NovelToon NovelToon
Cinderella N Four Knight

Cinderella N Four Knight

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Naruto / Nikahmuda / Romansa
Popularitas:301
Nilai: 5
Nama Author: Vita Anne

Hinata di titipkan pada keluarga Hashirama oleh ayahnya yang menghilang secara tiba-tiba.

Di sana, di rumah besar keluarga itu yang layaknya istana. Hadir empat orang pangeran pewaris tahta.

Uchiha Sasuke
Namikaze Naruto
Ootsutsuki Toneri
Kazekage Gaara

Akankan Hinata bisa bertahan hidup di sana?

Disclaimer : All Character belongs to Masashi Kishimoto. Namun kisah ini adalah original karya Author. Dilarang meniru, memplagiat atau mencomot sebagian atau keseluruhan isi dalam kisah ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vita Anne, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18. Get Catch

Sasuke mendecak kesal, ketika dia melihat ketiga saudaranya menghampiri kamar Hinata berkali-kali di waktu yang berbeda.

Pria itu sedang duduk di ruang kerja di Mansion~nya seraya terus memantau CCTV yang terpasang di depan area kamar Hinata melalui layar komputernya yang berputar dengan cepat.

Sasuke, pria itu mengerutkan dahinya ketika dia melihat apa yang di tampilkan layar di depannya. Pria itu menggeser icon di layar komputernya hingga gambar kembali berjalan normal.

Dia melihat waktu yang tertera di sudut layar. Malam itu, pukul sebelas malam, Naruto telihat mendatangi pintu kamar Hinata. Lalu gadis itu membuka pintunya.

Sasuke menegakkan punggungnya ketika dia lihat reaksi gadis itu ketika menyambut Naruto, Hinata menengok sekitar seolah dia sedang menyembunyikan sesuatu. Lalu setelahnya, dia menarik pria itu untuk masuk.

Pria itu kembali mempercepat tampilan gambar di layar. Hingga pukul satu dini hari Naruto baru keluar Dari kamar Hinata.

Sasuke meremas kedua tangannya yang terkepal di atas meja dengan kasar.

"Kalian bermain di belakang ku?" Desisnya dengan mata memerah. Sudut bibirnya tertarik menciptakan seringai sarkas yang dingin.

Pria itu mengambil ponselnya, mencari nomer seseorang dan menelepon~nya.

"Nyonya Mizuke! Beritahu penjaga rumah, Pasang kamera di kamar gadis itu, Calon istri ku! Hyuuga Hinata." Perintah Sasuke dengan Tegas.

Sasuke bicara dengan kemarahan yang mencapai matanya.

"Apa kau mengetahui apa yang sedang terjadi di rumah ini? Apa mereka sedang mengkhianati ku?"

...°°°...

Hinata, gadis itu masih memperhatikan Naruto yang sejak tadi sedang bertelepon di depan~nya menggunakan bahasa asing.

Gadis itu memasukan makanan ke mulutnya dengan bibir mengerucut kesal.

'Bahkan dia tidak bisa menikmati makan siangnya? Apa dia manusia? Kenapa hidupnya begitu sulit? Dia benar-benar hidup hanya untuk perusahaan Kakek!'

Hinata terus menggerutu dalam hati.

Pria itu melirik Hinata yang sedang melihatnya dengan wajah di tekuk.

"I'L call u again latter Mr. Zack! I'am having Lunch with my Beyonce. I think she's get jealous right now!"~(aku akan menelepon mu lagi nanti Tuan Zack! Aku sedang menikmati makan siang dengan tunangan ku. Aku pikir dia sedang cemburu sekarang!)

"U've got a Beyonce? Why dont u tell me before Mr Namikaze? Then Kongratulation about That!"~(Kau sudah memiliki tunangan? Kenapa kau tidak memberitahu pada ku sebelumnya Tuan Ahn? Jika begitu, selamat!)

"We'll get married soon! I guess, i'll little bit busy from now on!"~(kami akan menikah secepatnya! Aku rasa aku akan sedikit sibuk Mulai sekarang!)

Naruto menutup sambungan telepon. Dia tersenyum lebar pada Hinata yang sejak tadi terlihat bosan.

"Maafkan aku mengabaikan mu!"

"Kau bahkan tidak bisa makan siang dengan tenang? Hidup seperti apa itu? Apa kau Bukan manusia?" Sahut Hinata seraya mendecih sarkas.

"Ada beberapa hal mendesak yang tidak bisa di tunda untuk di bicarakan."

