu, seorang pria berusia 29 tahun, melakukan sesuatu yang menghancurkan segalanya.

Indra Abraham Nugraha, seorang dokter spesialis penyakit dalam, memaksa gadis berusia 18 tahun itu, menjalani takdir yang tidak pernah dia pikirkan sama sekali dalam hidupnya.

Pria yang berstatus suaminya sekarang, membuatnya kehilangan banyak hal penting dalam hidupnya, termasuk dirinya sendiri. Catherine tidak menyerah, dia terus berjuang walaupun berkali-kali tumbang.

Indra, seseorang yang juga mengenyam pendidikan psikolog, justru menjadi penyebab, Cathrine menderita gangguan jiwa, PTSD dengan Skizofrenia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ada Rasaku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 27 | Tidak Sesuai Harapan Cathrine

Menghirup oksigen, lalu menghembuskan karbondioksida dengan gusar. Wanita yang wajahnya tidak sekencang semasa remaja, duduk bersandar pada ranjang dengan kedua lengan berada di atas selimut.

Mukanya lebih kusut dari seorang profesor yang tengah melakukan penelitian, pun lebih kusut daripada seorang mahasiswa akhir semester yang belum juga menyelesaikan skripsi miliknya, ketika teman-teman yang lain sudah selesai, bersantai ria dan tinggal mempersiapkan untuk sidang.

 Pikirannya saat ini karu-karuan bisingnya, tetapi Cathrine buntu, dia sungguh tidak mempunyai petunjuk satu pun. Padahal, dia pikir dengan refreshing sejenak, seharian ini menghabiskan waktu di Sea World Indonesia. Kemudian, mendekati jam makan siang, Cathrine mampir ke restoran dengan masakan Chinese yang otentik dan dia berjalan-jalan sebentar di mall, membaur ke dalam keramaian, setidaknya pikirannya bakal jernih dan memperoleh sebuah petunjuk dari kebingungannya.

Sepulang main keluar, berharap selepas pulang membawa oleh-oleh berupa clue atau bahkan jawaban dari kekalutan, mengenai 'Apakah dirinya ini, lengkap dengan berbagai penjelasan, masuk dalam kategori Istri Durhaka Penghuni Neraka?'

Kepala Cathrine yang semula menunduk lesu, kini terangkat dan sorot matanya agak cerah.

"Tapi kan, gue juga kagak mau jadi istri Indra ... Dia yang maksa gue buat jadi bininya!"

Catherine mengangguk mantap dan berkata, "Belum lagi, caranya gak bener lagi, melanggar syariat agama Islam. Ya ... walaupun sebelum nikah sama Indra, gue Buddha, sih ..."

"Em ... Eh, lupa! Indra kan juga mualaf ..." ucap Cathrine, kala sekilas fitur wajah lelaki berdarah Palembang itu berkelana di isi kepalanya. "Kata Mbaksum, pernah ceritain sekilas. Dulu waktu Indra masih di Palembang, remajalah, di rumah ortunya sekeluarga yang tiga orang itu, tadinya mereka beragama Konghucu, lama pindah ke Jawa jadi mualaf deh."

Catherine jadi bernostalgia sejenak, semasa mereka, Indra dan dirinya tengah melakukan perjalanan yang melewati sebuah daerah di Jawa Tengah. Transit untuk melakukan sholat Magrib, sembari mencari makan malam. Mobil Alphard hitam milik Indra berhenti di parkiran sebuah masjid yang memiliki gaya unik dan akulturasi budaya Tiongkok-Indonesia-Arab. Masjid Cheng Ho yang terletak di Purbalingga, dia bahkan masih menyimpan foto selfienya ketika berada di sana, menunggu Indra selesai berdzikir.

Ketika kepingan memori itu selesai berlalu-lalang, kesadaran kembali. Bibir Cathrine yang cemberut, kini semakin mengkirut ke bawah. Dalam kesunyian di dalam kamar mereka berdua, pelan pandangan Cathrine tidak sefokus tadi, kabur dan mulai termenung sendirian.

"..."

.

.

Suara burung cabak memasuki indera pendengaran Cathrine, dia pun menaikkan kelopak mata dan memandang ke arah depan. Cahaya yang semula keemasan menerpa kasur King Koil setebal 26 cm, kini menghilang dan seruangan remang-remang. Wanita itu lantas menoleh, menatap ke jendela sekaligus pintu kaca pemisah antara kamar dan balkon.

Melalui sela-sela yang tidak tertutup korden, ternyata sore telah menjadi petang. Bulu mata Cathrine mengerjap beberapa kali, dia tertegun. Sudah berapa lama dia termenung dan larut dalam kubangan pikiran yang tiada akhirnya itu? Entahlah, dia hanya merasa bahwa hari ini agak sia-sia dan sangat disayangkan. Dia belum mendapatkan jawab dari kerisauan hati dan keruwetan isi kepalanya.

Petang ... Seharusnya, sekarang sudah mandi bersih dan wangi. Mengganti pakaian bukan malah masih mengenakan kaos putih lengan panjang dan rok hitam agak ketat ini. Dia bahkan belum menghapus riasannya, melepas jam tangan dan anakan rambut dari mengikat asal, menjuntai di samping pelipis kanan-kiri Cathrine.

Dia kembali menatap ke depan bawahnya dan berujar malas, "Huft ... Ogah banget mesti mandi, ganti baju terus ntar makan malem. Kadang juga kaga tau mo ngapain, malem hari, kalo kaga ngantuk sama sekali atau ketiduran."

"Apa enaknya jadi istri dokter, gini, coba? Suami kerja 12 jam, jarang di rumah berduaan. Terus, pulangnya suka malem banget, kadang juga pas di rumah lagi istirahat sama bininya, eh, hape bunyi ada panggilan masuk berkali-kali terus pagi-pagi buta atau tengah malem, dari posisinya rebahan tidur udah ngacir on the way ke rumah sakit gegara ada operasi gawat darurat mendadak."

Uneg-uneg dari Cathrine, ketika memandangi foto Indra di dinding yang dibingkai simpel berwarna krem, tidak begitu kontras dengan cat tembok kamar yang berwarna putih. Catherine lantas menunduk, menarik ikat rambutnya yang mengendur dan merapikan cepolannya.

Saat ikat rambut diimpit kedua bibirnya, kedua jemari sibuk menyisiri serta mengikat, dia pun bergumam, "Untung, dari dulu gue ngga pernah samsek cita-citanya menikahi pria berprofesi dokter, bahkan ngebet ngejar-ngejar banget kayak Nindi, yang sekarang malah nikah sama Juragan Jengkol, Septo, yang dulunya sering dia najis-najisin tiap di cie-cie temen seeskul."

Setelah rambutnya rapi, Cathrine mendongak, kini berganti menatap lampu kristal dengan kipas angin itu, meski di sini ada AC-nya, bahkan AC sentral, Indra ... Pria itu walaupun di rumah sakit selalu mandi sebelum pulang, dia bakal tetap menyalakan kipas itu semalaman, dinginnya AC tidak melarutkan peluh pada badannya yang sehat bugar dan atletis. Kini ... Catherine amati pun, agak kurusan.

Indra ... Dia anak tunggal, yatim piatu. Mama dan Papa Indra ... Di sana ... Apakah akan merasa terluka tersayat-sayat ketika permata satu-satunya yang paling berharga, olehnya, Cathrine, dicaci-maki, sumpah serapah, bahkan kutuki cepat mati dan menyiksanya sedemikian rupa?

Catherine termenung lagi. "..."

***

1
Ada Rasaku
Ga usah plagiat/ATM, gunain otakmu sendiri.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!