"Tapi beberapa hal itu menjadi banyak saat kau bahkan tidak bisa menikmati makan siang mu Tuan Namikaze!" Sahut Hinata lagi dengan nada tinggi.

Naruto hanya tersenyum lebar di depan Hinata seraya memperhatikan kegiatan gadis itu yang sejak tadi hanya menggerutu. Dia terlihat imut bahkan saat dia sedang marah.

Hinata terdiam, melihat wajah Naruto yang masih menatapnya dengan senyum lebar membuat hatinya berdesir.

Hinata mendesah lelah sebelum akhirnya Dia mengambil alat makan dan memotong daging yang ada di piringnya kemudian tersenyum singkat pada pria itu. Dia menyampirkan makanan itu di depan wajah Naruto seraya mengangkat sebelah alisnya.

"Aa... Buka mulut mu!" Perintah Hinata."... Jika kau terus sibuk dengan urusan bisnis. Maka, aku yang akan memberi perut mu makanan."

Naruto tersenyum lebar.

Lihatlah, betapa manis gadis ini!

Pantas saja, Sikapnya yang selalu tidak terduga membuat kedua adiknya cepat menerima Hinata

Siapapun dapat melihat dia gadis positif yang begitu berani dan baik. Seperti saat pertama kali dia bertemu dengan gadis ini dulu!

Naruto menurut, dia segera membuka lebar-lebar mulutnya. Hinata segera menyuapi~nya seraya mengangkat sebelah alis~nya.

"Kau butuh banyak energi untuk menjadi cucu Kakek! Dan menghadapi saudara-saudara mu yang lain!" Hinata mendesah lelah di akhir kalimat~nya.

Tersirat kekhawatiran di sana. Di setiap kata yang gadis itu ucapkan.

"Mereka bukan apa-apa__!" Ucap pria itu. Kalimatnya kembali terpotong dengan suara ponsel yang kembali menganggu kegiatan makan mereka.

Naruto mengerutkan dahinya membaca nama yang tertera di layar ponsel.

'Nyonya Mizuke?! Tidak biasanya dia menelepon jika bukan untuk menyampaikan hal-hal penting!'

Pikirnya.

Hinata melirik pria itu yang menampilkan raut heran di wajahnya.

"Ada apa?" Tanya Hinata.

"Apa aku boleh mengangkat ini? Nyonya Mizuke menelepon ku?" Tanya Naruto pada Hinata. Dia tidak ingin kegiatan~nya dengan ponsel membuat Hinata kembali bosan siang ini.

Hinata mengangguk dan mengangkat tangannya. Seolah berkata dia bisa bicara sekarang. Kemudian gadis itu menjilat saus sisa daging di sebelah tangannya. Dengan tatapan tidak lepas dari Naruto yang mulai bicara dengan seseorang di seberang sana.

"Tuan Naruto! Apa yang terjadi? Apa terjadi sesuatu antara kalian?" Tanya Nyonya Mizuke Cepat.

Naruto mengerutkan Keningnya.

"Ada apa?"

Nyonya Mizuke mendesah lelah sebelum akhirnya dia bicara. Dia melihat rekaman pada kamera CCTV di ruang keamanan.

"Kau mendatangi kamar Nona Hinata semalam. Apa yang terjadi? Ada sesuatu di antara kalian?" Tanya wanita itu.

Naruto menatap Hinata ketika Nyonya Mizuke mengutarakan pertanyaannya. Hingga membuat Hinata mengerutkan keningnya penuh tanya.

"Sepertinya, Tuan Sasuke melihat rekaman CCTV hari ini. Dia melihat mu keluar dari kamar Nona Hinata pukul satu dini hari Tuan!"

Tidak ada expresi yang tercipta dari wajah pria itu kecuali raut wajahnya yang kini menjadi serius. Aura dingin yang menguar persis sama seperti pertama kali Hinata bertemu dengan~nya di club dulu.

Hinata memperhatikan setiap detil expresi pria itu yang berubah.

Naruto menutup sambungan telepon saat dia merasa sudah cukup mendapatkan informasi. Wajah pria itu yang serius menggambarkan saat ini dia sedang berpikir keras.

"Ada apa?" Tanya Hinata penasaran.

Naruto, pria itu kembali menatap Hinata setelah dia menaruh ponsel di saku~nya. Senyum yang mengembang dari kedua belah pipinya seolah berkata semua baik-baik saja.

Hinata tidak bertanya lagi karena apa yang tersirat dari wajah pria itu berbeda dari saat dia menerima panggilan telepon tadi. Wajah~nya kembali tenang dan dia bisa tersenyum seperti biasa.

"Aku punya apartemen di Minami-Azabu atau Aman Palace yang bisa kita tempati. Bagaimana menurut mu?" Tanya pria itu tiba-tiba.

Perubahan expresi dan sikap pria itu mulai membuat Hinata curiga. Dia adalah pria yang terbiasa bersikap datar dan dingin. Hinata tahu itu, namun pria itu sudah mulai membuka dirinya. Lalu, panggilan dari rumah membawa jati dirinya kembali.

Hinata tercekat dengan isi pikirannya.

ini bukan waktu yang tapat untuk mereka membicarakan soal ini kan? Apa ada sesuatu yang terjadi?

"Kau bisa tinggal lebih dulu di sana. Aku pastikan Apartemen itu menjadi tempat paling aman untuk mu setelah rumah Kakek."

Hinata menatap Naruto dengan perasaan khawatir. Setelah mendapat panggilan telepon tadi, sikap Naruto berubah tiba-tiba.

Meski dia tersenyum namun sikapnya berubah secara tiba-tiba dan dia bicara mengenai hal ini? Bukan kah terlalu cepat?

"Kenapa begitu mendadak? Aku harus bicara pada Kakek dan berpikir lebih banyak untuk itu."

"Aku akan mengurus Kakek! Kau hanya perlu keluar dari rumah. Jangan kembali untuk saat ini. Aku... Hanya Tidak ingin kau terluka."Tegas pria itu lagi.

Hinata bangkit seraya tersenyum kembali dengan lembut.

"Aku harus pergi. Supir ku akan mengantar mu ke Apartemen. Jaga diri mu baik-baik." Naruto mengulurkan tangannya mengusap puncak kepala gadis itu dengan senyum lebar."... Aku pergi, Um! Aku akan menghubungi mu nanti." ucapnya seraya bangkit. Dan seorang pelayan segera memberikan Jas pria itu dan akhirnya dia mulai beranjak pergi.

Naruto berjalan cepat dengan wajah serius. Meninggalkan Hinata yang terpaku seorang diri dengan banyak tanda tanya di kepala~nya.

'Apa yang terjadi?'

Dapat Hinata lihat pria itu kembali menelepon seseorang sembari dia beranjak menjauh.

"Undur semua jadwal ku hari ini! Aku ada keperluan mendesak!" Ucapnya pada sambungan telepon. Dapat Hinata dengar suara pria itu yang terdengar samar dari jauh.

Hinata mengerutkan dahinya.

'Apa yang akan Naruto lakukan?!'

...°°°...

Hinata masih di sana, di restoran tempat mereka makan siang tadi. Dia tengah berpikir keras seraya memakan potongan buah yang ada di depannya dengan lesu ketika seorang pria tua datang menghampiri nya. Dia supir Naruto.

"Nona! Tuan memerintahkan anda untuk pergi sekarang?" Ucap pria itu seraya menunduk pelan.

"Pergi? kemana?" Tanya Hinata.

"Ke Apartemen Tuan di Aman Palace. Ah maaf, Tuan Naruto memberi pilihan. Seperti yang sudah Tuan katakan tadi, anda bebas memilih."

Hinata berpikir sejenak. Sebelum akhirnya dia kembali bicara seraya tersenyum lebar.

"Aku masih sangat lapar! Bisa kau tunggu aku di mobil mu, aku akan segera ke sana setelah makan siang ku selesai. Kau lihatkan? makanannya masih banyak! Aku tidak ingin mereka semua terbuang sia-sia Tuan." Kilah gadis itu mencari alasan.

Pria itu hanya tersenyum seraya mengangguk patuh. Lalu kembali undur diri dari hadapan Hinata.

Hinata terus memperhatikan langkah pria itu yang menjauh hingga dia tidak terlihat lagi dari pandangan mata~nya.

Gadis itu bergerak cepat, mengambil tas kecil dan Padding di bangku sebelahnya. Lalu pergi dari sana secara mengendap-endap melalui pintu yang berbeda.

...°°°...

Hinata menyampirkan jaketnya yang panjang hingga menjuntai menutupi tubuhnya. Rambut indigonya yang lurus menguar ketika gadis itu berjalan dengan cepat seraya memanggil taksi.

Naruto pergi setelah dia mendapat panggilan telepon dari nyonya Mizuke.

Bukankah itu berarti ada sesuatu yang terjadi di rumah?

Naruto menyuruhnya untuk tidak kembali ke rumah untuk saat ini.

Apa yang terjadi?

Dia semakin di buat khawatir dengan apa yang tengah pria itu sembunyikan dari~nya.

Hinata memilih untuk beranjak kembali ke rumah keluarga Hashirama sekarang. Mengabaikan apa yang Naruto katakan tadi.

...°°°...

Naruto, pria itu memasuki rumah dengan tenang. Sembari menenteng Jas di sebelah tangan~nya. Pria itu merenggangkan dasi~nya. Dia siap akan apa yang akan terjadi nanti. Dia akan menyelesaikan semuanya sekarang.

"Tuan!" Nyonya Mizuke menghampiri Naruto dengan tergesa. Wajahnya yang risau jelas tergambar di sana.

"Dimana Sasuke?" Tanya Naruto tanpa basa-basi.

"Tuan Sasuke ada di ruang kerjanya!"Sahut Nyonya Mizuke dengan suara gemetar. Dia begitu takut, mereka pernah mengalami ini. Namun kali ini reaksi cucu tertua kakek berbeda. Kali ini dia begitu marah dan memaki hampir semua~nya.

Naruto hendak beranjak pergi ketika tiba-tiba Nyonya Mizuke menahan lengannya.

"Tolonglah! Bicarakan baik-baik Tuan. Jangan sampai terluka." Ucap wanita itu seraya meringis menatap Naruto penuh permohonan.

Naruto, pria itu tersenyum kecil yang dia pikir mungkin bisa melunturkan rasa takut wanita itu. Dia hanya ingin mengatakan bahwa dia baik-baik saja dengan senyum itu.

"Aku akan Baik-baik saja!" Sahut Naruto akhirnya, seraya melepas tangan Nyonya Mizuke yang memegang lengannya."Dimana Kakek?"

"Sejak pagi Tuan Hashirama sudah berangkat ke kantor pusat Tuan." Sahut wanita itu dengan suara gemetar.

Nyonya Mizuke melepas Naruto yang pergi ke Mansion Sasuke dengan gelisah. Wanita itu menggigit telunjuk~nya dengan gugup. Dia tidak ingin apa yang pernah terjadi dulu kembali terulang lagi. Bahkan dari apa yang dia lihat sekarang. Si sulung terlihat lebih tidak bisa mengendalikan diri~nya.

...°°°...

Naruto memasuki ruang kerja yang pintunya di biarkan terbuka itu. Di sana, ada Sasuke sedang berdiri menghadap jendela besar seraya memasukan kedua tangan ke dalam saku celana~nya.

Pria itu merasakan keberadaan Naruto di sana. Dia hanya mendecih seraya terkekeh sarkas dengan kemarahan tergambar jelas di wajahnya yang frustasi.

"Kau mencari ku dan mengabaikan pekerjaan mu demi gadis itu sekarang?" Tanya Sasuke tanpa mengalihkan pandangan~nya pada jendela yang menampilkan lapangan luas di sana."Apa kau lelah terus menjadi anak penurut? Kenapa? Apa kalian telah bercinta semalam?" Tanya pria itu dengan nada dingin.

"Kami akan menikah!" sahut Naruto singkat.

Sasuke tertegun, gigi-giginya gemertak menahan kesal. Pria itu mendecih sebelum akhirnya dia memutar tubuhnya dan melihat Naruto di sana, Di belakangnya.

'BUG!!!'

Sebuah pukulan keras mendarat di wajah Naruto. Meninggalkan luka dan darah yang keluar dari sudut bibir pria itu.

Naruto tidak membalasnya ataupun menghindar. Pria itu hanya mengusap sudut bibirnya pelan.

"Kenapa? Apa Nyonya Mizuke memberitahu mu tentang ini? Hingga kau mendatangi ku sekarang? Apa dia kembali memihak mu? Ckkk!" Pekik pria itu seraya mendecih kesal.

Tawa sumbang yang tercipta di sudut bibir pria itu atas kemarahannya Menggambarkan seolah dia begitu muak sekarang.

"Aku tidak akan membalas. Karena aku merasa pantas mendapatkan kemarahan mu atas semua ini. Atas rasa bersalah ku pada mu!" Ucap Naruto lagi.

Mendengar apa yang pria itu ucapkan semakin membuatnya meradang. Sasuke menarik kerah kemeja Naruto dengan kasar dan dia kembali memukul sebelah wajah pria itu.

'Bug!!'

Kemarahan yang mencapai kepala~nya membuat Sasuke bertindak di luar kendali.

"Aku tidak akan melawan karena aku merasa pantas mendapatkan kemarahan mu!" Ucap Naruto lagi dengan suara datarnya yang terdengar dingin atas pukulan yang Sasuke daratkan di wajah~nya.

"Aku tidak akan membiarkan mu merebut~nya dari ku!" Ucap Sasuke dengan penekanan dari setiap kata-katanya.

"Kau menolak~nya dulu!" Sahut Naruto.

"Berhenti mengoceh omong kosong Naruto! Lepaskan gadis itu dan pergilah yang jauh. Kau membuat ku muak!" Ucap Sasuke hendak kembali melayangkan kepalan tangan~nya pada wajah Naruto.

"HENTIKAN!!!"

Hinata berlari dengan cepat menghalangi apa yang akan Sasuke lakukan. Gadis itu berdiri di antara keduanya dengan nafas tersengal.

Naruto menarik gadis itu hingga dia beranjak di antara mereka. Namun, Hinata berusaha berontak.

"Hentikan! Apa yang kau lakukan?"Tanya gadis itu menarik tangan Sasuke agar pria itu melepaskan kerah kemeja Naruto. Dan akhirnya cengkraman itu terlepas."... Kau melukainya!" Ucap Hinata seraya meringis khawatir melihat darah di sudut bibir Naruto dan tanda memar kebiruan di sana. Hinata mengusap luka itu dengan tangan bergetar.

Sasuke tercekat, Dia melihat wajah gadis itu yang memerah menahan tangis di matanya.

"Dia pantas mendapatkannya!" ucap Sasuke seraya mendecih.

Hinata kembali menangkup wajah Naruto dengan mata berkaca-kaca. Dia mengusap wajah Naruto yang terluka dengan kedua telapak tangan~nya yang semakin gemetar.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Hinata dengan suara bergetar.

"Aku baik-baik saja! Jangan takut. Pergilah!" Ucap pria itu sementara Hinata hanya menggeleng sembari meringis.

Naruto menangkup telapak tangan gadis itu yang kecil di wajahnya. Dia mengusap pucuk kepala sang gadis dengan lembut seraya tersenyum lebar meski beberapa bagian wajahnya telah luka. Dia hanya ingin gadis itu sedikit tenang sekarang.

"Bodoh nya aku selama ini!" Ucap Sasuke seraya mendecih kesal. Melihat apa yang terjadi di depan matanya. Bagaimana sang calon pengantinnya begitu mengkhawatirkan pria lain. Membuatnya semakin frustasi. Semua melukai dirinya secara tiba-tiba.

Naruto menegakkan punggungnya. Meraih kedua tangan Hinata dan menuntun gadis itu.

"Aku... Tidak akan mengalah lagi mulai sekarang! Kau bebas melakukan apapun! Tapi tidak dengan Hinata. Aku, yang akan melindungi~nya!" Ucap pria itu dengan suara berat~nya yang dalam.

Naruto tidak ingin mendebat lebih lama lagi, Pria itu memilih untuk menggenggam tangan Hinata dan membawa gadis itu pergi dari sana.

Sasuke kembali mendecih seraya tertawa sarkas. Menertawakan dirinya sendiri dan kenyataan yang ada di depannya.

Dia telah di bodohi selama ini!

Bahkan memukul dan membuat saudaranya sendiri terluka tidak bisa membuat dia puas dengan Semua~nya. Dia hanya ingin memiliki gadis itu, Hyuuga Hinata.

Pria itu meraup rambut dengan kedua tangannya seraya mengeram kesal.

'Arghhhrrr!'

Braakk!!

Sasuke mengacak barang-barang yang ada di stas meja kerja~nya dengan kasar. Segalanya jatuh tak beraturan di lantai.

"SIALAN!!!" Maki pria itu dengan nafas yang tecekat. Kemarahan di kepalanya membuat dada~nya terasa sesak."Dia hanya akan menikah dengan ku!" desis Sasuke nyalang.

Dia akan mengambil apa yang sudah seharusnya menjadi miliknya, seperti dulu.

'Siapapun tidak akan bisa menghalangi~nya sekarang!'

To be continued

1
Aisyah Suyuti
menarik
Aisyah Suyuti
menarik
Novita ariani: terima kasih sudah mampir. semoga bersedia mengikuti kisah ini sampai akhir💙
total 1 replies
Kamiblooper
Aku beneran suka dengan karakter tokoh dalam cerita ini, thor!
Novita ariani: makasih banget udah suka😍😍😍
di tunggu chapter selanjutnya ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!